backup og meta

Fosfat Mineral Turunan Fosfor dan Peran Pentingnya

Fosfat Mineral Turunan Fosfor dan Peran Pentingnya

Tubuh kita membutuhkan asupan mineral setiap harinya. Mineral  menutrisi sel-sel tubuh sehingga dapat menjalankan fungsinya. Salah satu mineral tersebut adalah fosfat. Lantas, apa saja kegunaan dan efek samping mineral ini? 

Apa itu fosfat?

Fosfat (phosphate) adalah partikel bermuatan listrik yang mengandung mineral fosfor. Fosfat adalah turunan mineral dari fosfor. 

Saat fosfor dari makanan masuk ke usus, mineral ini akan diserap dan bercampur bersama oksigen membentuk fosfat. 

Mineral ini membantu mengaktifkan enzim dan menjaga pH darah dalam kisaran normal. 

Sebagai salah satu jenis elektrolit, fosfat memiliki muatan listrik yang bekerja menunjang kinerja saraf dan gerakan otot.

Selain itu, mineral ini merupakan bahan penyusun gen karena membentuk DNA (Deoxyribonucleic acid), RNA (Ribonucleic acid), dan sumber energi utama tubuh.

Sebagian besar fosfat di dalam tubuh akan disaring kemudian dibuang oleh ginjal lewat urine.

Apabila fungsi organ ginjal terganggu, tubuh tidak bisa menyaring mineral ini dengan sempurna. Hal ini akan menyebabkan penumpukan fosfat.

Kadar fosfat dalam tubuh sendiri menjadi salah satu penanda fungsi ginjal.

Kegunaan fosfat

Mineral ini kerap dikombinasikan bersama bahan-bahan kimia sebagai suplemen, vitamin, atau obat. 

Sebagai contoh, sodium phosphate di dalam obat pencahar bekerja merangsang sistem pencernaan agar buang air besar (BAB) lebih lancar.

Berikut ini sejumlah manfaat mineral fosfat bagi kesehatan. 

1. Mengatasi gangguan pencernaan

mencegah gangguan pencernaan saat puasa, cobalah cara agar pencernaan lancar

Sodium phosphate atau natrium fosfat kerap digunakan di dalam obat pencahar dan obat oral lainnya yang dijual bebas sebagai pengobatan sembelit. 

Jenis obat pencahar ini membantu melancarkan buang air besar dengan menarik air ke dalam usus, sehingga melunakkan feses, dan membuatnya lebih mudah dikeluarkan. 

Selain itu, beberapa antasida yang digunakan sebagai pengobatan mulas atau asam lambung naik juga mengandung sodium phosphate.

Umumnya, dosis minum obat pencahar yang mengandung sodium phosphate tidak lebih dari sekali sehari dan tidak boleh digunakan lebih dari tiga hari.

2. Mengurangi kadar kalsium tinggi

Sodium phosphate dapat membantu mengatasi kadar kalsium yang tinggi di dalam darah dan urine.

Kalsium dan fosfat dalam tubuh bereaksi dengan cara yang berlawanan. Saat kadar fosfat naik, kadar kalsium akan turun. 

Hormon yang disebut hormon paratiroid (PTH) mengatur kadar kedua mineral dalam darah tersebut.

Selain itu, potassium phosphate dapat membantu mencegah pembentukan batu ginjal kalsium dengan mengikat kalsium dalam urine.

Fosfat bekerja dengan menjaga pH urine dalam kondisi normal. Pasalnya, semakin tinggi kadar pH (semakin basa) justru mendukung pembentukan batu ginjal. 

3. Meningkatkan performa fisik

Sodium phosphate telah diuji berpotensi menjadi pertolongan ergogenik (ergogenic aid). Artinya, mineral ini berpotensi meningkatkan kinerja atletik. 

Satu penelitian dalam Journal of sports sciences (2015) menemukan bahwa pola diet sehat yang dilengkapi natrium fosfat dapat meningkatkan performa atlet pesepeda.

Pemberian sodium phosphate meningkatkan tenaga dan rata-rata waktu dari atlet pesepeda. Hal ini diduga karena mineral ini membantu meningkatkan penyerapan oksigen.

Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan dosis serta efek jangka panjang dari suplementasi mineral tersebut.

4. Mengobati osteoporosis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi kalium dan kalsium fosfat, seperti tricalcium phosphate atau dicalcium phosphate, berpotensi menguatkan tulang serta mengurangi risiko osteoporosis. 

Tinjauan literatur National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) di tahun 2016 menunjukkan bahwa asupan fosfor bersama kalsium yang tinggi mendukung kesehatan tulang pada kelompok usia dan jenis kelamin tertentu.

Bukti lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi manfaat tersebut lebih lanjut dan efek samping jangka panjangnya. 

5. Memperbaiki kondisi Refeeding Syndrome

Refeeding syndrome merupakan kondisi di mana terjadi perubahan mendadak pada metabolisme tubuh serta gangguan keseimbangan elektrolit. 

Kondisi tersebut biasanya terjadi ketika refeeding, yaitu pengenalan makanan selepas seseorang mengalami kelaparan, kekurangan gizi, atau berpuasa jangka panjang.

Salah satu riset dalam BMJ menunjukkan bahwa pemberian sodium dan potassium phosphate dapat membantu refeeding syndrome pada orang yang sangat kekurangan gizi atau tidak makan dalam waktu lama.

Dampak refeeding syndrome

Saat terjadi refeeding syndrome, kadar fosfor di seluruh tubuh berkurang.
Kondisi ini juga disertai lonjakan insulin yang menyebabkan penyerapan fosfat meningkat drastis di dalam sel. 
Perubahan ini kemudian menyebabkan kekurangan fosfor di dalam tubuh.

Sumber makanan fosfat

Fosfat bisa Anda dapatkan dengan mengonsumsi makanan yang secara alami mengandung fosfor. 

Sumber terkaya fosfor adalah susu, daging merah, unggas, makanan laut, dan kacang-kacangan. 

Fosfor dari makanan disebut fosfor organik. Fosfor anorganik adalah bentuk olahan yang ditambahkan ke makanan untuk mempertahankan warna, kelembapan, dan tekstur. 

Fosfor anorganik ditemukan dalam makanan cepat saji, minuman kaleng dan botol, dan banyak makanan olahan lainnya. 

Sumber makanan yang kaya zat gizi ini antara lain:

  • susu, yoghurt, keju,
  • ikan salmon,
  • daging sapi,
  • unggas,
  • kacang-kacangan,
  • biji-bijian,
  • roti gandum dan sereal,
  • asparagus, tomat, kembang kol, dan
  • makanan olahan seperti bakso, sosis, nuget, soda, minuman olahraga, dan minuman kemasan lainnya.

Gangguan kesehatan terkait fosfat

hiperfosfatemia adalah

Agar dapat memberi manfaat bagi tubuh secara optimal, fosfat perlu berada dalam kadar yang normal atau seimbang.

Ketika kadar mineral ini berlebihan atau kurang, fungsi tubuh bisa terganggu.

Di bawah ini beberapa kondisi yang dapat terjadi jika kadar fosfat di dalam tubuh tidak seimbang.

1. Hipofosfatemia

Hypophosphatemia terjadi ketika Anda memiliki tingkat fosfat yang rendah dalam darah.

Seperti penjelasan di atas, fosfat adalah salah satu mineral elektrolit untuk mengatur beberapa fungsi tubuh.

Elektrolit membantu tubuh Anda mengatur reaksi kimia, menjaga keseimbangan antara cairan di dalam dan di luar sel Anda dan banyak lagi.

Jika tubuh kekurangan phosphate maka fungsi elektrolit akan terganggu bahkan kacau. 

2. Hiperfosfatemia

Hyperphosphatemia adalah suatu kondisi di mana Anda memiliki kelebihan fosfat dalam darah Anda.

Kadar fosfat yang terlalu tinggi bisa menghilangkan kalsium dari tulang yang membuat tulang rapuh. 

Hal Ini juga dapat menyebabkan endapan kalsium di mata, paru-paru, jantung, dan pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian.

Anda lebih mungkin mengalami hiperfosfatemia jika Anda menderita penyakit ginjal kronis lanjut atau gagal ginjal.

Agar kadar mineral tersebut di dalam tubuh tetap normal, Anda disarankan tetap menerapkan pola hidup sehat.

Jika Anda merasakan gejala terkait gangguan fosfat seperti di atas, segera periksakan diri ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan yang tepat.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Qadeer, H., & Bashir, K. (2022). Physiology, Phosphate. Statpearls Publishing.

Brewer, C. P., Dawson, B., Wallman, K. E., & Guelfi, K. J. (2015). Effect of sodium phosphate supplementation on repeated high-intensity cycling efforts. Journal of sports sciences33(11), 1109–1116. https://doi.org/10.1080/02640414.2014.989536

Buck, C. L., Wallman, K. E., Dawson, B., & Guelfi, K. J. (2013). Sodium phosphate as an ergogenic aid. Sports medicine (Auckland, N.Z.)43(6), 425–435. https://doi.org/10.1007/s40279-013-0042-0

Fenton, T. R., Lyon, A. W., Eliasziw, M., Tough, S. C., & Hanley, D. A. (2009). Phosphate decreases urine calcium and increases calcium balance: a meta-analysis of the osteoporosis acid-ash diet hypothesis. Nutrition journal8, 41. https://doi.org/10.1186/1475-2891-8-41

Heaney R. P. (2004). Phosphorus nutrition and the treatment of osteoporosis. Mayo Clinic proceedings79(1), 91–97. https://doi.org/10.4065/79.1.91

Mehanna, H. M., Moledina, J., & Travis, J. (2008). Refeeding syndrome: what it is, and how to prevent and treat it. BMJ (Clinical research ed.)336(7659), 1495–1498. https://doi.org/10.1136/bmj.a301

Moshfegh, A. J., Kovalchik, A. F, Clemens, J. C. (2016). Phosphorus Intake of Americans: What We Eat In America, NHANES 2011-2012. Dietary Data Brief, 15.

Peacock M. (2021). Phosphate Metabolism in Health and Disease. Calcified tissue international108(1), 3–15. https://doi.org/10.1007/s00223-020-00686-3

Razzaque M. S. (2011). Phosphate toxicity: new insights into an old problem. Clinical science (London, England : 1979)120(3), 91–97. https://doi.org/10.1042/CS20100377

Hyperphosphatemia: Causes, Symptoms & Treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved 22 December 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24293-hyperphosphatemia#:~:text=Hyperphosphatemia%20is%20a%20condition%20in,your%20diet%2C%20medications%20and%20dialysis.

Hypophosphatemia: What It Is, Causes, Symptoms & Treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved 22 December 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24040-hypophosphatemia#:~:text=Hypophosphatemia%20is%20a%20short%2Dterm,Appointments%20216.444.6568

Phosphorus. (2021). Office of Dietary Supplements. Retrieved 22 December 2022, from https://ods.od.nih.gov/factsheets/Phosphorus-HealthProfessional/

Phosphorus. (n.d.). Harvard T. H. Chan. Retrieved 22 December 2022, from https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/phosphorus/

WHAT ARE PHOSPHATES. (n.d.). PhosphateFacts. Retrieved 22 December 2022, from https://phosphatesfacts.org/what-are-phosphates/

Versi Terbaru

04/01/2023

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Abduraafi Andrian


Artikel Terkait

10 Makanan yang Mengandung Mineral Zat Besi

6 Vitamin dan Mineral untuk Usia 40 Tahun ke Atas


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 04/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan