Mual selama kehamilan, yang secara medis disebut morning sickness, adalah salah satu hal yang paling umum dialami ibu hamil pada trimester pertama. Sering kali muncul pertanyaan: mual saat hamil sebaiknya dimuntahkan atau ditahan? Simak jawabannya dalam uraian berikut ini.
Mual saat hamil sebaiknya dimuntahkan atau ditahan?
Bila Anda memang sangat ingin muntah, jangan ditahan secara paksa karena itu adalah reaksi alami tubuh. Dari sudut pandang medis, ini adalah “alarm alami” tubuh Anda.
Namun, bukan berarti Anda harus memancing muntah. Jangan memaksakan untuk muntah jika Anda hanya merasakan mual ringan tanpa dorongan muntah yang kuat.
Menahan muntah, jika memang tubuh tidak mendorongnya, justru bisa membantu menstabilkan perut dan mencegah dehidrasi selama kehamilan.
Mual saat hamil adalah gejala yang sangat umum dan biasanya disebabkan oleh peningkatan hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen, terutama pada awal kehamilan.
Sangat wajar jika Anda sering mual dan muntah pada masa-masa ini. Keluhan ini biasanya membaik saat kehamilan memasuki minggu ke-12 hingga ke-20.
Morning sickness baru menjadi masalah jika Anda terus-menerus muntah sehingga mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) atau penurunan berat badan secara drastis.
Kondisi yang dikenal sebagai hiperemesis gravidarum ini harus segera ditangani karena dapat berdampak buruk terhadap kesehatan ibu dan janin.
Jadi, jawaban untuk pertanyaan “Mual saat hamil sebaiknya dimuntahkan atau ditahan?” kembali pada kondisi tubuh Anda sendiri.
Amati, kenali pemicunya, dan jangan ragu untuk meminta bantuan medis jika gelaja memburuk atau berlangsung lama.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]
Kapan sebaiknya Anda muntah?
Mual dan muntah selama hamil adalah hal yang wajar jika hanya terjadi sesekali. Ini merupakan efek dari hormon hCG dan estrogen yang meningkat pada awal kehamilan.
Namun, bila rasa mual sangat kuat sehingga Anda harus muntah berulang kali atau bahkan tidak bisa makan atau minum sama sekali, ini tanda peringatan yang serius.
Jika Anda terus-menerus memuntahkan makanan atau minuman apa pun yang masuk, tubuh menjadi rentan kekurangan cairan dan zat gizi.
Gejala serius, seperti mulut kering, lemas, sulit kencing, atau penurunan berat badan, juga tidak boleh diabaikan. Segera temui dokter jika Anda mengalami ciri-ciri tersebut.
Sementara bagi Anda yang masih bisa bertahan dan hanya mual sesekali, fokuslah pada upaya meredakan mual saat hamil tanpa memaksakan diri untuk muntah.
Amati tubuh Anda dan lakukan hal-hal yang bisa membuat Anda merasa lebih baik, misalnya mengonsumsi makanan penghilang mual atau menghirup uap aromaterapi.
Cara mengatasi mual saat hamil
Untuk membantu Anda menghadapi rasa mual selama kehamilan, berikut beberapa cara praktis yang dapat diterapkan sehari-hari.
- Makan dalam porsi kecil tetapi sering. Lambung yang kosong mudah memicu mual. Usahakan makan 5–6 kali sehari dalam porsi kecil agar perut tetap terisi.
- Pilih makanan yang mudah dicerna. Biskuit, roti tawar, bubur, atau nasi putih seringkali lebih mudah diterima perut daripada makanan berlemak atau pedas.
- Hindari pemicu mual. Jika Anda sensitif terhadap bau atau rasa tertentu, sebisa mungkin jauhi makanan yang menjadi penyebab mual saat hamil.
- Minum air putih secara teratur. Cegah dehidrasi dengan minum sedikit-sedikit tapi sering. Jika air putih membuat mual, coba air dingin atau air lemon.
- Konsumsi jahe atau teh peppermint. Kedua bahan ini telah lama dipercaya dapat membantu mengurangi mual secara alami. Anda bisa mengonsumsi teh jahe hangat atau permen peppermint.
- Sediakan camilan sehat di dekat tempat tidur. Makanlah biskuit atau roti tawar sebelum bangkit untuk beraktivitas pada pagi hari.
- Jaga sirkulasi udara ruangan. Pastikan ruangan tempat Anda beraktivitas memiliki ventilasi baik untuk mengurangi bau tidak sedap yang memicu mual.
- Latihan napas dalam atau meditasi. Mengatur napas perlahan membantu tubuh lebih rileks sehingga tekanan pada lambung ikut berkurang.
- Tidur cukup dan berkualitas. Ibu hamil yang kurang tidur lebih rentan mual. Usahakan tidur 7–8 jam setiap malam dan tidur siang jika memungkinkan.
Jika Anda masih bingung sebaiknya mual yang terasa saat hamil dimuntahkan atau ditahan, tenang saja. Setiap ibu hamil memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
Setiap orang juga memiliki respons yang beragam terhadap tips di atas. Jadi, cobalah beberapa strategi dan catat mana yang paling efektif bagi Anda.
Karena dukungan emosional sangatlah penting, sampaikan juga kepada keluarga agar mereka memahami dan bisa membantu Anda saat mual melanda.
Kapan mual saat hamil harus diperiksakan ke dokter?
Sebaiknya temui dokter jika morning sickness Anda tidak juga membaik dan/atau Anda mengalami kondisi berikut ini.
- Muntah berulang lebih dari dua kali sehari.
- Kesulitan menelan makanan atau minuman hingga tidak mampu makan/minum sama sekali.
- Tanda dehidrasi seperti jarang buang air kecil, warna urine sangat pekat, mulut kering, atau lemas.
- Penurunan berat badan lebih dari 2 kg dalam waktu singkat.
- Rasa pusing hebat atau jantung berdebar.
- Muntah disertai keluarnya darah.
Jika salah satu gejala di atas muncul, jangan menunggu lebih lama. Segera konsultasikan ke dokter kandungan atau fasilitas kesehatan terdekat.
Dengan mengenal tubuh, mencoba strategi yang tepat, serta tidak ragu mencari bantuan profesional saat perlu, kehamilan akan terasa lebih aman dan nyaman.
Kesimpulan
- Bila Anda memang ingin muntah, jangan menahannya. Namun, jangan sengaja memancing muntah jika Anda hanya merasa mual ringan.
- Mual dan muntah saat hamil disebabkan oleh peningkatan hormon hCG dan estrogen, terutama pada awal kehamilan.
- Jika mual dan muntah membuat Anda tidak bisa makan atau minum, Anda mungkin mengalami kondisi yang disebut hiperemesis gravidarum. Segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.