backup og meta

Kelebihan dan Kekurangan Makanan Kaleng

Kelebihan dan Kekurangan Makanan Kaleng

Makanan kaleng memang memudahkan Anda, Anda hanya perlu sedikit waktu untuk memanaskannya dan kemudian Anda bisa langsung memakannya. Cepat, instan, mudah, dan rasanya tidak kalah enak, ini merupakan keuntungan yang ditawarkan oleh makanan kaleng. Dengan berbagai keuntungannya ini, tidak heran jika banyak orang mulai mengonsumsi makanan kaleng dan menjadikannya sebagai pilihan dalam menu makanan mereka. Namun, apa akibatnya jika sering makan makanan kaleng?

Sisi positif dari makanan kaleng

Selain mudah, praktis, instan, dan rasanya enak, makanan kaleng juga mempunyai sisi positif lainnya, yaitu:

Makanan kaleng tidak kurang zat gizi

Tidak selamanya makanan kaleng mengandung zat gizi yang lebih sedikit dibandingkan dengan makanan segar atau makanan beku. Faktanya, makanan kaleng juga mengandung zat gizi yang hampir sama dengan makanan segar. Protein, karbohidrat, lemak, serta vitamin dan mineral yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, dan K, masih terkandung dalam makanan kaleng. Berdasarkan penelitian, zat gizi dalam makanan masih tetap utuh setelah makanan tersebut dimasukkan dalam kaleng, walaupun jumlahnya agak berkurang sedikit.

Beberapa zat gizi yang tidak tahan panas mungkin juga ada yang rusak, seperti vitamin larut air, misalnya untuk vitamin C dan vitamin B. Vitamin jenis ini sangat sensitif terhadap panas dan udara, sehingga vitamin dapat hilang setelah melalui proses pemanasan, pemasakan, dan penyimpanan.

Jangan khawatir, beberapa jenis makanan dalam kaleng juga dapat memiliki kadar zat gizi yang lebih tinggi daripada makanan biasa. Misalnya, tomat dan jagung memiliki antioksidan yang lebih tinggi setelah melalui proses pemanasan, sehingga tomat dan jagung kalengan mungkin memiliki antioksidan yang lebih tinggi daripada biasanya.

Sisi negatif dari makanan kaleng

Makanan kaleng memang memudahkan kita dan memiliki banyak keuntungan. Apalagi jika kita dalam perjalanan jauh, makanan kaleng paling praktis untuk dibawa dan mudah untuk dinikmati. Namun, di balik sisi positifnya tersebut, makanan kaleng juga mempunyai sisi negatif.

Makanan kaleng ditambahkan garam dan gula

Garam, gula, dan pengawet biasanya ditambahkan pada beberapa makanan kaleng. Bagi Anda yang sehat mungkin hal ini tidak menjadi masalah bila dimakan dalam batas yang wajar. Namun, bagi Anda yang menderita penyakit tekanan darah tinggi maupun penyakit jantung, makanan kaleng dapat memperburuk kondisi kesehatan Anda karena makanan ini umumnya memiliki kandungan garam yang tinggi.

Garam dalam bentuk natrium pada makanan kaleng biasanya terdapat dalam kadar yang tinggi karena juga berfungsi untuk menjaga kualitas makanan kaleng. Terlalu banyak mengonsumsi garam atau natrium dapat menyebabkan tekanan darah Anda naik dan keseimbangan elektrolit dalam tubuh Anda terganggu.

Kandungan gula yang tinggi pada makanan kaleng juga mempunyai dampak berbahaya karena kelebihan gula berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit, seperti diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit jantung. Bagi Anda yang memiliki penyakit tersebut sebaiknya batasi bahkan jika bisa hindari makan makanan kaleng, makan makanan segar lebih baik bagi Anda.

Sebelum Anda membeli makanan kaleng, ada baiknya Anda melihat informasi nilai gizi yang ada. Perhatikan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, berapa jumlah natrium, kalori, lemak, dan zat gizi lain yang terkandung di dalamnya.

Makanan kaleng mengandung BPA

BPA atau Bisphenol-A merupakan bahan kimia yang terkandung dalam kemasan makanan, termasuk dalam kaleng. Penelitian menunjukkan bahwa BPA dalam makanan kaleng dapat berpindah dari lapisan kaleng ke makanan. BPA yang masuk ke dalam tubuh berhubungan dengan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2, serta juga dapat menyebabkan kelainan fungsi seksual pada pria.

Penelitian yang dipublikasikan oleh Environmental Research menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan kaleng berhubungan dengan tingginya konsentrasi BPA dalam urin, semakin banyak mengonsumsi makanan kaleng, semakin tinggi juga kadar BPA yang ditemukan dalam urin. Namun, kadar BPA yang ditemukan dalam makanan kaleng berbeda-beda jumlahnya.

Karena dampak yang ditimbulkan BPA pada kesehatan sangat berbahaya, bahkan Food and Drug Administration Amerika Serikat sudah melarang penggunaan BPA untuk kemasan yang bersentuhan dengan makanan, tetapi penggunaan kemasan makanan yang mengandung BPA masih ditemukan.

Makanan kaleng berisiko mengandung bakteri berbahaya

Walaupun jarang, tetapi makanan kaleng yang tidak melalui proses dengan baik dapat mengandung bakteri berbahaya yang dikenal dengan nama Clostridium botulinum. Mengonsumsi makanan kaleng yang mengandung bakteri ini dapat menyebabkan penyakit yang bernama botulisme, di mana penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian jika tidak diobati. Untuk menghindarinya, penting agar Anda memeriksa kondisi kaleng sebelum membelinya, jangan membeli makanan kaleng yang sudah rusak, contohnya kaleng menggembung, penyok, retak, atau bocor.

BACA JUGA

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

McDonell, Kayla. Canned Food: Good or Bad?. Authority Nutrition. Available at https://authoritynutrition.com/canned-food-good-or-bad/. Accessed August 3, 2016.

Jordan, Rob. 2016. Stanford Researcher Finds Link between Canned Food and Exposure to Hormone-Disrupting Chemical. Available at http://news.stanford.edu/2016/06/29/stanford-researcher-finds-link-canned-food-exposure-hormone-disrupting-chemical/. Accessed August 3, 2016.

Rogers, Chris Dinesen. 2015. Is Canned Food Healthy?. Available at http://www.livestrong.com/article/412031-is-canned-food-healthy/. Accessed August 3, 2016.

Versi Terbaru

18/12/2020

Ditulis oleh Arinda Veratamala

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Ilham Aulia Fahmy


Artikel Terkait

8 Manfaat Semangka Kuning yang Sayang Dilewatkan

Mengenal Gula Alkohol, Apakah Lebih Sehat dari Gula Biasa?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 18/12/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan