backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Terapi Reperfusi untuk Penanganan Serangan Jantung

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Mengenal Terapi Reperfusi untuk Penanganan Serangan Jantung

    Serangan jantung adalah kondisi ketika jantung kekurangan suplai darah yang kaya akan oksigen sehingga tidak mampu bekerja dengan normal. Karena bahaya dan bisa berakibat fatal, diperlukan penanganan medis yang intensif untuk mengatasi kondisi ini. Salah satu prosedur medis yang sering kali dilakukan untuk menangani penyakit jantung ini adalah terapi reperfusi.

    Apa itu terapi reperfusi?

    Terapi reperfusi adalah salah satu jenis perawatan medis yang dilakukan untuk mengembalikan aliran darah, khususnya untuk mengobati serangan jantung.

    Serangan jantung dapat terjadi ketika ada sumbatan sebagian atau total pada pembuluh darah arteri. Akibatnya, aliran darah yang kaya akan oksigen menuju jantung sangat terbatas.

    Biasanya, sumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri ini disebabkan oleh adanya penggumpalan darah. Aliran darah pun menjadi terhambat dan jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup, bahkan bisa saja tidak sama sekali.

    Oleh karena itu, diperlukan terapi reperfusi agar penyumbatan di pembuluh darah dapat dipecah supaya darah bisa kembali mengalir dengan lancar.

    Seperti apa prosedur terapi reperfusi?

    Pada dasarnya, penanganan serangan jantung dengan terapi reperfusi dilakukan dengan 2 metode, yaitu dengan alat dan obat-obatan. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing metode.

    Reperfusi dengan alat

    Terapi reperfusi yang dilakukan dengan alat biasanya meliputi prosedur bedah invasif minimal, seperti dengan percutaneous coronary intervention atau PCI jantung. Terkadang, prosedur PCI jantung ini juga diikuti dengan angioplasti jantung.

    Jenis terapi ini hanya dapat dilakukan di rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas serta tenaga kesehatan ahli. Biasanya, terapi ini dilaksanakan oleh dokter spesialis jantung serta tim yang terdiri dari perawat dan teknisi spesialis kardiovaskuler.

    Dalam prosedur PCI untuk terapi reperfusi, dokter akan memasukkan selang kecil atau kateter melalui pembuluh darah dari pangkal paha atau pergelangan tangan. Selang kecil tersebut akan diarahkan hingga mencapai ke pembuluh arteri jantung.

    Selama prosedur ini dilaksanakan, Anda akan menerima obat bius lokal di area tubuh yang dimasukkan selang sehingga Anda tidak akan merasakan sakit.

    Ketika kateter sudah mencapai pembuluh arteri jantung, sebuah balon kecil akan dikembang-kempiskan selama 20-30 detik di area tersebut. Tujuannya adalah untuk memecah penumpukan plak atau sumbatan pada arteri.

    Pemasangan cincin atau stent mungkin diperlukan saat terapi reperfusi apabila proses penghancuran sumbatan arteri masih belum sempurna.

    Reperfusi dengan obat

    Metode berikutnya yang dilakukan selama terapi reperfusi adalah pemberian obat. Obat-obatan yang umumnya digunakan dalam terapi ini disebut dengan obat fibrinolitik.

    Fungsi obat fibrinolitik adalah untuk menghancurkan penggumpalan darah yang menyumbat pembuluh arteri. Proses pemecahan sumbatan darah ini disebut dengan fibrinolisis atau  trombolisis. Tak hanya untuk serangan jantung, terapi ini juga digunakan untuk mengatasi stroke.

    Menurut artikel dari American Heart Association, pemberian terapi fibrinolitik ini harus diberikan dalam waktu 30 menit setelah pasien pertama kali tiba di IGD rumah sakit yang tidak dilengkapi dengan PCI.

    Pemberian obat fibrinolitik dalam terapi reperfusi ini hanya membantu mengembalikan aliran darah yang tersumbat. Ini artinya, kerusakan otot jantung akibat serangan jantung tidak dapat diatasi hanya dengan terapi ini. Maka itu, penanganan lebih lanjut dengan angioplasti dan stent jantung diperlukan.

    Ada beberapa faktor yang menentukan apakah Anda perlu menerima pengobatan fibrinolitik, seperti usia, jenis kelamin, serta riwayat penyakit. Terapi fibrinolitik tidak disarankan untuk pasien yang memiliki kondisi-kondisi berikut:

  • cedera kepala yang baru terjadi,
  • gangguan perdarahan,
  • memiliki luka terbuka,
  • sedang hamil,
  • baru saja menjalani operasi,
  • mengonsumsi obat pengencer darah, dan
  • memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) yang parah.
  • Apakah ada risiko dan efek samping dari terapi reperfusi?

    Sama halnya dengan prosedur medis lainnya, terapi ini juga berisiko menimbulkan beberapa efek samping dan komplikasi.

    Berikut adalah beberapa potensi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi setelah menjalani PCI jantung:

  • pembuluh arteri kembali menyempit,
  • perdarahan,
  • kerusakan arteri jantung,
  • stroke,
  • gangguan ginjal, dan
  • detak jantung tidak beraturan.
  • Sementara itu, beberapa efek samping yang dapat timbul dari terapi fibrinolitik dalam reperfusi serangan jantung adalah perdarahan di gusi, hidung, atau otak.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan