Pembengkakan selama kehamilan merupakan kondisi yang umum terjadi. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa janin di dalam kandungan juga bisa mengalami pembengkakan? Dalam dunia medis, kondisi ini disebut mirror syndrome (MS).
Lantas, apakah pembengkakan pada janin membahayakan kehamilan? Apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya? Temukan jawabannya melalui uraian berikut.
Apa itu mirror syndrome?
Mirror syndrome adalah kondisi saat ibu hamil dan janin yang dikandungnya sama-sama mengalami pembengkakan.
Kondisi yang juga dikenal sebagai Ballantyne syndrome atau triple edema ini termasuk sebagai masalah kehamilan yang cukup langka.
Kemunculannya biasanya terjadi saat usia kandungan mencapai 14 minggu hingga 34 minggu.
Meski termasuk kondisi langka, mirror syndrome perlu segera ditangani dengan tepat karena bisa menimbulkan berbagai komplikasi kehamilan, seperti anemia dan gagal jantung pada ibu hamil.
Selain itu, Ballantyne syndrome meningkatkan risiko keguguran dan janin mati dalam kandungan.
Apa saja tanda dan gejala mirror syndrome?
Gejala mirror syndrome sangat mirip dengan preeklampsia, berikut adalah beberapa di antaranya.
- Tangan dan kaki bengkak saat hamil.
- Berat badan naik drastis dalam waktu singkat.
- Tekanan darah tinggi atau hipertensi saat hamil.
- Terdapat protein dalam urine.
Pada mirror syndrome, gejalanya akan diikuti dengan berbagai kondisi berikut.
- Peningkatan jumlah cairan ketuban (polihidroamnion).
- Pembesaran plasenta (placentomegaly).
- Pembengkakan pada beberapa organ tubuh janin, seperti jantung, hati, dan limpa. Kondisi ini umumnya terlihat melalui USG.
Apa penyebab mirror syndrome?
Sampai saat ini, penyebab utama Ballantyne syndrome belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi, studi dalam Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing menyebutkan bahwa mirror syndrome mungkin berkaitan dengan hidrops fetalis.
Ini merupakan penumpukan cairan pada organ-organ tubuh janin, terutama paru-paru, jantung, atau perut.
Selain itu, beberapa kondisi berikut dinilai meningkatkan risiko ibu hamil untuk mengalami Ballantyne syndrome.
- Terkena infeksi virus saat hamil.
- Malformasi atau kelainan selama proses pembentukan janin.
- Komplikasi pada kehamilan kembar identik, seperti twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS).
- Terdapat tumor pada kandungan atau sacrococcygeal teratoma (SCT).
- Rhesus darah orang tua dan janin yang berbeda.
- Tekanan darah meningkat atau cenderung tinggi saat hamil.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis Ballantyne syndrome, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut.
- Amniosentesis atau pemeriksaan sampel cairan ketuban.
- Pengukuran kadar protein dalam urine.
- Pemeriksaan USG dan MRI untuk mendeteksi jumlah cairan ketuban, pembesaran plasenta, serta pembengkakan pada janin.
- Pemeriksaan tekanan darah.
Ikuti saran pemeriksaan dari dokter untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Bagaimana mengatasi mirror syndrome?
Penanganan utama yang akan diusahakan untuk mengatasi mirror syndrome adalah mengeluarkan janin sesegera mungkin.
Setelah janin berhasil dilahirkan, dokter akan mengeluarkan kelebihan cairan di tubuhnya. Berikut adalah langkah penanganan Ballantyne syndrome secara umum.
1. Persalinan darurat
Jika usia janin belum memenuhi syarat untuk dilahirkan, dokter biasanya akan menyarankan ibu hamil untuk menjalani persalinan prematur.
Persalinan permatur bisa dilakukan dengan memberikan obat perangsang untuk mempercepat kontraksi atau melalui operasi caesar.
Dokter akan menentukan metode mana yang paling aman untuk ibu dan janin.
2. Mengeluarkan cairan pada bayi setelah dilahirkan
Bayi yang terlahir dengan mirror syndrome perlu segera mendapatkan perawatan untuk mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuhnya.
Salah satu obat yang biasanya diberikan adalah obat untuk mencegah gagal jantung sekaligus membantu ginjal membuang kelebihan cairan.
Setelah itu, si Kecil akan dipantau secara ketat di dalam neonatal intensive care unit (NICU).
Sampai saat ini, tidak ada cara khusus untuk mencegah Ballantyne syndrome. Cara terbaik yang bisa dilakukan untuk menghindari kondisi ini adalah dengan menjalani pemeriksaan kehamilan rutin ke dokter kandungan.
Ibu hamil setidaknya membutuhkan pemeriksaan kehamilan satu bulan sekali pada terimester pertama dan kedua. Setelah memasuki trimester tiga, pemeriksaan biasanya dilakukan lebih sering.
Melalui pemeriksaan rutin, dokter bisa mendeteksi berbagai masalah kehamilan sedini mungkin, baik yang terjadi pada ibu maupun janin.
Kesimpulan
- Mirror syndrome adalah komplikasi kehamilan langka ketika ibu dan janin sama-sama mengalami pembengkakan.
- Kondisi ini ditandai dengan peningkatan jumlah cairan ketuban, pembesaran plasenta, dan pembengkakan pada beberapa organ tubuh janin.
- Penyebab Ballantyne syndrome belum diketahui secara pasti, tetapi telah dikaitkan dengan hidrops fetalis.
- Perawatan utamanya adalah dengan melakukan persalinan sesegera mungkin.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]