Banyak perempuan mengalami perdarahan saat hamil muda. Meskipun kondisi ini sering dialami ibu hamil, keluarnya darah dari vagina juga bisa menandakan komplikasi. Lalu, seperti apa ciri-ciri perdarahan saat hamil yang normal? Kapan kondisi ini perlu diwaspadai?
Ciri-ciri perdarahan saat hamil yang normal
Wajar bila ibu hamil mendapati bercak darah setelah berhubungan intim atau menjalani tes internal dalam pemeriksaan kandungan rutin.
Dilansir dari situs American College of Obstetrician and Gynecologists (ACOG), bercak darah yang muncul dalam 1–2 minggu setelah pembuahan biasanya menandakan perdarahan implantasi.
Pada masa-masa ini, sel telur yang sudah dibuahi akan menempel pada dinding rahim. Leher rahim pun menjadi lebih sensitif dan mudah berdarah karena ada banyak pembuluh darah yang berkembang.
Ini yang membuat perdarahan saat hamil muda bisa terjadi setelah berhubungan intim atau setelah pemeriksaan panggul.
Secara umum, berikut ini adalah ciri-ciri perdarahan saat hamil yang terbilang normal.
- Keluar darah sedikit, terkadang berupa flek saat hamil, mirip seperti bercak perdarahan yang dialami pada awal atau akhir menstruasi.
- Perdarahan berlangsung cukup singkat, umumnya tidak lebih dari tiga hari.
- Tidak disertai dengan gejala lain, terutama sakit atau kram perut.
Sebaliknya, Anda perlu waspada bila keluar darah dari vagina disertai gejala berikut ini.
- Perdarahan sangat hebat, seperti menstruasi berat atau keluar gumpalan darah besar.
- Gejala berlanjut atau terjadi berulang selama lebih dari beberapa hari.
- Kram perut, pusing, dan tubuh lemah.
Kapan perdarahan saat hamil umum terjadi?
Keluarnya darah dari vagina saat hamil biasanya terjadi pada trimester pertama, mulai dari usia kehamilan 1–12 minggu. Menurut American College of Obstetrician and Gynecologists (ACOG), kondisi ini terjadi pada 15–25% kehamilan. Penyebab perdarahan saat hamil yang harus segera diperiksakan
Beberapa penyebab keluar darah saat hamil yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut.
1. Keguguran
Perdarahan tidak normal sebelum usia kehamilan 20 minggu sering kali menandakan keguguran. Keguguran biasanya juga ditandai dengan perdarahan berat, nyeri hebat, dan kontraksi.
Kombinasi dari gejala-gejala tersebut menunjukkan adanya masalah serius dalam kehamilan yang memerlukan penanganan medis segera.
2. Kehamilan ektopik
Selain karena keguguran, perdarahan saat hamil muda juga bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik alias kehamilan di luar kandungan.
Kehamilan ektopik terjadi saat sel telur yang telah dibuahi sperma menempel di luar rahim, biasanya pada saluran yang menghubungkan ovarium dan rahim (tuba falopi).
3. Kehamilan mola
Kehamilan mola atau biasa disebut hamil anggur merupakan kondisi kehamilan abnormal yang ditandai dengan perkembangan kista di dalam rahim.
Kondisi yang terjadi pada satu dari 500 kehamilan ini berpotensi menimbulkan perdarahan tidak normal pada awal kehamilan.
Gejala lain yang perlu diwaspadai meliputi mual parah, ukuran rahim yang lebih besar dari usia kehamilan, dan tingkat hormon human chorionic gonadotropin (hCG) yang tinggi.
4. Vasa previa
Vasa previa adalah komplikasi kehamilan ketika pembuluh darah yang seharusnya terlindungi tali pusat justru keluar dan berada di dekat mulut rahim bagian dalam.
Kondisi pembuluh darah yang mudah pecah ini bisa membuat janin kehilangan banyak darah sehingga membahayakan nyawanya.
Pada umumnya, vasa previa ditandai dengan perdarahan vagina yang tidak terasa sakit. Kebanyakan kasus vasa previa terjadi secara tiba-tiba setelah ketuban pecah.
5. Janin meninggal di dalam kandungan
Meninggalnya janin di dalam kandungan (stillbirth) juga kerap ditandai dengan perdarahan ketika hamil.
Menurut World Health Organization (WHO), kondisi ini juga mencakup bayi yang lahir tanpa tanda-tanda kehidupan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih.
Stillbirth bisa terjadi pada siapa saja. Sekitar dua juta kasus bayi meninggal dalam kandungan terjadi setiap tahunnya.
6. Rahim robek
Istilah rahim robek merujuk pada kondisi yang terjadi saat terdapat robekan di dinding rahim. Komplikasi kehamilan ini juga disebut ruptur uteri.
Selain perdarahan hebat yang terjadi sebelum atau selama persalinan, komplikasi ini juga menimbulkan nyeri perut di sela-sela kontraksi melahirkan.
Biasanya, risiko terjadinya ruptur uteri lebih tinggi pada ibu yang melahirkan normal dengan riwayat operasi caesar dan bedah transmiometrium.
7. Trauma serviks
Darah yang keluar dari vagina saat hamil juga bisa berasal dari trauma serviks. Hal ini terjadi tiba-tiba dan biasanya disebabkan karena hubungan intim.
Anda mungkin akan merasakan nyeri panggul ringan sampai sedang, tergantung pada tingkat keparahan trauma pada serviks.
8. Plasenta previa
Plasenta previa terjadi saat plasenta berada sangat rendah di bawah rahim atau tepat berada di atas leher rahim sehingga bisa mengganggu proses persalinan.
Kelainan plasenta ini mungkin terjadi pada sekitar 0,5% kehamilan dan paling sering ditemukan pada trimester ketiga kehamilan.
Gejala utama dari plasenta previa yakni perdarahan berwarna merah cerah yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Kondisi ini bisa disertai dengan rasa sakit maupun tidak.
9. Abruptio plasenta
Komplikasi ini terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi lahir. Hal ini akan memutuskan jalur gizi dan oksigen untuk janin.
Selain itu, abruptio plasenta juga memicu perdarahan parah yang berbahaya bagi ibu dan janin.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2022) menyebutkan sekitar 0,4–1% ibu hamil mengalami abruptio plasenta.
10. Tanda persalinan
Perdarahan yang diiringi dengan keputihan berlendir dari vagina bisa menjadi tanda bahwa persalinan akan segera tiba.
Gejala ini menandakan bahwa tubuh sedang bersiap untuk proses persalinan atau kelahiran bayi, terutama bila terjadi pada minggu ke-37 hingga ke-40 kehamilan.
Cara mengatasi perdarahan saat hamil
Semua perdarahan saat hamil harus dilaporkan ke dokter atau bidan, bahkan bila darah tampaknya telah berhenti keluar dari vagina.
Walaupun kemungkinan penyebabnya adalah sesuatu yang sederhana, dokter tetap perlu memastikan bahwa kandungan Anda tetap sehat.
Pada kasus perdarahan yang normal, dokter biasanya menyarankan penanganan sebagai berikut.
- Gunakan pembalut tipis atau pantyliner untuk memantau jumlah dan warna perdarahan yang terjadi selama kehamilan.
- Hindari olahraga atau aktivitas fisik berat yang berisiko memperparah perdarahan.
- Sementara waktu tidak melakukan hubungan intim, terutama bila keluarnya darah saat hamil terkait dengan masalah pada serviks atau leher rahim.
- Kelola stres dengan baik untuk meminimalkan rasa sakit dan nyeri akibat kram perut.
- Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi yang dapat memperburuk kram.
Perdarahan yang disertai dengan nyeri hebat, kram, atau keluarnya gumpalan darah dari dalam rahim dapat menandakan komplikasi serius, seperti keguguran atau kehamilan ektopik.
Dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut berupa USG atau tes darah untuk menentukan penyebab dan memberikan penanganan yang tepat.
Untuk mendapatkan penanganan terbaik, Anda bisa membuat janji atau booking terlebih dahulu dengan dokter kandungan Anda melalui Hello Sehat.
Kesimpulan
- Perdarahan ringan saat hamil yang tergolong normal adalah yang terjadi setelah berhubungan intim atau melakukan pemeriksaan kandungan.
- Sementara itu, perdarahan yang disertai dengan nyeri hebat, kram perut, dan keluarnya gumpalan darah harus segera diperiksakan karena bisa menunjukkan kondisi serius.
- Untuk mencegah komplikasi, selalu laporkan setiap perdarahan pada dokter atau bidan sehingga Anda mendapatkan penanganan yang tepat.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]