Kebanyakan pasien melaporkan keluhan gejala yang terkait dengan gangguan saluran pernapasan atas, termasuk sakit tenggorokan dan hidung tersumbat.
Varian Omicron tidak terlalu banyak menyerang paru-paru bila dibandingkan dengan varian sebelumnya. Bisa dibilang, varian Omicron lebih kecil kemungkinannya untuk berkembang menjadi penyakit parah seperti pneumonia.
Selain itu, gejala berupa anosmia (hilang penciuman) dan ageusia (hilang perasa) juga dilaporkan lebih jarang terjadi pada varian ini.
Perbedaan selanjutnya yaitu seberapa cepat gejalanya menyerang. Gejala varian Omicron mungkin muncul sekitar tiga hari setelah seseorang terinfeksi.
Sementara itu, gejala Delta, Alfa, dan varian lainnya baru muncul sekitar lima atau enam hari setelah infeksi.
Jangan anggap remeh Omicron

Meski dikatakan lebih ringan, risiko untuk mengalami gejala parah, membutuhkan rawat inap, atau meninggal akibat COVID-19 varian Omicron tetaplah ada.
Risiko-risiko tersebut lebih tinggi pada orang-orang yang berusia di atas 65 tahun, memiliki masalah kekebalan tubuh, mengalami obesitas, atau memiliki penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi.
Bahkan jika sudah mendapatkan vaksinasi sekalipun, orang-orang yang termasuk dalam golongan berisiko masih bisa mengalami penurunan kondisi yang buruk ketika terkena varian Omicron.
Gejala ringan juga bukan berarti bisa dianggap sepele. Dalam ranah penyakit menular dan epidemiologi, gejala ringan tidak selalu berupa pilek. Penanda penyakit ringan yakni apakah kondisinya mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit atau tidak.
Infeksi yang ringan tetap bisa membuat Anda merasakan demam tinggi, nyeri otot, dan lemas beberapa hari. Gejala tersebut memang menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi belum tentu memerlukan perawatan di rumah sakit.
Perlu Anda ketahui, varian Omicron juga lebih mudah menyebar daripada varian COVID-19 lainnya. Menurut WHO, Omicron menyebar lebih cepat secara signifikan dibandingkan varian Delta dengan kasusnya yang dapat berlipat ganda setiap 1,5 hingga 3 hari.
Masalahnya, lonjakan kasus Omicron terjadi saat musim hujan, yakni ketika penularan penyakit lain seperti flu dan demam berdarah biasanya meningkat.
Karena gejala awalnya yang serupa, cukup sulit untuk membedakan apakah kondisi yang Anda alami merupakan tanda COVID-19 varian Omicron atau penyakit infeksi lain.
Jadi, sebaiknya lakukan pemeriksaan agar Anda bisa memastikan diagnosis penyakit dan mendapatkan penanganan COVID-19 yang tepat.
Lindungi diri dari varian Omicron dengan melakukan vaksinasi

Vaksinasi COVID-19 tetap menjadi langkah terbaik untuk melindungi masyarakat dari penyakit ini dan mengurangi potensi kemunculan varian baru.
Selain mendapatkan dua dosis utama, pemerintah mengimbau masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi booster.
Para ilmuwan masih mempelajari seberapa efektif vaksin COVID-19 yang ada dalam mencegah infeksi varian Omicron.
Sejauh ini, data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa vaksin booster COVID-19 efektif untuk mencegah gejala parah akibat penyakit ini.
CDC menggunakan data dari sekitar 93.000 kasus rawat inap dan 241.000 kunjungan ke instalasi gawat darurat di 10 negara bagian selama berlangsungnya gelombang Delta dan Omicron.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar