Salah satu penyakit pernapasan yang pernah merebak di berbagai negara selama satu dekade terakhir adalah Middle East respiratory syndrome (MERS).
Apa itu MERS dan bagaimana penyakit ini menyebar? Simak jawabannya dalam uraian berikut ini.
Apa itu Middle East respiratory syndrome (MERS)?
Middle East respiratory syndrome atau MERS adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh salah satu subtipe coronavirus, yaitu MERS-CoV.
Penyakit MERS pertama kali terdeteksi di Arab Saudi pada 2012, lalu menyebar ke beberapa negara, termasuk Indonesia.
Walaupun dapat menyebabkan kematian pada 36% orang yang terinfeksi, penularan penyakit ini tidak semudah penyakit flu biasa.
Virus penyebab penyakit ini tidak bisa menyebar tanpa adanya kontak langsung dengan sumber infeksi.
Seberapa umumkah penyakit ini?
Penyakit infeksi MERS dapat menjangkiti pasien dalam segala usia. Wabah MERS pertama kali merebak di negara-negara Semenanjung Arab.
Negara lain yang pernah terjangkit penyakit ini di antaranya Algeria, Austria, China, Mesir, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Malaysia, Belanda, Filipina, Korea, Thailand, Tunisia, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.
Jumlah kasus suspek MERS di Indonesia selama 2013–2020 mencapai 575 orang. Tidak ada kasus yang terkonfirmasi di Indonesia, tetapi penularannya tetap perlu diwaspadai.
Tanda dan gejala MERS
Orang yang terinfeksi penyakit MERS kadang tidak memiliki gejala, tetapi tetap bisa menularkan penyakitnya.
Pada kasus bergejala, tanda penyakit seperti demam dan batuk biasanya muncul setelah periode inkubasi selama kurang-lebih lima hari.
Gejala selanjutnya dapat berkembang semakin parah hanya dalam waktu kurang dari seminggu. Bahkan, pasien bisa mengalami gagal napas.
Ciri-ciri umum penyakit MERS coronavirus mirip dengan gejala infeksi virus pada saluran pernapasan lainnya, antara lain:
Beberapa orang juga mengalami ciri-ciri tidak umum, yakni diare dan mual atau muntah.
Seperti penyakit pernapasan lainnya, tingkat keparahan gejala bisa berbeda-beda untuk setiap orang, tergantung dengan kondisi kekebalan tubuhnya.
Virus MERS lebih mudah menyebabkan penyakit parah pada orang tua, orang dengan sistem imun yang lemah, dan orang dengan penyakit kronis, seperti:
- diabetes,
- kanker,
- penyakit paru-paru kronis,
- penyakit jantung kronis, dan
- penyakit ginjal kronis.
Dalam kondisi parah, penyakit ini bisa menyebabkan gagal jantung, pneumonia, dan kegagalan pernapasan yang perlu ditangani ventilator dan perawatan intensif di ICU.
Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 3–4 dari 10 orang pasien dengan penyakit MERS dilaporkan meninggal dunia. Akan tetapi, perkiraan ini mungkin lebih tinggi dari angka kematian sebenarnya.
Sebagian besar kasus kematian disebabkan oleh adanya kondisi kesehatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, termasuk penyakit kronis seperti di atas atau adanya kondisi yang terlambat ditangani.
Kapan harus pergi ke dokter?
Gejala MERS pada umumnya serupa dengan penyakit pernapasan lain, seperti flu dan pilek. Padahal, penyakit ini bisa menyebabkan dampak yang lebih fatal.
Oleh karena itu, apabila Anda mengalami gejala setelah kurang dari 14 hari melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi atau bepergian ke daerah dengan wabah MERS, segeralah kunjungi dokter.
Penyebab MERS
Penyakit MERS disebabkan oleh infeksi subtipe coronavirus yang disebut Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV).
Coronavirus sendiri terdiri dari virus-virus lain yang menyebabkan penyakit, seperti severe acute respiratory syndrome (SARS) dan COVID-19 yang menjadi pandemi sejak 2020.
Menurut studi dalam jurnal Annals of Saudi Medicine, pada awalnya manusia diduga tertular virus MERS-CoV dari unta melalui kontak secara langsung ataupun tidak langsung.
Diperkirakan 80% kasus yang dilaporkan dari Arab Saudi terjadi karena orang tidak menggunakan perlindungan apa pun saat melakukan kontak dengan manusia atau unta yang terinfeksi MERS-CoV.
Semantara itu, kasus yang terjadi di luar Arab Saudi diduga berasal dari orang-orang yang bepergian dari sana.
Meski begitu, tidak ada kasus MERS pada manusia yang ditemukan di lingkungan sekitarnya.
Pada studi selanjutnya yang melakukan analisis genetika, diketahui bahwa virus mungkin berasal dari kelelawar dan ditularkan ke unta di masa lalu.
Akan tetapi, berbeda dari virus flu atau pilek, virus penyakit MERS tidak menyebar dengan mudah.
MERS-CoV lebih mudah menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang yang tinggal dengan atau merawat orang yang terinfeksi.
Faktor risiko penyakit MERS
Berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko Anda untuk terkena penyakit MERS.
- Berusia sangat tua atau sangat muda.
- Sistem kekebalan tubuh melemah atau terdapat penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit paru-paru.
- Penerima transplantasi organ yang sedang mengonsumsi obat imunosupresan (obat untuk menurunkan fungsi imun).
- Mengonsumsi imunosupresan untuk mengobati penyakit autoimun.
- Mengonsumsi produk hewan mentah (susu unta, daging, dan sebagainya).
- Berinteraksi dengan wisatawan Semenanjung Arab atau negara-negara tetangganya, pasien terjangkit MERS, dan menggunakan peralatan kesehatan tanpa prosedur yang benar.
Diagnosis penyakit MERS
Dokter akan melakukan pemeriksaan, bertanya mengenai gejala yang dirasakan, dan mungkin juga menanyakan aktivitas terkini yang Anda lakukan, termasuk bepergian.
Tes reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) mungkin dilakukan dokter untuk mendeteksi DNA virus di dalam tubuh Anda.
Dokter akan mengambil sampel dari saluran pernapasan atau darah Anda untuk menemukan antibodi virus tersebut.
Tes tersebut dapat mendeteksi antibodi sekitar 10 hari setelah sakit dimulai. Jika hasil tes negatif 28 hari setelah timbulnya gejala, seseorang itu dianggap tidak mengidap penyakit MERS.
Pengobatan penyakit MERS
Tidak ada obat antivirus khusus untuk mengobati MERS-CoV hingga kini. Namun, WHO menyebut para ahli sedang mengembangkan beberapa vaksin dan perawatan yang spesifik untuk penyakit MERS.
Pengobatan penyakit MERS-CoV kebanyakan bertujuan untuk memberikan perawatan suportif, mengendalikan gejala, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Dokter mungkin juga memberitahu Anda bagaimana cara menghindari penyebaran virus.
Pencegahan penyakit MERS
Gaya hidup dan pengobatan rumahan dapat membantu mengatasi penyakit ini serta mencegah penyebarannya.
Berikut merupakan cara umum yang bisa Anda lakukan untuk menghindari penyakit MERS.
- Mencuci tangan dengan sabun dan air selama setidaknya 20 detik.
- Jika Anda bersin atau batuk, tutup mulut dan hidung dengan selembar tisu. Buang tisu di tempat sampah secepatnya, lalu cuci tangan Anda. Menaruh tisu sembarangan mungkin menyebarkan virus ke benda lainnya.
- Mencuci tangan setelah menyentuh benda sehari-hari, termasuk gagang pintu dan meja.
- Hindari menyentuh wajah, mulut, dan hidung dengan tangan yang belum dicuci.
- Jangan berbagi gelas, peralatan, atau benda lainnya dengan orang lain.
- Jangan menjelajahi tempat yang dijangkiti wabah.
Hindari kontak dengan binatang yang sakit. Mengonsumsi produk hewan setengah matang atau mentah juga membuat Anda berisiko tinggi terkena penyakit.
Daging dan susu unta bisa dikonsumsi setelah proses pasteurasi, dimasak, atau dipanaskan.
Jika Anda melakukan interaksi dengan seseorang yang terjangkit MERS-CoV, Anda harus segera menghubungi dokter untuk melakukan evaluasi.
Dokter mungkin akan bertanya mengenai kondisi kesehatan Anda selama 14 hari terakhir, dimulai dari hari terakhir Anda berinteraksi dengan pasien penyakit MERS.
Jika Anda mengalami gejala MERS, segera laporkan kepada dokter. Langkah tersebut akan membantu mengurangi penularan virus ke lebih banyak orang.
Segala tentang Middle East respiratory syndrome (MERS)
- Penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh MERS-CoV.
- Terdeteksi di Arab Saudi pada 2012, lalu merebak ke berbagai negara di Timur Tengah.
- Belum ada kasus yang terkonfirmasi di Indonesia.
- Tidak ada obat khusus untuk menangani MERS. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala dan mencegah komplikasi.
- Dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan orang yang sakit, mencuci tangan dengan air dan sabun, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.