backup og meta

Myelodysplastic Syndrome (Praleukemia)

Myelodysplastic Syndrome (Praleukemia)

Pengertian

Apa itu sindrom mielodisplasia (MDS)?

Sindrom mielodisplasia adalah kelainan yang disebabkan oleh sel darah yang tidak terbentuk sempurna alias disfungsional. Kondisi ini dikenal juga dengan nama myelodysplastic syndrome (MDS) atau praleukemia.

Sindrom mielodisplasia (MDS) terjadi saat sumsum tulang mengalami gangguan. Akibat dari kondisi ini biasanya adalah penurunan jumlah sel darah putihsel darah merah, dan platelet (trombosit) dalam tubuh.

Mengutip American Cancer Society, MDS yaitu sekumpulan kondisi yang mengarah pada rendahnya jumlah salah satu atau beberapa jenis sel darah. Myelodysplastic syndrome dianggap sebagai salah satu jenis kanker.

Sindrom mielodisplasia (MDS) merupakan penyakit yang bisa bersifat ringan hingga serius. Kondisinya berbeda-beda pada masing-masing orang, tergantung jenis yang Anda miliki.

Seberapa umum kondisi ini?

MDS adalah kondisi yang langka dan umumnya menyerang lebih banyak pria dibandingkan wanita. Myelodysplastic syndrome dapat terjadi pada pasien dengan usia berapa pun, terutama kebanyakan orang berusia 65 tahun atau lebih.

Praleukemia dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Ciri-ciri dan gejala

Apa saja ciri dan gejala sindrom mielodisplasia (MDS)?

Sindrom mielodisplasia jarang menyebabkan tanda-tanda atau gejala pada tahap awal penyakit. Namun, ada beberapa gejala MDS yang mungkin terjadi, yaitu:

  • Kelelahan
  • Sesak napas
  • Pucat akibat anemia
  • Mudah memar atau berdarah yang tidak biasa
  • Bintik-bintik merah di bawah kulit akibat perdarahan 
  • Sering kena infeksi

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Segera kunjungi dokter jika Anda khawatir tentang kondisi kesehatan Anda. Jangan tunda menghubungi dokter bila mengalami gejala-gejala berikut ini:

  • Sesak napas
  • Kelemahan atau merasa lelah
  • Kulit lebih pucat dari biasanya
  • Petechiae (bercak-bercak di bawah kulit yang disebabkan oleh perdarahan)

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.

Penyebab

Apa penyebab sindrom mielodisplasia (MDS)?

Sindrom mielodisplasia terjadi akibat produksi sel darah terganggu dan tak terkendali. Para penderitanya memiliki sel darah yang belum matang dan cacat. Akibatnya, sel darah akan segera mati dalam sumsum tulang atau sesaat setelah memasuki aliran darah.

Lama-kelamaan, hal ini membuat jumlah sel darah yang belum matang dan cacat berjumlah lebih banyak dibandingkan yang sehat. Kondisi ini menyebabkan masalah kesehatan, seperti anemia, infeksi, dan perdarahan berlebih.

Dokter menggolongkan MDS menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. MDS tanpa penyebab yang diketahui

Kondisi ini disebut de novo myelodysplastic syndrome, yaitu ketika dokter tidak mengetahui penyebabnya. Kondisi ini biasanya lebih mudah diatasi dibandingkan dengan MDS yang penyebabnya diketahui.

2. MDS akibat zat kimia dan radiasi

Sindrom mielodisplasia bisa terjadi sebagai respons terhadap perawatan kanker seperti kemoterapi dan radiasi, atau paparan zat kimia. Kondisi ini disebut MDS sekunder dan seringnya lebih sulit ditangani.

Faktor pemicu

Apa yang membuat seseorang berisiko terkena MDS?

Terdapat beberapa faktor yang bisa membuat seseorang berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini. Beberapa faktor risiko penyebab MDS adalah:

  • Usia lanjut. Kebanyakan orang dengan kondisi ini merupakan lansia di atas 60 tahun.
  • Perawatan dengan kemoterapi atau radiasi. Myelodysplastic syndrome dapat muncul apabila Anda pernah menjalani kemoterapi atau terapi radiasi, keduanya umum digunakan untuk mengatasi kanker.
  • Paparan terhadap zat kimia, termasuk asap rokok, pestisida dan zat kimia industrial, seperti benzene.
  • Paparan terhadap logam berat, seperti timah dan merkuri.

Diagnosis

Bagaimana kondisi ini didiagnosis?

Untuk mengetahui apakah Anda memiliki sindrom mielodisplasia (praleukemia), dokter akan menanyakan tentang gejala atau riwayat penyakit lain.

Langkah-langkah lain yang mungkin dilakukan dokter untuk mendiagnosis MDS adalah:

  • Melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat kemungkinan lain dari gejala Anda
  • Mengambil sampel darah untuk menghitung berbagai tipe sel dalam darah
  • Mengambil sampel sumsum tulang untuk analisis. Dokter akan memasukkan jarum khusus ke dalam tulang pinggul atau tulang dada untuk mengambil sampel
  • Melakukan analisis genetik pada sel dari sumsum tulang

Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Apa saja pengobatan untuk myelodysplastic syndrome (MDS)?

Selain transplantasi stem cell (cangkok sel punca), tidak ada obat yang terbukti ampuh untuk mengatasi sindrom mielodisplasia.

Sejauh ini, perawatan sel punca masih menjadi satu-satunya cara menyembuhkan MDS. Pada prosedur ini, dokter akan melakukan rangkaian kemoterapi atau sesi radiasi untuk menghancurkan sel pada sumsum tulang.

Nantinya, Anda akan mendapatkan sel punca dari pendonor. Sel punca bisa diambil dari sumsum tulang atau darah. Sel-sel itu kemudian mulai membentuk sel darah baru pada tubuh.

Selain transplantasi sumsum tulang, ada beberapa pilihan perawatan yang bisa digunakan untuk mengatasi gejala, mencegah komplikasi, serta membantu meningkatkan kualitas hidup Anda.

Beberapa pilihan pengobatan untuk MDS adalah:

1. Pengobatan intensitas rendah

  • Obat kemoterapi. Obat juga digunakan untuk mengatasi leukemia,
  • Terapi imunosupresif. Perawatan ini bertujuan menghentikan sistem imun untuk menyerang sumsum tulang. Terapi ini dapat membantu meningkatkan kembali jumlah darah.
  • Transfusi darah. Prosedur ini umum, aman, dan dapat membantu beberapa orang dengan jumlah darah yang rendah.
  • Kelasi besi. Anda dapat memiliki terlalu banyak zat besi di dalam darah jika Anda melakukan terlalu banyak transfusi. Terapi ini dapat mengurangi jumlah mineral yang Anda miliki.
  • Terapi hormon. Hormon buatan ini “mendorong” sumsum tulang Anda untuk menghasilkan lebih banyak sel darah.

2. Perawatan intensitas tinggi

Anda juga mungkin akan memerlukan perawatan intensitas tinggi. Perawatan MDS intensitas tinggi ini adalah kemoterapi kombinasi. Pada prosedur ini, Anda mungkin mendapatkan beberapa tipe kemoterapi.

Apa saja perubahan gaya hidup yang harus dilakukan saat memiliki sindrom mielodisplasia (MDS)?

Dikutip dari Mayo Clinic, berikut adalah kebiasaan sehari-hari yang perlu Anda lakukan jika mengidap MDS:

  • Rutin cuci tangan. Kurangi risiko infeksi dengan mencuci tangan dengan sering. 
  • Jaga kebersihan makanan. Masak seluruh daging dan ikan hingga matang. Hindari buah dan sayuran yang tidak dapat Anda kupas, seperti selada, dan cuci semua produk sebelum mengupas. Pastikan Anda menghindari makanan mentah.
  • Hindari orang yang sakit. MDS dapat menyerang sistem imun. Itu sebabnya, cobalah untuk menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang sedang sakit, termasuk anggota keluarga dan kolega agar Anda tidak tertular.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

What is MDS ? | MDS Foundation. (2020). Retrieved 6 August 2020, from https://www.mds-foundation.org/what-is-mds/

MDS – Myelodysplastic Syndromes. (2020). Retrieved 6 August 2020, from https://www.aamds.org/diseases/mds

What Are Myelodysplastic Syndromes? | American Cancer Society. (2020). Retrieved 6 August 2020, from https://www.cancer.org/cancer/myelodysplastic-syndrome/about/what-is-mds.html

Myelodysplastic syndromes – Diagnosis and treatment – Mayo Clinic. (2020). Retrieved 6 August 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/myelodysplastic-syndrome/diagnosis-treatment/drc-20366980

Versi Terbaru

29/11/2021

Ditulis oleh Fajarina Nurin

Ditinjau secara medis oleh dr. Charley Simanjuntak, Sp.B., Sub BVE, B.Med.Sc.

Diperbarui oleh: Abduraafi Andrian


Artikel Terkait

Transfusi Trombosit

7 Tips Mengembalikan Nafsu Makan Setelah Kemoterapi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Charley Simanjuntak, Sp.B., Sub BVE, B.Med.Sc.

Bedah Vaskular · Tzu Chi Hospital


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 29/11/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan