backup og meta

Psikosis Postpartum

Psikosis Postpartum

Selain baby blues, ibu melahirkan juga dapat mengalami masalah mental yang disebut psikosis postpartum. Kemunculannya tidak bisa dibiarkan karena dapat menimbulkan masalah serius. Agar cepat tertangani dengan baik, simak informasi seputar psikosis postpartum berikut ini.

Apa itu psikosis postpartum?

Psikosis postpartum adalah penyakit mental serius yang sering dialami ibu dalam beberapa hari atau minggu setelah melahirkan.

Kondisi yang berkembang secara tiba-tiba selama masa nifas ini bahkan bisa dialami oleh Anda yang tidak memiliki riwayat gangguan mental sebelumnya.

Ibu yang mengalami psikosis pascamelahirkan dapat mengalami gejala psikosis, yakni kondisi yang membuat seseorang kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi.

Pengidap psikosis mungkin akan mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata (halusinasi) ataupun mulai mempercayai sesuatu hal yang tidak benar (delusi).

Wanita yang mengidap psikosis postpartum perlu mendapatkan penanganan segera. Pasalnya, kondisi ini berpotensi membahayakan ibu dan bayi yang sedang dirawatnya.

Meski begitu, perlu dipahami bahwa gangguan mental setelah melahirkan ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan baby blues dan depresi postpartum.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Penelitian dalam jurnal BMC Psychiatry (2017) menyebutkan bahwa hanya 1 dari 1000 ibu baru melahirkan atau sekitar 0,1% yang mengalami psikosis setelah melahirkan. Meski jarang terjadi, kondisi ini menimbulkan gejala lebih parah daripada baby blues dan depresi postpartum.

Tanda dan gejala psikosis postpartum

postpartum psychosis

Psikosis postpartum umumnya muncul sekitar minggu pertama atau kedua setelah melahirkan.

Gejala gangguan mental ini akan bervariasi pada setiap ibu. Akan tetapi, tanda dan gejala yang umum terjadi adalah sebagai berikut.

  • Mendengar suara dan melihat sesuatu yang nyata (halusinasi).
  • Memiliki keyakinan kuat yang tidak masuk akal terhadap suatu hal (delusi).
  • Perubahan suasana hati atau mood yang ekstrem.
  • Berperilaku manik, seperti dengan berpikir terlalu banyak, berbicara dengan cepat, dan merasa terlalu senang.
  • Menunjukkan tanda depresi, seperti menarik diri dari lingkungan dan mudah menangis.
  • Kurang berenergi, kehilangan nafsu makan, merasa gelisah, dan kesulitan tidur.
  • Menjadi sangat agresif atau kasar terhadap orang di sekitarnya.
  • Merasa paranoid dan tidak mudah percaya orang lain.
  • Merasa kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi.
  • Merawat bayi dengan cara yang tidak tepat.
  • Berencana untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.

Apabila Anda atau orang terdekat yang baru saja melahirkan menunjukkan perubahan perilaku seperti di atas, sebaiknya segera periksakan lebih lanjut dengan dokter.

Penyebab psikosis postpartum

Menerima peran baru sebagai ibu memang tidak mudah. Ketika dihadapkan dengan keharusan merawat bayi, masalah mental bisa saja muncul, termasuk psikosis postpartum.

Perlu dipahami juga bahwa masalah mental ini tidak terkait dengan hubungan seks setelah melahirkan, stres, dan kemungkinan lain yang Anda perkirakan.

Adanya faktor genetik dan riwayat keluarga yang pernah memiliki kondisi serupa mungkin dapat menjadi penyebab psikosis postpartum.

Di samping itu, perubahan kadar hormon dan pola tidur yang terganggu saat merawat bayi juga mungkin turut andil sebagai penyebab masalah mental yang satu ini.

Meski begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu penyebab pasti dari psikosis pascamelahirkan.

Faktor risiko psikosis postpartum

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami psikosis postpartum adalah sebagai berikut.

  • Pernah mengalami psikosis pascapersalinan sebelumnya.
  • Mengalami masalah mental parah selama kehamilan.
  • Memiliki gangguan kejiwaan, seperti gangguan bipolar atau skizofrenia.
  • Mempunyai riwayat keluarga yang pernah mengalami masalah mental parah, terutama gangguan bipolar.
  • Memiliki ibu atau saudara perempuan yang pernah mengalami psikosis pascapersalinan.

Ibu yang baru pertama kali melahirkan umumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami psikosis pascamelahirkan daripada ibu yang sudah pernah melahirkan sebelumnya.

Risiko Anda untuk mengalami gangguan mental ini juga makin besar bila mengalami komplikasi persalinan sehingga menimbulkan trauma melahirkan.

Penanganan psikosis postpartum

cara mengatasi psikosis pascamelahirkan

Segera cari pertolongan saat Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala yang mengarah pada psikosis pascamelahirkan.

Jika tidak segera ditangani, gejala psikosis bisa membuat pengidapnya melakukan hal-hal yang dapat membahayakan ibu dan bayi yang sedang dirawatnya.

Berikut ini adalah beberapa penanganan yang umum untuk mengatasi psikosis postpartum.

1. Pemberian obat-obatan

Masalah mental ini dapat ditangani dengan obat-obatan antipsikotik dan antidepresan di bawah pengawasan dokter maupun psikiater.

Obat-obatan yang dapat diberikan untuk mengobati psikosis postpartum adalah sebagai berikut.

  • Antidepresan untuk meringankan depresi.
  • Antipsikotik untuk meringankan gejala psikosis, seperti delusi dan halusinasi.
  • Penenang atau penstabil suasana hati untuk mencegah gejala berulang.

Dokter mungkin akan menyarankan Anda dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu. Bayi umumnya bisa diurus oleh pasangan, anggota keluarga, maupun babysitter.

2. Terapi psikologis

Dokter juga akan menyarankan Anda untuk menjalani terapi bicara, misal terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT).

Terapi perilaku kognitif merupakan terapi bicara yang akan membantu Anda untuk mengelola masalah dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku.

3. Terapi elektrokonvulsif

Terapi elektrokonvulsif atau electroconvulsive therapy (ECT) merupakan prosedur stimulasi otak yang terkadang disarankan bila semua opsi pengobatan tidak berhasil.

Dokter biasanya menyarankan terapi ini bila kondisi yang Anda alami telah mengancam nyawa.

Pemulihan psikosis postpartum

Gejala psikosis yang parah dapat berlangsung kurang lebih 12 minggu. Umumnya, Anda butuh waktu sekitar 6–12 bulan hingga benar-benar pulih dari masalah mental tersebut.

Psikosis postpartum kerap diikuti oleh kecemasan, depresi, hingga rendahnya kepercayaan diri sehingga dokter dan psikolog mungkin membutuhkan waktu untuk memahami kondisi Anda.

Meski begitu, dukungan yang kuat dari pasangan, keluarga, serta orang-orang terdekat dapat membantu Anda supaya lebih mudah melalui masa-masa sulit ini.

Setelah menjalani pengobatan yang tepat, ibu dengan psikosis pascamelahirkan bisa kembali pulih seperti sedia kala.

Maka dari itu, saat Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala yang dicurigai sebagai psikosis postpartum, ada baiknya untuk segera mencari bantuan medis.

Psikosis postpartum dapat dicegah dengan konsultasi dan perawatan yang tepat dari dokter selama masa kehamilan dan setelah persalinan.

Kesimpulan

  • Psikosis postpartum adalah penyakit mental serius yang bisa dialami ibu dalam beberapa hari atau minggu setelah melahirkan.
  • Kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala psikosis, yaitu halusinasi dan delusi, yang bisa membahayakan diri ibu dan bayi yang sedang dirawatnya.
  • Pengobatan psikosis setelah melahirkan mencakup pemberian obat-obatan, terapi kognitif perilaku (CBT), dam terapi elektrokonvulsif (ECT).

[embed-health-tool-due-date]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Postpartum psychosis. (2023). Pregnancy, Birth and Baby. Retrieved October 14, 2024, from https://www.pregnancybirthbaby.org.au/postpartum-psychosis

Postnatal psychosis: What is it? (2024). National Childbirth Trust. Retrieved October 14, 2024, from https://www.nct.org.uk/life-parent/how-you-might-be-feeling/postnatal-psychosis-what-it

Postpartum psychiatric disorders. (2020). MGH Center for Women’s Mental Health. Retrieved October 14, 2024, from https://womensmentalhealth.org/posts/list/postpartum-psychiatric-disorders/

Postpartum psychosis. (2018). Royal College of Psychiatrists. Retrieved October 14, 2024, from https://www.rcpsych.ac.uk/mental-health/mental-illnesses-and-mental-health-problems/postpartum-psychosis

Postpartum psychosis: What it is, symptoms & treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved October 14, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24152-postpartum-psychosis

Postpartum psychosis. (2021). NHS UK. Retrieved October 14, 2024, from https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/post-partum-psychosis/

Raza, S.K., & Raza, S. (2023). Postpartum Psychosis. StatPearls Publishing. Retrieved October 14, 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544304/

VanderKruik, R., Barreix, M., Chou, D., Allen, T., Say, L., & Cohen, L. S. (2017). The global prevalence of postpartum psychosis: A systematic review. BMC Psychiatry, 17(1): 272. https://doi.org/10.1186/s12888-017-1427-7

Versi Terbaru

23/10/2024

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

3 Cara Mengatasi Rasa Takut dan Trauma Setelah Melahirkan

Kapan Bisa Berhubungan Intim Setelah Melahirkan Caesar?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan