backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Amankah Jika Ibu Hamil Makan Cumi?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 26/10/2022

    Amankah Jika Ibu Hamil Makan Cumi?

    Saat hamil, ibu mungkin ingin menyantap berbagai jenis makanan. Salah satu yang kerap masuk dalam daftar menu yang ingin dimakan ibu hamil adalah cumi. Namun, bolehkah ibu makan cumi saat hamil? Sebelum makan, cari tahu dulu jawabannya di sini, ya!

    Bolehkah ibu hamil makan cumi?

    manfaat cumi-cumi

    Jawaban singkatnya, boleh. Tidak ada pantangan bagi ibu hamil (bumil) bila ingin makan cumi. Terlebih lagi, cumi tak hanya enak, tapi juga mengandung beragam zat gizi.

    Kandungan nutrisi atau zat gizi di dalam cumi tentu baik untuk mendukung kehamilan dan pertumbuhan janin di dalam kandungan.

    Sayangnya, masih ada ibu hamil atau keluarga yang enggan memperbolehkan makan cumi saat hamil karena dipercaya dapat mengakibatkan masalah dalam kehamilan maupun ketika persalinan.

    Misalnya, cumi diduga dapat menyebakan keguguran bila dimakan di trimester pertama kehamilan, kulit bayi membiru saat lahir, janin terbelit dengan ari-ari, bayi sulit saat dilahirkan, hingga anak berjalan mundur.

    Hal-hal tersebut merupakan mitos di masyarakat sehingga membuat ibu hamil biasanya tidak boleh makan cumi.

    Padahal, mitos-mitos tersebut tentu tidak benar adanya. Justru sebaliknya, makan cumi saat hamil memberikan manfaat baik bagi ibu dan janin, khususnya dari segi nutrisi.

    Apa manfaat dari kandungan cumi untuk ibu hamil?

    sayuran yang bagus untuk ibu hamil

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, berbagai kandungan nutrisi di dalam cumi punya manfaat baik untuk ibu hamil maupun janinnya.

    Itu sebabnya, jika ada yang bertanya bolehkah ibu makan cumi saat hamil? Tentu tidak ada larangan.

    Ibu hamil akan mendapatkan energi, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, dan lainnya.

    Nah, kabar baiknya lagi, cumi kaya kandungan omega-3. Omega-3 adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh.

    Omega-3 termasuk lemak esensial artinya penting dan dibutuhkan oleh tubuh.

    Meski tidak dapat dihasilkan tubuh, berbagai sumber makanan, khususnya makanan laut, bisa membantu memberikan asupan omega-3 yang tubuh butuhkan. Dalam hal ini termasuk bagi ibu hamil.

    Itulah mengapa ibu hamil sangat disarankan makan makanan laut (seafood), salah satunya adalah cumi.

    Makanan dengan kandungan omega-3 juga bisa membantu menjaga fungsi jantung dan mengurangi risiko terserang kanker.

    Namun, beberapa ibu hamil mungkin bimbang bila ingin makan makanan laut mengingat ada potensi kandungan merkuri di dalamnya.

    Anda tidak perlu khawatir, karena tidak semua makanan laut tinggi mengandung banyak merkuri sehingga perlu dihindari.

    Melansir dari American Pregnancy Association, cumi termasuk makanan laut yang rendah merkuri sehingga aman dimakan 6 ons atau sekitar 170 gram per minggu.

    Adakah risiko bila ibu hamil makan cumi?

    makan cumi saat hamil

    Risiko makan cumi saat hamil memang ada, tapi tidak ada kaitannya dengan berbagai mitos di masyarakat.

    Bumil memang boleh makan cumi. Namun, kalau terlalu banyak makan cumi saat hamil, berikut dampak yang mungkin terjadi.

    1. Meningkatkan kadar kolesterol

    Sebelumnya sempat dijelaskan bahwa cumi mengandung asam lemak tak jenuh. Inilah salah satu alasan mengapa bila ditanya bolehkah ibu hamil makan cumi? Maka jawabannya adalah boleh.

    Hanya saja, proses pengolahan cumi yang keliru bisa menimbulkan risiko bagi ibu hamil.

    Seperti yang mungkin sudah Anda tahu, makanan yang digoreng mengandung kalori dan lemak yang cukup tinggi.

    Bahayanya bila semakin meningkat terutama bila minyak yang digunakan sudah berulang kali dipakai untuk menggoreng.

    Hal ini berisiko meningkatkan kadar kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi di dalam tubuh.

    Namun, selama dikonsumsi dalam batas aman, tentu tidak masalah untuk ibu hamil.

    2. Keracunan

    Ibu hamil boleh makan cumi hanya bila dalam keadaan sudah matang, bukan mentah.

    Ketika hamil, ibu dianjurkan makan makanan yang sehat, termasuk makanan yang sudah matang.

    Tujuannya untuk mengurangi risiko terserang penyakit dan keracunan akibat makan makanan mentah maupun yang kurang matang.

    Jika sampai keracunan, ibu hamil bisa mengalami muntah-muntah, diare, sakit perut, maupun gejala lainnya.

    Tips aman makan cumi saat hamil

    bahaya paraben untuk ibu hamil

    Cumi memang punya manfaat yang baik bagi kehamilan dan perkembangan janin di dalam kandungan.

    Meski begitu, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan cumi untuk dimakan saat hamil.

    • Pilih dan belilah cumi yang kondisinya masih segar, tidak berlendir, dan tidak berbau aneh.
    • Saat hendak memasak cumi, sebaiknya cuci dan pisahkan cumi dari makanan-makanan matang yang ada di dapur guna mencegah kontaminasi silang.
    • Cuci tangan, peralatan masak, hingga peralatan makan dengan bersih sebelum memasak.
    • Masak cumi hingga matang dengan metode memasak yang Anda sukai, misalnya digoreng, ditumis, dipanggang, dan lainnya.
    • Jika semua proses memasak sudah selesai, jangan lupa cuci tangan dan semua peralatan masak yang sudah digunakan sampai bersih.

    Jadi, jika Anda masih bertanya-tanya mengenai bolehkah ibu hamil makan cumi, sebenarnya boleh.

    Hanya saja, bagi ibu hamil yang memiliki alergi dengan makanan laut, termasuk cumi, sebaiknya lebih berhati-hati atau bahkan menghindari makan cumi guna mencegah kambuhnya gejala alergi saat hamil.

    Bila masih memiliki pertanyaan terkait makan cumi selama kehamilan, Anda bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter kandungan.

    Hal yang terpenting, pastikan asupan nutrisi ibu hamil terpenuhi dengan baik.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 26/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan