backup og meta

Hal-Hal yang Harus Dilakukan Ketika Merasakan Gejala COVID-19

Hal-Hal yang Harus Dilakukan Ketika Merasakan Gejala COVID-19

align: left;”>Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.

Virus penyebab COVID-19 hingga kini masih merebak dan kasusnya terus meningkat di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, pasien COVID-19 sudah mencapai ribuan orang dan telah memakan korban hingga ratusan jiwa.

Penyebaran yang sangat cepat dan awalnya yang sering tanpa gejala pun membuat banyak masyarakat khawatir. Lantas, bagaimana jika suatu saat seseorang merasakan gejala COVID-19, apa yang harus dilakukan?

Kenali gejala terlebih dahulu

COVID-19 merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang menyerang pernapasan. Hampir serupa dengan flu, gejala yang ditunjukkan bisa berupa gejala ringan seperti batuk kering, dan sakit tenggorokan.

Namun infeksi virus COVID-19 juga bisa menimbulkan gejala yang cukup berat seperti pneumonia dan sesak nafas.

Seiring dengan bertambahnya kasus, ditemukan juga berbagai gejala lainnya yang terjadi pada beberapa orang. Gejala tersebut meliputi hilangnya indera penciuman dan diare.

Berkurangnya fungsi indera penciuman masih lebih umum terjadi, mengingat virus bisa saja menyebabkan pilek yang membuat hidung tersumbat dan tidak bisa mencium aroma.

Berbeda dengan gejala diare, orang-orang yang mengalaminya kebanyakan tidak segera mencari pertolongan medis karena merasa bahwa gejala tidak berhubungan dengan masalah pernapasan.

[covid_19]

Hal yang harus dilakukan jika Anda mengalami gejala COVID-19

Sebenarnya, kebanyakan pasien yang terinfeksi COVID-19 hanya menunjukkan gejala ringan dan dapat melakukan perawatan sendiri di rumah tanpa bantuan medis. Gejala biasanya akan muncul dalam 2 sampai 14 hari setelah terpapar dengan virus.

Bagi Anda yang ingin melakukan tes untuk mengetahui apakah tubuh telah terinfeksi virus, cobalah hubungi dinas kesehatan atau penyedia layanan medis yang ada di kota Anda. Bisa juga menghubungi hotline Kemenkes RI dengan nomor 021-5210411 atau 081212123119.

Jika hasilnya negatif, kemungkinannya Anda memang tidak terinfeksi atau Anda masih berada pada tahap awal saat pengumpulan spesimen.

Meski demikian, Anda tetap harus berhati-hati dan melakukan pencegahan. Hasil tes yang negatif tidak menutup kemungkinan Anda bisa terinfeksi virus di kemudian hari.

Jika hasilnya positif, Anda harus segera mencari bantuan dan meminta anjuran pada dokter tentang apa saja yang harus dilakukan jika masih bisa melakukan perawatan sendiri.

Berikut adalah beberapa di antaranya yang harus Anda lakukan ketika mulai merasakan gejala atau sudah terinfeksi COVID-19.

Berdiam di rumah

dampak psikologis karantina

Untuk Anda yang mengalami gejala seperti batuk dan demam tanpa mengalami sesak nafas, Anda disarankan untuk berdiam di rumah dan tidak bepergian kecuali untuk keperluan medis seperti periksa ke dokter.

Anda bisa melakukan penyembuhan dengan meminum obat-obatan yang akan mengurangi gejalanya.

Bila Anda terpaksa harus pergi, usahakan untuk tidak naik kendaraan umum, lebih baik gunakan kendaraan pribadi.

Memisahkan diri dari orang lain ketika sakit

Lakukan isolasi diri dengan menjauh dari orang-orang di sekitar Anda. Lakukan jarak fisik minimal 1 meter. Tidurlah di kamar yang terpisah dari orang lain.

Bila ada, gunakan kamar mandi yang berbeda. Hal ini dilakukan agar Anda tidak menularkan penyakit terutama jika Anda telah positif menderita COVID-19.

Beritahu kepada dokter tentang keadaan Anda

Bagi Anda yang sedang menjalani perawatan atau memiliki jadwal dengan dokter yang tidak bisa ditunda, beritahukan dahulu melalui telepon bahwa Anda mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan COVID-19 sebelum bertemu.

Dengan informasi yang Anda berikan, dokter dan petugas kesehatan lainnya dapat melakukan persiapan terlebih dahulu.

Gunakan masker yang menutupi hidung dan mulut

Gunakanlah masker yang bisa menutup area hidung dan mulut dengan baik bila perlu setiap saat. Masker kain sudah cukup membantu untuk menghalangi percikan dari mulut dan hidung untuk terpapar ke luar. Jika kehabisan masker, Anda bisa mengganti dengan menggunakan syal atau selendang.

Ketika bersin atau batuk, tutupi dengan tisu lalu segera buang ke tempat sampah setelahnya. Jika tidak memiliki tisu, Anda bisa menutup hidung dan mulut menggunakan area siku. Setelah itu, cuci tangan dengan sabun atau gunakan hand sanitizer.

Cuci tangan

merasakan gejala covid
Sumber: The Active Time

Cuci tangan dengan cara yang benar selama minimal 40 detik. Tidak hanya setelah bersin dan batuk, Anda harus mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah ke kamar mandi, ketika menyiapkan makanan, serta sebelum makan.

Untuk tambahan perlindungan, gunakan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60 persen. Usap hand sanitizer di seluruh bagian tangan sampai mengering. Jangan sentuh area wajah terutama mata, hidung, dan mulut dengan tangan kotor.

Hindari berbagi barang pribadi

Barang-barang seperti piring, sendok, gelas, dan handuk sebaiknya digunakan hanya untuk diri sendiri. Terutama alat makan, pencegahan ini juga hendaknya tidak hanya dilakukan bagi yang mengalami gejala COVID-19. Cuci peralatan setelah dipakai sampai bersih.

Selalu waspada dengan gejala COVID-19 yang dirasakan

Pastikan Anda selalu waspada dengan segala perubahan dan gejala yang muncul. Jika Anda mulai mengalami gejala yang lebih serius seperti sesak nafas, Anda harus segera mencari penanganan di rumah sakit.

Beberapa gejala lain yang termasuk pertanda darurat adalah nyeri atau tekanan pada dada yang tak kunjung membaik, linglung, dan muncul warna kebiruan pada bibir atau wajah.

Penanganan pasien COVID-19 di rumah sakit

Selain orang-orang yang merasakan gejala COVID-19 lebih parah, golongan lansia atau mereka yang memiliki kondisi lain seperti diabetes atau penyakit paru-paru harus segera menjalani perawatan di rumah sakit.

Hingga saat ini, belum ada vaksin yang secara khusus bisa digunakan untuk menyembuhkan COVID-19.

Oleh karena itu, pasien akan diberikan perawatan pendukung meliputi cairan untuk mengurangi dehidrasi, obat untuk menurunkan demam, dan oksigen tambahan. Pasien yang kesulitan bernafas sendiri mungkin akan membutuhkan alat respirator.

Menghindari Jabat Tangan dan Salim untuk Cegah Penyebaran COVID-19

COVID-19 tidak dapat diobati dengan antibiotik karena penyebabnya bukanlah dari bakteri melainkan dari virus.

Para peneliti dan tenaga kesehatan masih berusaha untuk membuat vaksin atau menyelidiki pilihan pengobatan lain yang sekiranya berpotensi untuk mengobati gejala.

Beberapa pilihannya adalah sebagai berikut.

  • Remdesivir: obat antivirus yang dirancang untuk menangani ebola. Uji klinis sudah dilakukan namun disetujui pemakaiannya pada manusia.
  • Klorokuin: biasa digunakan untuk memerangi penyakit malaria dan autoimun, klorokuin telah menunjukkan potensinya untuk memerangi virus SARS-CoV-2 pada penelitian di tabung reaksi.
  • Lopinavir dan ritonavir: dikenal dengan nama Kaletra, obat ini dirancang untuk mengobati HIV dan mungkin penggunaannya dengan kombinasi obat lain dapat mengobati COVID-19.
  • APN01: mengandung protein bernama ACE2 yang pernah digunakan saat infeksi SARS. Protein ini melindungi paru-paru dari cedera yang ditimbulkan akibat penyakit.
  • Favilavir: dibuat untuk mengobati radang tenggorokan, penggunaannya telah disetujui untuk mengobati COVID-19.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/if-you-are-sick/steps-when-sick.html

https://www.ncdhhs.gov/divisions/public-health/covid19/symptoms-and-testing/covid-19-symptoms

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/symptoms-testing/testing.html

https://www.healthline.com/health/coronavirus-treatment

Versi Terbaru

30/03/2021

Ditulis oleh Winona Katyusha

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Ulfa Rahayu


Artikel Terkait

Anaplasmosis

Faktor agar Penyebaran COVID-19 Turun hingga Benar-Benar Hilang


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 30/03/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan