Miom atau fibroid rahim adalah tumor jinak yang terdapat pada rahim wanita. Ia tumbuh karena adanya peningkatan hormon estrogen pada saat haid dan hamil. Apa sajakah bahaya yang mengintai jika mengalami miom saat hamil dan bagaimana mengatasinya? Simak penjelasan berikut ya, Bu.
Faktor risiko miom saat hamil
Jurnal Reviews in Obstetrics and Gynecology menyebutkan bahwa tumor jinak saat hamil sangat umum terjadi. Kemungkinannya mencapai 6 dari 10 wanita yang hamil di usia 35 tahun ke atas, 8 dari 10 wanita hamil usia 50 tahun ke atas.
Sementara itu 1 dari 3 wanita hamil yang berusia 25 tahun ke atas mungkin mengalami gejala penyakit miom. Meski begitu, hanya 40% di antaranya yang memiliki ukuran tumor yang besar yaitu lebih dari 5 cm, selebihnya berukuran kecil
Kondisi ini lebih umum terjadi pada wanita berkulit hitam ras Afrika-Amerika, tetapi pada dasarnya semua wanita di usia subur memungkinkan mengalami kasus ini.
Mengutip situs National Institute of Child Health and Human Development wanita yang lebih berisiko mengalami miom saat hamil antara lain memiliki faktor risiko di bawah ini.
- Hamil di usia 35 tahun ke atas
- Tidak memiliki riwayat hamil sebelumnya
- Mengalami berat badan berlebih atau obesitas
- Memiliki riwayat keluarga yang mengalami miom
- Kekurangan vitamin D saat hamil
- Konsumsi kedelai yang berlebihan saat hamil
Sementara itu, mereka yang pernah hamil sebelum berusia 35 tahun dan atau mengonsumsi KB hormonal baik pil maupun suntikan dalam waktu yang cukup lama memiliki risiko lebih rendah mengalami kondisi ini.
Apakah miom bisa hilang saat hamil?
Wanita yang memiliki tumor ini sebelum hamil biasanya akan tetap memilikinya selama masa kehamilan jika tidak menjalani pengobatan khusus.
Kebanyakan miom tidak mengalami perubahan ukuran saat hamil. Namun, sebagian wanita mengalami pembesaran ukuran pada trimester pertama lalu mengecil setelah melahirkan.
Sementara itu, jurnal Case Report in Obstetrics and Gynecology menyebut wanita bisa saja memiliki lebih dari satu miom dengan lokasi dan ukuran yang berbeda-beda pada saat hamil.
Hamil dengan miom membesar apakah berbahaya bagi janin?
Miom yang membesar mungkin terjadi saat hamil. Sayangnya, ia cenderung sulit dideteksi oleh dokter karena tertutupi oleh janin. Jika mengalaminya, Anda berisiko mengalami bahaya-bahaya berikut ini.
1. Bayi tidak berkembang dengan optimal
Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena miom yang terdapat dalam kandungan dapat menghalangi janin untuk tumbuh dan membesar.
2. Keguguran
Sebuah penelitian menyatakan bahwa wanita yang memiliki miom saat hamil dua kali lebih berisiko mengalami keguguran.
3. Nyeri perut yang hebat saat hamil
Miom yang terdapat pada rahim dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Bayi lahir prematur
Rasa nyeri yang hebat tersebut dapat memicu kontraksi rahim sehingga memungkinkan bayi lahir sebelum waktunya.
[embed-health-tool-due-date]
5. Pendarahan saat hamil
Selain rasa nyeri, sebagian wanita yang memiliki miom saat hamil juga mengalami pendarahan di trimester pertama kehamilan. Pendarahan ini kadang diikuti dengan keguguran tetapi bisa saja janin tetap bertahan.
6. Abruptio plasenta
Abruptio plasenta adalah kondisi plasenta terlepas dari dinding rahim. Ini memungkinkan terjadi jika letak tumor menghalangi ikatan plasenta ke rahim.
7. Posisi janin yang tidak normal
Keberadaan miom dalam rahim dapat mendesak janin sehingga posisinya menjadi tidak normal.
8. Distosia
Saat melahirkan, tumor tersebut dapat menghalangi jalan lahir sehingga menyebabkan persalinan macet di tengah jalan atau distosia.
9. Pendarahan hebat saat melahirkan
Pada persalinan normal, miom pada rahim dapat memicu pendarahan hebat atau postpartum hemorrhage sesaat setelah bayi dilahirkan.
10. Persalinan caesar
Wanita yang memiliki miom saat hamil 6 kali lebih berisiko menjalani persalinan caesar. Operasi ini diperlukan untuk mengatasi berbagai komplikasi saat melahirkan.
11. Robeknya dinding rahim
Sebuah penelitian dari The Journal of Obstetrics and Gynaecology Research melaporkan kasus robeknya dinding rahim pada seorang wanita hamil usia 43 tahun yang memiliki miom. Kondisi ini dapat terjadi saat bersalin maupun beberapa hari setelah. Namun, kasusnya terbilang langka.
Kenali gejala dan cara mengatasi miom saat hamil
Miom saat hamil tentu adalah hal yang ingin Anda hindari. Jika Anda mengalami gejala-gejala berikut ini sebaiknya segeralah berkonsultasi ke dokter.
- nyeri hebat saat hamil,
- mengalami pendarahan atau keluar bercak darah saat hamil,
- rasa nyeri saat berhubungan badan,
- nyeri pada punggung bagian bawah,
- sembelit,
- nyeri,
- sering buang air kecil, dan
- merasa tidak tuntas saat buang air kecil.
Sayangnya, miom saat hamil cukup sulit dideteksi karena tertutupi oleh janin. Selain itu, ia seringkali tidak menimbulkan gejala. Cara terbaik yang dapat ibu lakukan adalah mewaspadai jika bayi dalam kandungan tidak mengalami kenaikan berat yang normal.
Jika miom saat kehamilan berhasil dideteksi, dokter mungkin akan merekomendasikan beberapa solusi berikut.
-
Menunggu hingga miom mengecil
Miom biasanya muncul karena peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang terjadi saat hamil. Kebanyakan kasus miom pada rahim mengecil dengan sendirinya seiring menurunnya kadar hormon setelah melahirkan.
Pada dasarnya miom adalah tumor jinak yang tidak berbahaya. Jika ukuran dan letaknya tidak berisiko maka Anda tidak perlu khawatir.
- Mengangkat miom pada usia kehamilan muda
Jika miom dalam rahim cukup mengganggu, maka dokter mungkin akan melakukan pengangkatan saat Anda hamil. Jurnal Ginekologia Polska menyebut operasi pengangkatan miom cukup aman dilakukan pada kehamilan trimester pertama dan kedua.
- Pengangkatan miom saat operasi caesar
Jika ukuran miom cukup besar dan menghalangi jalan lahir, dokter akan merekomendasikan operasi caesar saat melahirkan. Pada operasi tersebut, miom dapat dikeluarkan dari tubuh ibu bersama dengan bayi.
Upaya untuk mencegah miom saat hamil
Miom yang terdapat saat hamil penanganannya cukup rumit. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika Anda mencegahnya sebelum hal itu terjadi. Ikuti tips-tips berikut ini.
1. Rutin memeriksakan diri ke dokter sebelum hamil
Sebelum merencanakan kehamilan, sebaiknya Anda rutin memeriksakan diri ke dokter. Terutama jika kehamilan pertama Anda di usia lebih dari 35 tahun. Tujuannya agar bisa mendeteksi lebih dini jika terdapat miom dalam rahim dan segera mengobatinya sebelum merencanakan kehamilan.
Untuk mengobati miom, dokter akan menyarankan penggunaan KB hormonal baik berupa pil, suntik, atau IUD hormonal. Pilihan lain adalah dengan meresepkan hormon gonadotropin.
Miom atau fibroid mungkin akan memengaruhi kesuburan Anda. Namun, terkait hal ini masih terdapat perbedaan pendapat dari para ahli. Pasalnya, sejumlah wanita tetap bisa hamil meskipun memiliki miom.
2. Mengangkat miom sebelum hamil
Jika ukuran miom cukup besar dan tidak berhasil diobati dengan pemberian hormon, dokter akan merekomendasikan pengangkatan sebelum Anda menjalani program kehamilan.
Setelah menjalani prosedur ini, Anda perlu menunggu 3 bulan sebelum hamil.
3. Hindari menunda kehamilan
Miom saat hamil umumnya terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil di usia 35 tahun ke atas. Oleh karena itu, sebaiknya Anda tidak menunda kehamilan dan mulai melakukan program hamil di usia yang lebih muda.
4. Berpola hidup sehat
Menurut jurnal Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, salah satu faktor risiko miom saat hamil adalah berpola hidup tidak sehat, seperti konsumsi alkohol, merokok dan jarang berolahraga.
Selain itu, konsumsi kafein yang berlebihan juga disinyalir dapat meningkatkan risiko tersebut saat hamil.
5. Hindari stress
Kondisi miom sangat erat kaitannya dengan ketidakseimbangan hormonal. Kondisi ini dapat dipicu oleh gangguan emosional dan stres.
Untuk mencegahnya, usahakan untuk menjaga emosi sepanjang masa kehamilan. Lakukanlah kegiatan yang menyenangkan dan jauh pikiran-pikiran negatif agar Anda terhindar dari stres.
[embed-community-8]
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]