Selama masa kehamilan, dokter biasanya akan menyarankan Anda untuk melakukan tes darah. Apa pentingnya tes darah selama masa kehamilan? Simak penjelasan berikut ini untuk mengetahui manfaat dan jenis pemeriksaan yang bisa Anda lakukan.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika
Selama masa kehamilan, dokter biasanya akan menyarankan Anda untuk melakukan tes darah. Apa pentingnya tes darah selama masa kehamilan? Simak penjelasan berikut ini untuk mengetahui manfaat dan jenis pemeriksaan yang bisa Anda lakukan.
Tes darah merupakan salah satu bagian dari pemeriksaan laboratorium atau cek lab yang penting untuk Anda dapatkan selama masa kehamilan.
Pemeriksaan melalui sampel darah ini membantu dokter memantau kondisi yang bisa membahayakan kesehatan ibu hamil dan janin, seperti gula darah tinggi, anemia, dan infeksi.
Prosedur ini juga membantu mengungkap risiko komplikasi kehamilan pada janin, seperti kelahiran prematur hingga cacat lahir yang disebabkan kelainan genetik tertentu.
Dengan informasi tersebut, dokter dapat merencanakan langkah pencegahan atau perawatan yang sesuai untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi yang akan lahir.
Berikut ini adalah beberapa jenis tes darah kehamilan yang perlu Anda ketahui manfaatnya.
Kehadiran hormon hCG atau human chorionic gonadotropin dalam darah bisa digunakan untuk mendeteksi tanda kehamilan. Kadar hCG akan mulai meningkat 10 hari setelah pembuahan.
Selain untuk memastikan Anda hamil atau tidak, pemeriksaan hCG juga bisa membantu dokter memperkirakan usia kehamilan secara lebih akurat.
Kadar hCG yang abnormal juga membantu dokter mendiagnosis kehamilan ektopik, kehamilan molar (hamil anggur), hingga menilai risiko Sindrom Down pada bayi Anda.
Pemeriksaan darah lengkap atau complete blood count (CBC) bertujuan memeriksa setiap sel dalam darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, dan trombosit.
Perubahan pada salah satu komponen darah di atas dapat menandakan gangguan saat hamil.
Misalnya, saat kadar hemoglobin (Hb) dalam darah terlalu rendah, itu artinya Anda mengalami anemia. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko keguguran dan kelahiran prematur.
Sementara itu, bila cek darah kehamilan menunjukkan kadar sel darah putih (leukosit) yang terlalu tinggi, hal ini bisa menandakan infeksi pada ibu hamil.
Pemeriksaan darah untuk ibu hamil ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah (A, B, AB, atau O) dan faktor rhesus (positif atau negatif). Tes ini sebaiknya dilakukan sejak awal kehamilan.
Selain untuk mempermudah transfusi darah yang mungkin diperlukan selama persalinan, hal ini juga membantu mencegah suatu kondisi yang disebut inkompatibilitas rhesus.
Inkompatibilitas rhesus terjadi bila faktor rhesus (Rh) antara ibu hamil dan janin berbeda. Sebagai contoh, Anda memiliki Rh-, sedangkan janin Anda memiliki Rh+.
Tubuh Anda akan memproduksi antibodi pada darah bayi yang berbeda rhesus. Ketika antibodi masuk ke dalam tubuh janin, ini dapat merusak sel darah dan menyebabkan anemia pada janin.
Hormon kehamilan bisa mengganggu kadar gula darah normal dalam tubuh. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengalami diabetes gestasional.
Jenis diabetes ini diperkirakan memengaruhi 2–5% wanita hamil. Jika tidak ditangani dengan tepat, diabetes gestasional bisa memicu keguguran dan kelahiran prematur.
Tes gula darah biasanya dilakukan pada trimester kedua. Tes dapat dilakukan lebih awal bila Anda mengalami kegemukan atau memiliki riwayat diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya.
Screening atau pemeriksaan TORCH bertujuan untuk mendeteksi beberapa penyakit infeksi berbahaya.
Tes darah ini dilakukan dengan memeriksa dua jenis imunoglobulin pada ibu hamil, yaitu IgM yang muncul saat Anda pertama kali terinfeksi dan IgG yang muncul setelah Anda terinfeksi sebelumnya.
Jenis infeksi yang termasuk di dalam panel TORCH yakni toksoplasmosis, rubela, cytomegalovirus, herpes simplex virus (HSV), dan sifilis.
Janin yang tertular infeksi dari tubuh ibu dapat mengalami lahir prematur, lahir mati (stillbirth), dan masalah kesehatan lainnya dalam jangka panjang.
Salah satu metode yang dilakukan untuk mendeteksi HIV pada ibu hamil ialah tes VCT.
VCT atau voluntary counseling and testing merupakan pemeriksaan sukarela untuk mengetahui apakah Anda positif atau negatif terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus).
Serangkaian tes dan konseling ini membantu mengurangi penularan HIV dari ibu hamil ke anak.
Jika Anda positif HIV, dokter akan memberikan terapi obat antiretroviral dan menyarankan Anda melahirkan dengan operasi caesar untuk menurunkan risiko penularan.
Infeksi virus hepatitis B (HBV) bisa menyebabkan kerusakan hati. Penularan penyakit ini paling sering terjadi secara vertikal dari ibu ke bayi, baik selama kehamilan atau persalinan.
Oleh sebab itu, salah satu cek darah yang direkomendasikan selama kehamilan ialah tes hepatitis B.
Pemeriksaan ini akan mengukur beberapa penanda infeksi HBV di dalam darah, seperti antigen dan antibodi spesifik dari virus tersebut.
Apabila hasil pemeriksaan positif, ibu hamil perlu segera mendapatkan pengobatan. Imunisasi hepatitis B juga perlu diberikan setelah bayi lahir dan sebelum berusia 24 jam.
Tes VDRL atau venereal disease research laboratory bertujuan untuk mengukur antibodi dalam darah setelah tubuh terinfeksi bakteri penyebab sifilis, yakni Treponema pallidum.
Ibu hamil bisa terinfeksi bakteri sifilis akibat perilaku seksual yang berisiko. Infeksi bisa menular ke tubuh janin dan menyebabkan kondisi fatal yang disebut sifilis kongenital.
Sifilis kongenital berisiko menyerang organ vital pada tubuh janin. Kondisi ini juga meningkatkan peluang keguguran, kelahiran prematur, dan bayi lahir mati.
NIPT atau non-invasive prenatal test adalah tes darah selama masa kehamilan yang bertujuan untuk memastikan kelengkapan kromosom pada janin.
Pemeriksaan ini membantu memberikan informasi terkait kelainan genetik pada janin, meliputi sindrom Down, sindrom Klinefelter, dan hiperplasia adrenal kongenital.
Sebagian ibu hamil juga melakukan tes darah ini guna mengetahui jenis kelamin bayi. Bahkan, tes NIPT bisa Anda lakukan lebih awal, yakni mulai usia kehamilan 7 minggu.
Itulah berbagai cek darah yang dapat dilakukan selama kehamilan. Dokter mungkin hanya akan menyarankan beberapa pemeriksaan jika Anda berisiko tinggi terhadap penyakit atau kondisi tertentu.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar