Seorang wanita memiliki risiko untuk mengalami infeksi setelah melahirkan. Kondisi ini disebut infeksi postpartum. Meski bisa ditangani dengan baik, komplikasi persalinan ini berakibat fatal bila tidak ditangani dengan tepat.
Apa itu infeksi postpartum?
Infeksi postpartum adalah berbagai infeksi yang terjadi setelah seseorang melahirkan melalui vagina, operasi caesar, atau saat menyusui.
Komplikasi persalinan ini bisa juga disebut sebagai infeksi pascapersalinan atau infeksi masa nifas.
Sejumlah infeksi yang umum terjadi di antaranya infeksi lapisan rahim (endometritis), infeksi payudara (mastitis), infeksi saluran kemih, dan infeksi pada luka sayatan operasi caesar.
Infeksi postpartum dapat terjadi kapan saja selama masa nifas. Namun, kemungkinan besar kondisi ini terjadi dalam beberapa hari atau minggu pertama setelah melahirkan.
Gejala yang paling umum dari infeksi pascapersalinan adalah nyeri. Itulah sebabnya kondisi ini sulit dibedakan dengan nyeri postpartum.
Seberapa umumkah infeksi pascapersalinan?
Tanda dan gejala infeksi postpartum
Kebanyakan infeksi ditandai dengan demam sekitar 38° Celcius, menggigil, atau kurang enak badan. Namun, terkadang gejala-gejala tersebut tampak kurang jelas.
Dilansir dari laman March of Dimes, berikut adalah tanda dan gejala infeksi lainnya yang perlu ibu waspadai.
- Nyeri perut bawah.
- Demam rendah.
- Kelelahan.
- Sakit kepala.
- Keputihan dan lokia (darah nifas) yang berbau busuk.
- Merasa sulit dan nyeri saat buang air kecil.
- Pembengkakan dan nyeri tekan pada payudara.
- Nyeri pada bekas sayatan operasi caesar atau episiotomi.
Anda juga harus segera mencari bantuan medis darurat jika mengalami nyeri perut hebat, penurunan kesadaran atau rasa ingin pingsan, detak jantung lemah dan cepat, atau muntah darah.
Jika Anda memiliki kekhawatiran tertentu akan gejala infeksi postpartum, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Penyebab infeksi postpartum
Infeksi postpartum disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh ibu saat melahirkan, seperti Streptococcus dan Staphylococcus.
Kondisi ini sering kali muncul pada rahim setelah persalinan. Rahim bisa terinfeksi bila kantong ketuban terinfeksi oleh bakteri yang berasal dari vagina, kulit, atau lingkungan.
Berikut adalah penyebab infeksi postpartum berdasarkan jenisnya.
1. Endometritis
Anda berisiko mengalami infeksi endometrium atau endometritis bila menjalani operasi caesar.
Risiko infeksi juga lebih tinggi bila persalinan Anda menghabiskan waktu lama atau ada jangka waktu yang cukup lama antara pecahnya kantong ketuban dan persalinan.
2. Mastitis
Peradangan payudara atau mastitis disebabkan oleh jaringan yang luka atau infeksi. Biasanya, kondisi ini terjadi pada ibu menyusui dalam dua bulan pertama setelah melahirkan.
Mastitis umumnya muncul pada salah satu payudara. Awalnya, payudara akan tampak memiliki luka lecet, berwarna kemerahan, atau terasa hangat saat disentuh.
3. Infeksi sayatan
Bekas luka sayatan operasi caesar juga berisiko terinfeksi. Sekitar 16% wanita yang melalui operasi ini mengalami infeksi dalam satu minggu setelah persalinan.
Namun, kondisi ini dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risikonya, misalnya dengan merawat bekas luka operasi caesar dengan sebaik mungkin.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu jenis infeksi postpartum atau masa nifas yang bisa terjadi setelah melahirkan.
Kondisi ini pada umumnya terjadi bila seorang wanita memakai kateter urine maupun menerima bius epidural selama proses persalinan.
Faktor risiko infeksi postpartum
Secara umum, wanita yang menjalani operasi caesar (C-section) berisiko 5–10 kali lebih tinggi untuk mengalami infeksi daripada mereka yang melahirkan normal.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita untuk terkena infeksi postpartum.
- Anemia.
- Kegemukan dan obesitas.
- Bacterial vaginosis (infeksi bakteri pada vagina).
- Menjalani pemeriksaan vagina selama persalinan.
- Melakukan persalinan dalam waktu yang lama.
- Jeda antara ketuban pecah dan persalinan terlalu panjang.
- Pertumbuhan bakteri Streptococcus golongan B yang berlebih pada vagina.
- Terdapat sisa plasenta dalam rahim setelah persalinan.
- Perdarahan berlebih setelah persalinan (perdarahan postpartum).
Komplikasi infeksi postpartum
Infeksi postpartum bisa berbahaya, terutama bila tidak terdeteksi dan diobati sesegera mungkin. Komplikasi infeksi yang umumnya terjadi adalah abses dan sepsis.
Abses merupakan kantong berisikan nanah. Abses dapat terbentuk di dalam rahim, saluran tuba falopi, atau ovarium setelah infeksi bakteri.
Sepsis merupakan infeksi bakteri dalam aliran darah. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh sekaligus dan berpotensi mengancam nyawa.
Kedua komplikasi tersebut membuat pemulihan pascabersalin jadi lebih sulit dan lama dari biasanya.
Oleh karena itu, segeralah berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter bila Anda merasakan gejala yang mengarah pada infeksi postpartum.
Diagnosis infeksi postpartum
Infeksi postpartum didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan ibu yang melahirkan.
Dokter umumnya akan bertanya terlebih dahulu mengenai gejala yang Anda alami dan faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Selanjutnya, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda dan gejala infeksi, seperti demam, nyeri tekan, dan kemerahan pada kulit.
Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan medis seperti berikut ini.
- Tes darah: pengambilan sampel darah untuk mendeteksi infeksi bakteri.
- Tes urine (urinalisis): pengambilan sampel urine untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi saluran kemih.
- Swab vagina: pemeriksaan swab (usap) cairan vagina untuk mengumpulkan dan mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan infeksi.
- USG atau MRI: tes pencitraan untuk mencari abses pada organ dalam tubuh atau komplikasi lain dari infeksi.