Bagi Anda yang wanita, Anda mungkin sudah sering mendengar tentang tes pap smear. Metode skrining yang satu ini berfungsi untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini. Nah, kebanyakan wanita mungkin bertanya, kapan waktu yang tepat untuk tes pap smear? Apakah wanita juga harus tetap pap smear setelah melahirkan?
Sekilas tentang tes pap smear
Pap smear merupakan salah satu tes skrining yang dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks. Jenis skrining kanker serviks lainnya, yaitu tes human papillomavirus (HPV).
Tes pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim (serviks) Anda. Serviks itu sendiri merupakan bagian ujung rahim yang sempit dan berada di bagian atas vagina.
Dengan tes pap smear, dokter dapat mendeteksi kanker serviks sejak dini. Bila cepat terdeteksi, pengobatan kanker serviks bisa langsung dijalankan dan kemungkinan sembuh lebih besar.
Bukan cuma itu, tes pap smear juga dapat mendeteksi bila ada perubahan pada sel serviks Anda yang mungkin menjadi cikal bakal kanker.
Jika hasil yang abnormal ini cepat terdeteksi, Anda dan dokter dapat mengambil langkah lanjutan untuk menghentikan kemungkinan perkembangan kanker serviks.
Oleh karena itu, penting bagi wanita usia produktif untuk melakukan tes pap smear ini secara rutin, terutama bagi Anda yang memiliki risiko tinggi terhadap kanker serviks.
[embed-health-tool-due-date]
Seberapa penting pap smear setelah melahirkan?
Wanita dianjurkan untuk melakukan tes pap smear setidaknya tiga tahun sekali, termasuk bila Anda baru saja melahirkan dan memiliki anak.
Banyak wanita yang mengira bahwa mereka tidak perlu tes pap smear setelah punya anak.
Padahal, terlepas dari apakah Anda mempunyai anak atau tidak, wanita tetap dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin.
Pasalnya, kanker serviks bisa menyerang wanita pada usia berapa pun. Semakin bertambahnya usia, wanita akan makin rentan terkena kanker serviks.
Terlebih lagi, menurut American Cancer Society, wanita yang pernah melahirkan lebih dari tiga kali cenderung berisiko tinggi terkena kanker serviks.
Ini diperkirakan karena tingginya kemungkinan paparan infeksi HPV melalui aktivitas seksual yang dilakukan.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh saat hamil pun cenderung lebih lemah sehingga infeksi HPV dan pertumbuhan kanker serviks lebih mungkin terjadi.