Bakteri memiliki kemampuan untuk mengembangkan resistensi (kekebalan) terhadap antibiotik. Salah satu caranya yakni dengan menghasilkan enzim tertentu, seperti ESBL. Ini membuat infeksi akibat bakteri penghasil ESBL cenderung lebih sulit untuk diobati.
Apa itu penyakit ESBL?
ESBL (extended spectrum beta-lactamases) adalah enzim yang dihasilkan oleh bakteri tertentu sehingga membuatnya kebal terhadap antibiotik beta-laktam.
Dengan adanya enzim tersebut, antibiotik beta-laktam seperti penicillin dan cephalosporin tidak lagi efektif untuk mengatasi infeksi bakteri.
Infeksi bakteri penghasil ESBL dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Kondisi ini yang malah membuat pengobatan untuk infeksi bakteri cenderung lebih sulit.
Umumnya, kasus infeksi ESBL terjadi di lingkungan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
Tergantung jenis bakterinya, penyakit infeksi ini bisa menyerang berbagai bagian tubuh, seperti saluran kemih, sistem pencernaan, kulit, paru-paru, bahkan aliran darah.
Jenis bakteri penghasil ESBL
Beberapa jenis bakteri mempunyai kemampuan untuk menghasilkan ESBL. Namun, bakteri dari famili Enterobacterales diketahui paling banyak memproduksi enzim ini.
Adapun, bakteri penghasil ESBL yang paling umum ditemui adalah Escherichia coli (E. coli) dan Klebsiella pneumonia.
1. Escherichia coli
Escherichia coli (E. coli) biasanya hidup di usus manusia tanpa menimbulkan masalah. Namun, bakteri ini bisa memicu infeksi serius, terutama pada orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.
2. Klebsiella pneumonia
Klebsiella pneumoniae adalah bakteri tidak berbahaya lainnya yang bisa hidup di mulut, hidung, dan usus manusia.
Bakteri ini sering ditemukan dalam koloni dan menyebabkan penyebaran infeksi di rumah sakit.
Tanda dan gejala infeksi ESBL
Sama halnya dengan penyakit infeksi bakteri pada umumnya, infeksi ESBL akan menunjukkan tanda dan gejala umum berupa:
- demam,
- tubuh terasa menggigil,
- mual dan muntah,
- merasa lelah atau lemas berlebihan, serta
- pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan.
Gejala infeksi ESBL dapat bervariasi tergantung jenis bakteri serta bagian tubuh yang terinfeksi. Penyakit ini paling sering menyerang saluran kemih dan usus.
Jika menyerang saluran kemih, bakteri dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK). Kondisi ini ditandai dengan frekuensi buang air kecil meningkat dan sensasi terbakar saat berkemih.
Sementara bila bakteri menginfeksi usus, Anda kemungkinan bisa mengalami diare, kram perut, perut kembung, nafsu makan menurun, hingga munculnya darah pada feses.
Penyebab infeksi ESBL
Seseorang bisa terkena penyakit ini bila melakukan kontak dengan permukaan, benda, hewan, maupun orang lain yang terinfeksi atau terpapar bakteri penghasil ESBL.
Sebagian besar infeksi ini bersifat infeksi nosokomial. Itu artinya, infeksi ini terjadi di lingkungan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
Permukaan yang sering disentuh, seperti peralatan medis, pakaian, dan benda-benda di kamar rumah sakit, dapat menjadi media penularan penyakit bila tidak dibersihkan dengan benar.
Penularan juga bisa terjadi antarpasien, terutama di area dengan kebersihan yang tidak optimal serta pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Penelitian dalam Current Issues in Molecular Biology (2015) menyebutkan bahwa infeksi ESBL lebih berisiko terjadi pada pasien yang menjalani rawat inap selama 11–64 hari.
Faktor risiko infeksi ESBL
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi ESBL adalah sebagai berikut.
- Berprofesi sebagai tenaga medis yang kerap melakukan kontak dengan pasien penyakit menular.
- Menjalani perawatan jangka panjang di rumah sakit, seperti pada pasien ICU.
- Menggunakan alat medis invasif, seperti infus, kateter urine, dan alat bantu pernapasan.
- Memiliki riwayat penggunaan antibiotik dalam dosis besar dan jangka panjang.
- Mengidap kondisi yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti diabetes, gangguan autoimun, dan usia lanjut.
- Menjalani operasi atau prosedur medis besar baru-baru ini.
Diagnosis infeksi ESBL
Segera lakukan pemeriksaan kembali ketika Anda mengalami gejala yang tidak membaik dalam tiga hari setelah mengonsumsi obat antibiotik dari dokter sebelumnya.
Untuk menegakkan diagnosis infeksi ESBL, dokter dapat melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti kultur darah atau urine.
Kedua pemeriksaan ini dapat mendeteksi keberadaan bakteri serta apakah bakteri tersebut menghasilkan enzim ESBL atau tidak.
Jika Anda positif terinfeksi bakteri penghasil ESBL, dokter akan menentukan tipe obat antibiotik mana yang efektif untuk mengobati penyakit ini.
Pengobatan infeksi ESBL
Infeksi ESBL membutuhkan perawatan medis yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi.
Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan oleh dokter untuk mengatasi kondisi ini.
- Carbapenem, seperti imipenem, meropenem, dan doripenem.
- Cephamycin, seperti cefoxitin dan cefotetan.
- Fosfomycin.
- Beta-lactamase inhibitor, seperti clavulanic acid, tazobactam, dan sulbactam.
- Non-beta-lactamase, seperti macrolide.
- Colistin (bila semua obat tidak efektif).
Mungkin dibutuhkan beberapa percobaan kombinasi obat yang berbeda untuk menyembuhkan infeksi bakteri penghasil ESBL secara tuntas.
Pemakaian antibiotik ini harus dilakukan sesuai anjuran untuk mencegah resistensi lebih lanjut.
Selain pengobatan, pasien disarankan untuk menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat, istirahat yang cukup, dan menjaga kebersihan pribadi untuk melawan infeksi.
Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, rawat inap dan isolasi di rumah sakit mungkin diperlukan.
Sebagian besar infeksi extended spectrum beta-lactamases umumnya perlu waktu beberapa minggu atau bulan untuk diobati.
Pencegahan infeksi ESBL
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko infeksi ini.
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin.
- Menghindari penggunaan obat antibiotik tanpa menggunakan resep dokter.
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan di sekitar dengan sebaik mungkin.
- Menghindari berbagi barang pribadi dengan orang lain, seperti sikat gigi, handuk, dan pakaian.
- Memastikan sistem kekebalan tubuh berfungsi optimal melalui pola makan sehat, rutin olahraga, dan tidur yang cukup.
- Menjaga interaksi dengan orang yang terinfeksi, seperti dengan memakai masker dan selalu mencuci tangan setelah melakukan interaksi.
Apabila Anda punya pertanyaan lebih lanjut mengenai infeksi bakteri ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi terbaik.
Kesimpulan
- ESBL (extended spectrum beta-lactamases) adalah enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang membuatnya resisten terhadap antibiotik.
- Penyebaran infeksi ini biasanya terjadi di lingkungan rumah sakit, terutama pada orang dengan kekebalan tubuh lemah atau menjalani perawatan intensif.
- Untuk mengobati infeksi bakteri ini, diperlukan kombinasi antibiotik dan prosedur medis yang tepat untuk mencegah resistensi lebih lanjut.