Antasida dikenal sebagai obat untuk mengatasi maag dan keluhan lain yang disebabkan naiknya asam lambung. Obat ini bisa bekerja secara efektif menetralkan asam lambung. Namun sama seperti obat-obatan lain, konsumsi antasida memiliki risiko efek samping.
Cari tahu efek samping umum, penggunaan dosis tinggi, dan penggunaan jangka panjang dalam ulasan berikut.
Berbagai efek samping antasida
Antasida mengandung karbonat aluminium, kalsium karbonat, dan magnesium oksida yang bermanfaat untuk menetralkan pH lambung yang terlalu asam.
Beberapa antasida juga mengandung senyawa antikembung yang dapat menghilangkan gas berlebih. Obat ini secara umum efektif dan aman digunakan, jarang menimbulkan efek samping serius.
Namun, tetap ada risiko yang mungkin ditimbulkan pada beberapa orang, termasuk ketika penggunaan dosis tinggi dan jangka panjang.
1. Gangguan pencernaan
Salah satu efek samping yang umum terjadi adalah gangguan pada sistem pencernaan. Efek samping antasida ini biasanya terjadi pada bayi atau orang di atas 65 tahun.
Gangguan pencernaan yang mungkin muncul antara lain sembelit, diare, sakit perut, mual, dan muntah.
Mengutip Harvard Health, konstipasi biasanya disebabkan oleh jenis antasida yang mengandung kalsium atau alumunium sedangkan diare biasanya disebabkan oleh antasida yang mengandung magnesium.
2. Hiperkalsemia
Antasida mengandung kalsium karbonat. Jika obat antasida dikonsumsi dalam dosis tinggi dan jangka panjang, tubuh berisiko mengalami kelebihan kalsium (hiperkalsemia).
Gejala kondisi ini umumnya berupa rasa nyeri pada tulang, kelemahan otot, hingga gangguan pencernaan seperti sakit perut, mual, dan muntah.
Hiperkalsemia juga dapat menyebabkan gagal ginjal dan pengendapan kalsium di seluruh organ tubuh, terutama ginjal.
3. Osteoporosis
Efek samping lain dari penggunaan obat antasida adalah meningkatkan risiko osteoporosis. Efek samping ini umumnya terjadi karena penggunaan dosis tinggi dalam jangka panjang.
Obat antasida mengandung aluminium yang dapat menghambat penyerapan fosfat dari usus. Fosfat adalah mineral yang berperan penting dalam meningkatkan kepadatan mineral tulang.
Jika jumlahnya menurun, Anda mungkin dapat berisiko mengalami osteoporosis atau gangguan kesehatan tulang lainnya.
4. Acid rebound
Efek samping antasida lainnya adalah acid rebound, yakni kondisi di mana produksi asam lambung meningkat.
Kondisi ini biasanya terjadi setelah Anda berhenti mengonsumsi obat antasida dosis tinggi dalam waktu lama.
Ini karena ketika antasida terus mengurangi asam lambung, tubuh akan merespons dengan meningkatkan produksi gastrin. Hormon ini berperan meningkatkan produksi asam lambung.
Saat berhenti mengonsumsi antasida, jumlah hormon gastrin yang masih tinggi akan mengakibatkan kelebihan asam di lambung.
5. Meningkatkan risiko alergi makanan
Mengutip Harvard Health, anak usia 4 tahun ke bawah yang mengkonsumsi antasida dua kali lebih berisiko terkena alergi makanan dibandingkan anak yang tidak mengkonsumsi obat antasida.
Risiko efek samping ini berkaitan dengan cara kerja obat antasida. Seperti yang diketahui, antasida bekerja dengan mengurangi asam lambung.
Berkurangnya asam lambung akibat konsumsi antasida membuat tubuh tidak dapat memecah protein dalam makanan. Akibatnya, protein memicu reaksi alergi pada orang yang memiliki alergi makanan.
Selain pada bayi dan anak-anak, risiko alergi akibat konsumsi obat maag ini juga kemungkinan terjadi pada orang di atas usia 60 tahun.
6. Batu ginjal
Efek samping konsumsi obat antasida selanjutnya adalah meningkatkan risiko penyakit batu ginjal.
Hal ini karena obat antasida mengandung kalsium aluminium yang bila dikonsumsi dengan dosis tinggi dan jangka panjang bisa menyebabkan penumpukan mineral kalsium dalam ginjal.
Endapan kalsium yang terdapat pada ginjal kemudian akan mengeras dan membentuk batu. Hal ini mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal.
Maka dari itu, orang dengan penyakit ginjal sebaiknya menghindari penggunaan antasida karena dapat mengganggu fungsi ginjal yang meningkatkan racun di aliran darah.
7. Metabolic alkalosis
Normalnya, tubuh berfungsi dengan baik ketika keseimbangan asam dan basa dalam darah terjaga.
Mengonsumsi obat antasida secara dalam dosis tinggi dan jangka panjang juga dikaitkan dengan risiko ketidakseimbangan asam-basa dalam darah.
Jika dikonsumsi dalam dosis tinggi dan jangka waktu lama, dapat menyebabkan metabolic alkalosis, yakni kondisi di mana darah menjadi terlalu basa.
Mengutip Cleveland Clinic, kondisi ini dapat mengakibatkan seseorang mengalami kram otot, tremor, kesemutan, mati rasa, aritmia (irama jantung tidak normal), hingga kejang.
Jadi, meskipun obat ini aman digunakan, Anda tetap harus berhati-hati akan risiko efek samping yang mungkin terjadi.
Jika Anda merasakan gejala tertentu, seperti sakit perut, diare, atau pusing setelah mengonsumsi obat antasida, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Kesimpulan
Konsumsi obat antasida dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti gangguan pencernaan, hiperkalsemia, osteoporosis, acid rebound, risiko alergi makanan, batu ginjal, hingga metabolic alkalosis.
[embed-health-tool-bmr]