Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Botulisme adalah penyakit karena racun yang dihasilkan oleh bakteri bernama Clostridium botulinum. Clostridium botulinum memproduksi tujuh jenis racun yang dibedakan dan diberi nama dari a hingga g.
Dari tujuh jenis tersebut, hanya racun a, b, e, dan f yang memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit pada manusia.
Umumnya, botulisme terdapat dalam tiga bentuk, yaitu:
Racun dari bakteri ini dapat menyerang saraf tubuh dan menyebabkan sesak napas, kelumpuhan otot, hingga kematian.
Botulisme merupakan kondisi yang cukup langka terjadi, tapi bisa menyerang setiap orang di segala umur.
Untungnya, botulisme bukan penyakit menular. Anda dapat membatasi kemungkinan terjangkit penyakit dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Silakan konsultasi dengan dokter anda untuk informasi lebih lanjut.
Terdapat beberapa perbedaan gejala dari masing-masing jenis botulisme. Pada botulisme bawaan makanan, kebanyakan gejalanya mulai muncul dari 12 – 36 jam setelah makan makanan yang tercemar.
Namun, waktu mulainya gejala tersebut bergantung pada seberapa banyak racun yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa gejalanya adalah:
Pada botulisme luka, biasanya gejala muncul sekitar 10 hari setelah racun memasuki tubuh. Gejalanya serupa dengan jenis botulisme yang sebelumnya, hanya saja ditambah dengan perubahan luka yang tampak merah dan membengkak.
Sedangkan pada botulisme bayi, gejala umumnya dirasakan dalam 18 – 36 jam setelah racun masuk ke dalam tubuh. Selain yang sudah disebutkan, gejala yang akan muncul juga termasuk:
Segera ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami gejala botulisme. Sebab, jika tidak dirawat tepat waktu, tangan dan kaki Anda akan lumpuh.
Anda juga dapat mengalami kelumpuhan otot pernapasan atau bahkan lumpuh total. Anda kemungkinan membutuhkan ventilator atau alat bantu napas.
Bakteri Clostridium botulinum dapat ditemukan secara alami di banyak tempat. Bakteri ini membuat spora yang bertindak sebagai lapisan pelindung. Spora tersebut membantu bakteri untuk tetap bertahan hidup bahkan dalam kondisi ekstrim sekalipun.
Spora ini biasanya tidak menimbulkan penyakit. Namun, pada keadaan tertentu spora bisa tumbuh dan menghasilkan racun. Beberapa faktor yang memicu kejadiannya adalah:
Sebagai contoh, pada botulisme makanan, sumbernya bisa didapat dari makanan kalengan rumahan rendah asam seperti buah, sayuran dan ikan yang diawetkan atau difermentasi dengan cara yang kurang tepat.
Kondisi pada makanan tersebut dapat menjadi tempat ideal bagi spora untuk tumbuh dan menghasilkan racun botulinum.
Selain itu, C. botulinum juga banyak ditemukan pada beberapa tempat seperti tanah, sungai, dan air laut.
Bayi dapat keracunan karena spora (dari jamur) dari tanah ketika bermain di luar. Kemudian nantinya spora akan tumbuh dalam saluran pencernaan dan memproduksi racun di dalam tubuh.
Pada botulisme luka, penyakit terjadi ketika bakteri masuk dari luka yang tidak Anda perhatikan. Kemudian bakteri berkembang dan menghasilkan racun. Kasus ini paling sering terjadi pada orang yang menggunakan heroin jenis suntik.
Botulisme memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga sulit untuk didiagnosis. Anda akan membutuhkan beberapa tes dalam laboratorium khusus sebelum bisa mendapatkan diagnosis pasti.
Pertama, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat tanda-tanda kelemahan atau kelumpuhan otot, seperti kelopak mata yang menurun atau suara yang menjadi lebih lemah.
Dokter juga akan bertanya mengenai makanan yang Anda konsumsi pada beberapa hari terakhir atau bila Anda baru saja terluka.
Nantinya, pemeriksaan lanjutan bisa berupa tes darah, feses, atau mengambil sampel dari muntahan untuk melihat bukti adanya racun.
Terdapat beberapa pengobatan yang berbeda untuk botulisme.
Biasanya, dokter akan memeriksa dan memantau beberapa gejala tertentu, dokter juga akan memberikan Anda anti-racun untuk memperlambat kelumpuhan dan membuat gejala botulisme menjadi lebih ringan.
Terutama bila Anda didiagnosis lebih awal, suntikan anti-racun bisa mengurangi risiko munculnya komplikasi. Anti-racun ini bekerja dengan menempel pada toksin yang masih bersirkulasi di aliran darah dan mencegahnya merusak saraf.
Perlu diketahui, anti-racun tidak bisa mengembalikan kerusakan yang telah terjadi. Meski demikian, saraf masih bisa beregenerasi.
Oleh sebab itu, banyak orang yang bisa pulih sepenuhnya, tetapi membutuhkan waktu selama berbulan-bulan dan harus rutin menjalani terapi.
Terapi dilakukan dengan tujuan memperbaiki kembali kemampuan dalam berbicara, menelan, atau fungsi tubuh lainnya yang terpengaruh dengan racun ini.
Selain itu, dokter juga bisa saja memberikan antibiotik. Namun, antibiotik hanya diberikan untuk pasien yang mengalami botulisme luka. Pasalnya, bila diberikan untuk jenis botulisme lainnya, obat antibiotik malah akan mendorong produksi racun dari spora.
Perubahan gaya hidup dan pengobatan rumah berikut dapat membantu Anda mengatasi botulisme.
Jika Anda memiliki pertanyaan, silakan konsultasikan dengan dokter untuk pemahaman lebih lanjut dan solusi terbaik bagi Anda.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar