backup og meta

10 Kebiasaan yang Bisa Menjadi Penyebab Sperma Sedikit

10 Kebiasaan yang Bisa Menjadi Penyebab Sperma Sedikit

Salah satu faktor yang memengaruhi kesuburan pria ialah jumlah sperma. Jumlah sperma yang sedikit atau kurang banyak bisa menjadi penyebab pasangan Anda susah hamil.

Lalu, kenapa jumlah sperma yang keluar sedikit? Simak penjelasan di bawah untuk mengetahui penyebabnya agar Anda bisa melakukan pencegahan yang tepat.

Berbagai penyebab sperma sedikit

Jumlah sel sperma normal dalam sekali ejakulasi setidaknya mencapai 15 juta sel per mililiter air mani. Kondisi saat jumlah sel sperma di bawah normal disebut oligospermia.

Oligospermia bisa membuat pasangan sulit mengalami kehamilan, sebab jumlah sperma yang tersedia untuk membuahi sel telur makin sedikit.

Tanpa Anda sadari, ada berbagai hal dan kebiasaan sehari-hari yang dapat menjadi penyebab jumlah sperma lebih sedikit daripada batas normal. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

1. Berendam di air panas

berendam air panas

Berendam di air panas merupakan salah satu alasan kenapa sperma yang keluar lebih sedikit dari biasanya. Pasalnya, paparan panas pada testis bisa mengganggu produksi sperma.

Suhu ideal pembentukan sperma lebih rendah beberapa derajat dibandingkan dengan suhu tubuh, yakni antara 34–35 derajat Celsius (°C).

Oleh karena itu, produksi sperma akan berkurang bila Anda terlalu sering berendam di dalam air yang terlalu panas.

2. Merokok

Kebiasaan merokok juga bisa menjadi penyebab jumlah sperma sedikit. Makin sering dan makin banyak rokok yang Anda isap, makin sedikit pula jumlah sperma yang dihasilkan.

Studi menemukan bahwa pria yang merokok lebih dari 20 batang rokok per hari punya jumlah sperma 19% lebih rendah dibandingkan dengan pria yang tidak merokok.

Untuk menghindari efek rokok pada sperma, berhenti merokok tentu menjadi langkah terbaik.

3. Penggunaan ponsel berlebihan

Penelitian dari University of Geneva, Swiss, menemukan bahwa pemakaian ponsel secara berlebihan dapat memengaruhi kondisi sperma yang sehat.

Diketahui bahwa pria yang menggunakan ponsel lebih dari 20 kali sehari memiliki konsentrasi sperma yang lebih rendah daripada pria yang hanya memakai ponsel seminggu sekali.

Di sisi lain, kebiasaan menyimpan ponsel di saku ternyata tidak memengaruhi jumlah sperma.

Namun, perlu diingat bahwa beberapa faktor lain, misalnya gaya hidup dan pola makan, juga bisa memengaruhi kesehatan sperma secara keseluruhan.

4. Kurang tidur

Kebiasaan tidur terlalu malam atau kurang tidur juga merupakan salah satu penyebab penurunan jumlah sperma. Ini terbukti dari studi dalam jurnal Medical Science Monitor (2017)

Studi ini menemukan bahwa pria yang tidur kurang dari 6 jam punya jumlah sperma yang lebih sedikit daripada pria yang tidur cukup sekitar 7–8 jam setiap malam.

Sementara itu, kadar sperma pria yang tidur larut malam juga cenderung rendah dibandingkan dengan pria yang tidur lebih awal, yakni pada pukul 8 hingga 10 malam.

5. Demam tinggi

Gejala yang muncul saat terkena flu atau infeksi lainnya memang bisa menyebabkan masalah produksi sperma yang sifatnya sementara.

Saat terkena demam tinggi, seluruh tubuh akan menjadi panas, termasuk penis. Tubuh Anda membutuhkan waktu 72 hari untuk kembali memproduksi sperma hingga mengeluarkannya melalui ejakulasi. 

Jumlah sperma baru akan kembali normal dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Itu sebabnya, demam tinggi secara tidak langsung bisa memengaruhi kesuburan pria.

6. Konsumsi alkohol dan kafein

minum kopi masih ngantuk

Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan akan menurunkan kadar testosteron. Hal ini bisa menjadi penyebab sperma sedikit, penurunan libido, hingga impotensi.

Tak hanya alkohol, kafein pun bisa memengaruhi kesuburan pria bila dikonsumsi secara berlebihan.

Meski kafein tidak secara langsung mengurangi sel sperma, mengonsumsi lebih dari 300 mg kafein atau sekitar tiga cangkir kopi per hari dapat menurunkan fekundabilitas sperma.

Fekundabilitas adalah kemampuan sperma membuahi sel telur. Fekundabilitas rendah artinya sel sperma yang dihasilkan cenderung lebih sulit membuahi sel telur.

7. Paparan senyawa kimia berbahaya

Paparan bahan kimia dan beracun seperti pestisida, pelarut, dan logam berat dapat menjadi penyebab jumlah sperma menjadi lebih sedikit dan meningkatkan risiko kelainan sperma.

Selain itu, BPA (bisphenol-A) yang ditemukan dalam plastik botol air minum, wadah makanan, dan lapisan kaleng alumunium juga bisa mengganggu kesuburan pria.

BPA dapat mengganggu keseimbangan hormon yang berperan penting pada produksi sperma. Akibatnya, produksi sperma menjadi tidak normal.

Oleh sebab itu, penting untuk menghindari paparan senyawa kimia berbahaya dengan memakai alat pelindung diri dan memilih produk bebas BPA (BPA free) demi menjaga kesehatan reproduksi pria.

8. Suplemen testosteron dan steroid anabolik

Suplemen testosteron dan steroid anabolik yang berisikan zat sintetis mirip hormon testosteron alami ini sering disalahgunakan untuk membangun otot dan massa tubuh.

Ketika Anda mengonsumsi testosteron sintetis dari luar, tubuh secara otomatis berpikir bahwa jumlah hormon dalam tubuh meningkat dan menghentikan produksi testosteron alami.

Padahal, testosteron alami ini sangat diperlukan oleh tubuh untuk mendukung spermatogenesis, yakni proses pembentukan sperma dalam testis.

9. Obat-obatan tertentu

Penggunaan obat tertentu, seperti calcium channel blockers dan beta blocker untuk mengobati tekanan darah tinggi, juga bisa menjadi penyebab jumlah sperma lebih sedikit.

Bahkan, artikel yang dimuat dalam International Journal of Fertility & Sterility (2016) menyebut penggunaan obat tersebut dapat meningkatkan risiko sperma kosong atau azoospermia.

Maka dari itu, sebaiknya tanyakan pada dokter terkait efek dari penggunaan obat yang sedang Anda konsumsi bila Anda dan pasangan sedang merencanakan kehamilan.

10. Obesitas

Pria yang obesitas atau kelebihan berat badan cenderung memiliki kadar lemak berlebih dalam darah. Lemak yang berlebih bisa mengubah testosteron menjadi estrogen.

Kadar estrogen yang berlebihan dalam tubuh pria dapat merusak kualitas sperma. Dengan kata lain, obesitas dan kegemukan menjadi salah satu alasan kenapa jumlah sperma sehat yang keluar lebih sedikit.

Tanpa disadari, berbagai kondisi dan kebiasaan sehari-hari di atas dapat menjadi penyebab penurunan jumlah dan kualitas sperma. 

Langkah terbaik untuk meningkatkan kualitas sperma tentu adalah dengan makan makanan bergizi seimbang, berolahraga secara rutin, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar masalah kesuburan, konsultasikan langsung dengan dokter Anda untuk mendapatkan informasi terbaik.

Kesimpulan

  • Kebiasaan sehari-hari, seperti berendam di air panas, merokok, bermain ponsel secara berlebihan, dan kurang tidur, tanpa disadari dapat menjadi penyebab sperma sedikit.
  • Kondisi medis seperti demam tinggi, obesitas, dan efek samping obat juga bisa memengaruhi kualitas dan jumlah sperma.
  • Untuk meningkatkan kesuburan pria, penting untuk menghindari penyebab di atas serta menerapkan pola hidup sehat.

[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Healthy sperm: Improving your fertility. (2022). Mayo Clinic. Retrieved July 9, 2024, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/getting-pregnant/in-depth/fertility/art-20047584

Low sperm count. (2022). Mayo Clinic. Retrieved July 9, 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/low-sperm-count/symptoms-causes/syc-20374585

Oligospermia (Low sperm count): Causes & treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved July 9, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22477-oligospermia-low-sperm-count

Jorban, A., Lunenfeld, E., & Huleihel, M. (2024). Effect of Temperature on the Development of Stages of Spermatogenesis and the Functionality of Sertoli Cells In Vitro. International journal of molecular sciences, 25(4), 2160. https://doi.org/10.3390/ijms25042160

Rahban, R., Senn, A., Nef, S., & Rӧӧsli, M. (2023). Association between self-reported mobile phone use and the semen quality of young men. Fertility and sterility, 120(6), 1181–1192. https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.2023.09.009

Presunto, M., Mariana, M., Lorigo, M., & Cairrao, E. (2023). The Effects of Bisphenol A on Human Male Infertility: A Review of Current Epidemiological Studies. International journal of molecular sciences, 24(15), 12417. https://doi.org/10.3390/ijms241512417

Liu, M. M., Liu, L., Chen, L., Yin, X. J., Liu, H., Zhang, Y. H., Li, P. L., Wang, S., Li, X. X., & Yu, C. H. (2017). Sleep Deprivation and Late Bedtime Impair Sperm Health Through Increasing Antisperm Antibody Production: A Prospective Study of 981 Healthy Men. Medical science monitor : international medical journal of experimental and clinical research, 23, 1842–1848. https://doi.org/10.12659/msm.900101

Wesselink, A. K., Wise, L. A., Rothman, K. J., Hahn, K. A., Mikkelsen, E. M., Mahalingaiah, S., & Hatch, E. E. (2016). Caffeine and caffeinated beverage consumption and fecundability in a preconception cohort. Reproductive toxicology (Elmsford, N.Y.), 62, 39–45. https://doi.org/10.1016/j.reprotox.2016.04.022

Rasmussen, J. J., Selmer, C., Østergren, P. B., Pedersen, K. B., Schou, M., Gustafsson, F., Faber, J., Juul, A., & Kistorp, C. (2016). Former Abusers of Anabolic Androgenic Steroids Exhibit Decreased Testosterone Levels and Hypogonadal Symptoms Years after Cessation: A Case-Control Study. PloS one, 11(8), e0161208. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0161208

Laganà, A. S., Vitale, S. G., Iaconianni, P., Gatti, S., & Padula, F. (2016). Male Infertility during Antihypertensive Therapy: Are We Addressing Correctly The Problem?. International journal of fertility & sterility, 10(3), 267–269. https://doi.org/10.22074/ijfs.2016.4633

Kovac, J. R., Khanna, A., & Lipshultz, L. I. (2015). The effects of cigarette smoking on male fertility. Postgraduate Medicine, 127(3), 338-341. https://doi.org/10.1080/00325481.2015.1015928

Andrade-Rocha F. T. (2013). Temporary impairment of semen quality following recent acute fever. Annals of clinical and laboratory science, 43(1), 94–97. http://www.annclinlabsci.org/content/43/1/94.full

Versi Terbaru

01/08/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Umur Berapa Pria Dianggap Paling Subur dan Kualitas Spermanya Paling Baik?

Suami Terlalu Banyak Sperma Ternyata Juga Bisa Bikin Istri Sulit Hamil


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 01/08/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan