Keputihan merupakan salah satu hal yang wajar ibu hamil alami. Akan tetapi, saat Anda melihat keputihan berwarna kuning saat hamil, hal ini bisa menjadi pertanda masalah kesehatan yang lebih serius. Simak beberapa penyebab dan cara mengatasinya berikut ini.
Penyebab keputihan berwarna kuning saat hamil
Dalam kondisi normal, keputihan pada ibu hamil berwarna bening, tidak berbau, dan bertekstur encer. Volume keputihan biasanya terus meningkat sampai menjelang waktu persalinan.
Namun, hal ini seharusnya tidak disertai perubahan warna. Maka dari itu, saat Anda mendapati bercak, flek, atau keputihan berwarna kuning, segera kunjungi dokter kandungan.
Keputihan berwarna kuning saat hamil dapat menandakan beberapa masalah seperti berikut ini.
1. Trikomoniasis
Gatal-gatal, nyeri ketika berhubungan intim, dan keputihan berwarna kuning dapat menandakan trikomoniasis. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.
Ibu hamil yang terinfeksi trikomoniasis juga berpeluang menularkan penyakit ke bayinya. Hal ini dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).
Dikutip dari American Pregnancy Association, metronidazole dan tinidazole ialah jenis antibiotik yang paling sering digunakan untuk mengatasi trikomoniasis.
Karena infeksi ini kerap disebabkan oleh hubungan intim, pasangan Anda mungkin juga diminta untuk menjalani pemeriksaan.
2. Infeksi jamur
Candida albicans merupakan salah satu jamur yang paling sering menyebabkan infeksi jamur pada ibu hamil, terutama pada trimester kedua kehamilan.
Jamur Candida lebih mudah berkembang selama masa kehamilan karena perubahan hormon dan penurunan sistem kekebalan tubuh ibu.
Selain keputihan berwarna kuning, gejala lain infeksi jamur atau kandidiasis adalah gatal pada Miss V, iritasi pada vulva, dan sensasi terbakar saat buang air kecil atau berhubungan intim.
Sebagian besar kasus infeksi jamur tidak berbahaya bagi ibu hamil. Namun, penyakit ini dapat membuat Anda merasa tidak nyaman.
Untuk mengatasi infeksi jamur, dokter dapat meresepkan salep miconazole atau ketoconazole.
Tahukah Anda?
3. Vaginosis bakterialis
Vaginosis bakterialis juga bisa menjadi salah satu penyebab Anda melihat bercak kuning pada celana dalam.
Sama seperti kandidiasis, kebanyakan kasus infeksi bakteri pada vagina juga disebabkan oleh perubahan hormon dan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Penyakit infeksi ini bisa menyebabkan rasa gatal pada Miss V, nyeri, dan bau amis pada cairan keputihan yang dihasilkan.
Infeksi pada ibu hamil ini yang harus segera diatasi karena dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur dan (BBLR).
Pemberian antibiotik, baik berupa krim maupun obat minum, merupakan perawatan yang paling umum diberikan untuk mengatasi vaginosis bakterialis pada ibu hamil.
4. Gonore
Penyebab flek kuning saat hamil yang berikutnya adalah gonore. Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Gonore pada ibu hamil bisa meningkatkan risiko keguguran, BBLR, ketuban pecah dini, serta korioamnionitis.
Bahkan, infeksi yang tidak diobati sampai mendekati waktu persalinan mampu memicu infeksi mata pada bayi baru lahir.
Selain pengobatan dengan antibiotik, ibu hamil juga tidak disarankan untuk berhubungan intim saat mengidap gonore.
5. Klamidia
Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.
Meski biasanya tidak menimbulkan gejala, infeksi pada ibu hamil ini bisa memicu timbulnya flek, bercak, atau keputihan berwarna kuning.
Bayi yang lahir dari ibu pengidap klamidia berisiko mengalami infeksi mata dan masalah fungsi pernapasan. Untuk mencegah hal tersebut, infeksi ini perlu diatasi dengan antibiotik.
Selain itu, Anda juga perlu melakukan tes klamidia setelah tiga minggu masa pengobatan. Tiga bulan setelahnya, Anda perlu melakukan pemeriksaan serupa.
6. Pecah ketuban
Ketika melihat cairan warna kuning keluar dari Miss V, Anda memang perlu waspada. Pasalnya, ini bisa menandakan ketuban pecah dini (KPD).
Meski begitu, jumlah cairan karena pecah ketuban biasanya lebih banyak dibandingkan dengan keputihan biasa.
Karena berperan untuk melindungi dan mendukung perkembangan bayi di dalam rahim, kondisi pecahnya ketuban ini bisa berdampak buruk pada kandungan.
Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur, gangguan pernapasan, hingga kerusakan pada otak janin.