Saat ejakulasi, sperma seharusnya keluar melalui uretra atau saluran kencing. Namun, ada suatu kondisi yang membuat ejakulasi justru tidak keluar. Kondisi ini disebut ejakulasi retrograde.
Ketahui gejala, penyebab, dan pengobatannya dalam pembahasan berikut ini.
Apa itu ejakulasi retrograde?
Ejakulasi retrograde atau retrograde ejaculation adalah suatu kondisi saat sperma tidak keluar saat orgasme, melainkan masuk ke kandung kemih.
Walaupun tetap dapat mencapai klimaks, Anda mungkin hanya mengeluarkan sedikit sperma atau tidak sama sekali. Maka dari itu, kondisi ini juga disebut orgasme kering.
Saat cairan ejakulasi yang keluar dari alat reproduksi pria sangat sedikit, kemungkinan sperma untuk membuahi sel telur jadi sangat rendah. Hal inilah yang bisa menyebabkan gangguan kesuburan.
Retrograde ejaculation tidak berbahaya dan tidak menyakitkan. Pengidapnya bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut.
Meski begitu, sejumlah pengidap ejakulasi terbalik melaporkan bahwa urinenya jadi tampak keruh setelah ejakulasi. Hal ini disebabkan oleh air mani telah bercampur dengan urine.
Seberapa umum kondisi ini terjadi?
Menurut Andrology Australia, angka kasus ejakulasi retrograde pada pria tidak diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan sekitar satu dari 200 pria dewasa dengan masalah kesuburan atau infertilitas mengalami kondisi ini. Tanda dan gejala ejakulasi terbalik
Retrograde ejaculation tidak memengaruhi kemampuan anda untuk mengalami ereksi penis maupun orgasme.
Namun, sperma atau air mani malah masuk ke dalam kandung kemih saat Anda mencapai klimaks, bukan keluar dari penis.
Berikut adalah beberapa gejala yang umumnya dialami oleh pengidap ejakulasi terbalik.
- Air mani yang keluar saat ejakulasi sangat sedikit atau tidak ada sama sekali, yakni kurang dari 1–2 mililiter (ml).
- Cairan urine tampak keruh setelah orgasme karena mengandung air mani.
- Ketidakmampuan untuk membuat wanita hamil.
Kemungkinan ada beberapa tanda atau gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda merasa khawatir dengan gejala tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda.
Penyebab retrograde ejaculation
Ejakulasi retrograde bisa terjadi saat otot cincin atau sfingter pada kandung kemih mengalami gangguan atau melemah.
Ketika Anda akan ejakulasi, air mani yang tadinya hendak keluar melalui penis malah mengalir atau bocor ke dalam kandung kemih.
Akibatnya, air mani malah bercampur dan keluar bersamaan dengan urine. Padahal, air mani seharusnya tidak ikut keluar saat buang air kecil, begitu pun sebaliknya saat ejakulasi.
Saat ejakulasi, normalnya otot ini akan menutup untuk mencegah masuknya air mani dan sperma masuk ke saluran kemih. Hal ini memungkinkan air mani untuk keluar dari penis.
Nah, gangguan pada otot sfingter ini dapat membuat air mani malah masuk ke dalam saluran kemih. Akibatnya, tidak ada atau hanya sedikit air mani yang keluar saat pria orgasme.
Faktor risiko ejakulasi retrograde
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada otot sfingter kandung kemih antara lain sebagai berikut.
- Riwayat operasi, seperti operasi bladder neck dan operasi prostat.
- Efek samping obat-obatan tertentu, misal obat untuk hipertensi, pembengkakan prostat, dan gangguan emosional.
- Kerusakan saraf yang disebabkan oleh suatu kondisi medis, seperti diabetes, multiple sclerosis, atau cedera tulang belakang.
- Operasi pengangkatan kandung kemih (kistektomi).
- Operasi pengangkatan prostat (prostatektomi).
- Terapi radiasi untuk mengobati kanker pada daerah panggul.
Diagnosis ejakulasi terbalik
Untuk mendiagnosis gangguan ejakulasi ini, dokter Anda akan melakukan pemeriksaan melalui beberapa sampel seperti berikut.
- Sampel air mani. Dokter akan meminta Anda mengambil dua sampel air mani yang diejakulasikan pada waktu berbeda. Jika jumlah air mani sangat rendah pada kedua sampel, Anda mungkin didiagnosis mengalami ejakulasi retrograde.
- Sampel urine. Tes laboratorium dari sampel urine pengidap ejakulasi terbalik akan menunjukkan adanya kandungan fruktosa dan sel sperma dalam urine.
Pengobatan ejakulasi retrograde
Ejakulasi retrograde biasanya tidak memerlukan pengobatan kecuali telah menimbulkan gangguan kesuburan pada pria.
Dalam kasus ini, pengobatan akan diberikan berdasarkan penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah metode pengobatan yang dapat dilakukan.
1. Obat-obatan
Obat-obatan mungkin bisa mengatasi ejakulasi terbalik yang disebabkan oleh kerusakan saraf, seperti akibat diabetes atau multiple sclerosis.
Namun, obat-obatan tidak akan membantu bila masalah ejakulasi ini disebabkan oleh pembedahan yang menimbulkan perubahan permanen, seperti operasi leher kandung kemih.
Berikut adalah contoh obat yang umum digunakan untuk mengobati ejakulasi terbalik.
- Imipramine, yakni obat antidepresan generasi lama.
- Midodrine, yakni obat untuk menyempitkan pembuluh darah.
- Chlorpheniramine dan brompheniramine, yakni obat antihistamin untuk meredakan alergi.
- Efedrin, pseudoefedrin, dan fenilefrin, yakni obat-obatan yang biasanya untuk meredakan gejala flu.
Obat-obatan ini membantu menjaga otot leher kandung kemih agar tetap tertutup selama ejakulasi.
Ikutilah anjuran pemakaian obat sesuai dengan saran dokter Anda. Jangan menambah atau mengurangi dosis obat tanpa konsultasi sebelumnya.
2. Program kehamilan
Pengidap ejakulasi retrograde umumnya baru akan memeriksakan diri ke dokter saat merencanakan kehamilan.
Supaya pembuahan terjadi, tentu Anda perlu mengeluarkan air mani yang cukup saat ejakulasi untuk membawa sperma ke sel telur pasangan.
Apabila pengobatan tidak memungkinkan Anda untuk melakukan ejakulasi secara normal, Anda perlu menjalani program kehamilan dengan teknologi berbantu.
Teknologi kehamilan berbantu tersebut meliputi inseminasi buatan, bayi tabung, atau program bayi tabung yang khusus diperuntukkan bagi pria tidak subur (ICSI).
Beri tahu dokter tentang masalah Anda, baik itu kesulitan ejakulasi atau gangguan kesuburan, untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Kesimpulan
- Ejakulasi retrograde terjadi saat air mani yang harusnya keluar dari penis saat orgasme malah masuk ke dalam kandung kemih.
- Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk penggunaan obat-obatan, pembedahan, dan kondisi medis tertentu.
- Kondisi ini bisa menyulitkan terjadinya kehamilan.
- Pengobatan tersedia melalui pemberian obat-obatan dan program kehamilan.
[embed-health-tool-bmi]