Virus yang berada di lingkungan sekitar dapat menginfeksi tubuh Anda dan menimbulkan penyakit ketika kekebalan tubuh Anda sedang menurun. Karena itulah mungkin pernah terlintas di benak Anda, “Virus bertahan berapa lama di lingkungan dan di dalam tubuh manusia?”
Untuk mengetahui jawabannya, simak pembahasan berikut ini.
Berapa lama virus bisa bertahan?
Virus adalah mikroorganisme yang tersusun dari asam nukleat dan memperbanyak diri dengan menginfeksi sel makhluk hidup.
Ada banyak penyakit akibat infeksi virus, mulai dari yang ringan seperti batuk pilek dan flu hingga yang serius seperti hepatitis, COVID-19, dan HIV/AIDS.
Karena ukurannya yang sangat kecil dan kemampuannya dalam bermutasi, virus menjadi salah satu ancaman kesehatan yang tidak boleh diabaikan.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui berapa lama virus dapat bertahan di dalam berbagai kondisi, mulai dari di dalam tubuh manusia, di permukaan benda, hingga di lingkungan.
1. Ketahanan virus di dalam tubuh manusia
Manusia bisa terpapar virus lewat benda, hewan, atau makanan yang terkontaminasi. Di dalam tubuh, virus memperbanyak diri dengan menginfeksi sel-sel tubuh yang sehat.
Selanjutnya, virus akan memperbanyak diri serta memicu gejala penyakit infeksi pada manusia.
Berapa lama virus bisa bertahan di dalam tubuh sangat tergantung dari jenis virus dan respons sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus. Berikut adalah beberapa contohnya.
- Virus COVID-19. Jenis virus yang juga disebut SARS-CoV-2 ini dapat bertahan hingga 10–14 hari pada kasus ringan. Namun, pada orang dengan komorbiditas atau memiliki sistem kekebalan yang lemah, infeksi dapat berlangsung lebih lama.
- Virus influenza. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit influenza atau biasanya disebut flu ini mampu bertahan selama 5–7 hari di dalam tubuh sebelum sistem imun berhasil mengatasinya.
- Virus varicella zoster. Jenis virus ini bisa menyebabkan penyakit cacar air yang terjadi selama 5–10 hari. Setelah gejala cacar air hilang, virus mampu bertahan seumur hidup dalam kondisi “tidur” atau dorman di dalam sistem saraf. Virus ini dapat aktif kembali saat sistem kekebalan melemah dan menyebabkan penyakit herpes zoster.
2. Ketahanan virus di permukaan benda
Virus merupakan mikroorganisme yang tidak memiliki struktur sel lengkap. Oleh sebab itu, virus membutuhkan inang, seperti sel tubuh manusia, untuk bisa memperbanyak diri.
Meski demikian, beberapa jenis virus, seperti COVID-19 atau SARS-CoV-2, mampu bertahan di permukaan benda.
Berikut ini adalah beberapa contoh daya tahan virus COVID-19 di beberapa permukaan benda, seperti dikutip dari Cleveland Clinic.
- Permukaan keras. Virus SARS-CoV-2 memiliki ketahanan yang lama pada permukaan keras dan tidak berpori, misalnya kaca selama 5 hari, kayu selama 4 hari, serta plastik dan stainless steel selama 3 hari.
- Permukaan kertas atau karton. COVID-19 dapat bertahan hidup di permukaan kertas atau karton selama 24 jam. Sifat permukaan benda ini yang berpori tidak cocok untuk kelangsungan hidup virus.
- Permukaan kain atau bahan berpori. Virus hanya bertahan dalam waktu lebih singkat, sekitar beberapa jam hingga satu hari. Serat-serat kain dapat menyerap dan menjebak partikel virus sehingga lebih membuatnya tidak mampu bertahan lama.
3. Ketahanan virus di lingkungan
Tidak hanya permukaan benda, faktor-faktor lingkungan seperti kelembapan, suhu, dan paparan sinar matahari juga memengaruhi daya tahan virus.
Secara umum, ketahanan virus di lingkungan dapat dijelaskan melalui poin-poin di bawah ini.
- Pada udara terbuka. Beberapa virus pernapasan, misalnya influenza dan SARS-CoV-2, bisa bertahan pada percikan liur (droplet) selama beberapa jam di udara. Akan tetapi, paparan sinar matahari dapat menurunkan jumlah virus secara signifikan.
- Pada air. Jenis virus tertentu, seperti norovirus yang memicu peradangan lambung dan usus, bisa bertahan di air tanah, air sungai, dan air mineral selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
- Pada suhu ekstrem. Virus cenderung lebih stabil pada suhu rendah. Contohnya, virus influenza lebih mudah menyebar di lingkungan dengan suhu dingin dan musim hujan.
Cara mencegah penyebaran virus
Cara paling efektif untuk mencegah penularan virus yaitu melalui vaksinasi. Vaksin merupakan produk biologis yang mengandung virus yang sudah dilemahkan atau tidak aktif.
Saat vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan akan mengenali virus tersebut sehingga mampu membangun mekanisme pertahanan berupa antibodi.
Dengan cara ini, tubuh akan lebih siap untuk melawan virus saat terpapar pada kemudian hari.
Selain vaksinasi, beberapa cara lain yang bisa Anda lakukan untuk mencegah penularan virus adalah sebagai berikut.
- Cuci tangan secara rutin dengan sabun dan air mengalir minimal selama 20 detik.
- Gunakan masker ketika sedang sakit atau berada di tempat umum, terutama bila berada di tengah keramaian.
- Jaga jarak setidaknya 1–2 meter dari orang lain, khususnya bila mereka memiliki gejala sakit, seperti sering batuk atau bersin.
- Bersihkan permukaan benda yang sering Anda sentuh, seperti gagang pintu, meja, dan ponsel.
- Olah makanan dengan cara yang benar, seperti mencuci dengan air mengalir, memasak makanan hingga matang, dan memakai peralatan makanan yang dicuci bersih.
- Hindari menyentuh wajah, terutama mata, hidung, dan mulut, dengan tangan yang kotor.
- Pastikan ventilasi udara di dalam ruangan bekerja dengan baik untuk mengurangi konsentrasi virus di udara.
- Jaga daya tahan tubuh dengan menerapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang, rutin berolahraga, tidur yang cukup, dan mengelola stres dengan baik.
Dengan memahami berapa lama virus bertahan dan cara mencegah penyebarannya, Anda bisa mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri sendiri dan orang lain.
Segeralah mencari perawatan medis saat Anda merasakan gejala infeksi. Perawatan yang tepat akan mencegah komplikasi dan mempercepat proses pemulihan.
Kesimpulan
- Virus membutuhkan inang, seperti sel tubuh manusia, untuk bisa memperbanyak diri.
- Mikroorganisme ini mampu bertahan di dalam tubuh selama beberapa hari atau minggu sebelum sistem kekebalan menghilangkannya.
- Berapa lama virus bertahan di lingkungan tergantung dari jenis virus, permukaan benda, dan faktor lain, seperti suhu, kelembapan udara, dan paparan sinar matahari.
- Mencegah penyebaran virus dapat dilakukan melalui vaksinasi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menerapkan gaya hidup sehat.