Pemeriksaan tekanan darah memang sebaiknya dilakukan secara berkala, terutama jika Anda memiliki risiko hipertensi. Kini alat pemeriksaan tekanan darah (tensimeter) pun dapat dibeli dengan mudah, tetapi sudahkah Anda tahu bagaimana cara membaca hasil pengukuran tekanan darah?
Cara membaca hasil tekanan darah
Ketika melakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensimeter digital, Anda akan melihat dua angka besar yang posisinya atas-bawah dengan satuan mmHg atau milimeter air raksa (merkuri).
Angka yang berada di atas atau baris pertama disebut angka sistolik, sedangkan angka di bawahnya adalah angka diastolik.
Angka sistolik adalah angka yang menunjukkan tekanan darah ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh.
Sementara itu, angka diastolik menunjukkan tekanan darah ketika jantung beristirahat usai kontraksi. Dalam kondisi ini, jantung terisi akan darah dan menerima oksigen.
Anda dinyatakan sehat ketika memiliki angka sistolik dan diastolik pada kisaran normal. Lantas, bagaimana jika ada salah satu jenis tekanan yang tidak normal?
Pada laman Harvard Health, disebutkan bahwa angka sistolik yang tidak normal bisa menjadi gejala gangguan kesehatan, seperti pembuluh arteri yang kaku atau gangguan katup jantung.
Sementara itu, angka diastolik yang tidak normal lebih identik dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Periksakan dengan dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.
Memahami berbagai hasil pengukuran tekanan darah
Berikut adalah cara membaca hasil tekanan darah sehingga Anda bisa mengetahui apakah Anda masih berada dalam kategori normal, berisko, atau sudah mengalami hipertensi.
1. Normal
American Heart Association (AHA) menyebutkan bahwa tensi normal akan menunjukkan angka tekanan sistolik dan diastolik di bawah 120/80 mmHg atau di atas 90/60 mmHg.
Itu artinya, kisaran tekanan sistolik normal adalah 90–119 mmHg, sedangkan tekanan diastolik ada di kisaran 60–79 mmHg.
Untuk mempertahankan tekanan darah dalam kisaran normal, Anda perlu menerapkan pola hidup sehat, seperti rutin olahraga dan menghindari makanan tinggi garam.
2. Prehipertensi
Sementara itu, tekanan darah pada kisaran 120–129 mmHg untuk sistolik dan kurang dari 80 mmHg untuk diastolik memiliki arti bahwa Anda berada dalam kondisi prehipertensi.
Prehipertensi berarti tekanan darah Anda belum mencapai batas hipertensi, tetapi lebih berisiko berkembang menjadi hipertensi dibandingkan tekanan darah normal.
Seseorang dengan prehipertensi belum membutuhkan perawatan medis. Meski begitu, Anda harus segera memperbaiki pola hidup supaya tekanan darah segera kembali pada kisaran normal.
3. Hipertensi
Anda dinyatakan memiliki hipertensi jika punya tekanan darah di atas 130/80 mmHg. Diagnosis ini biasanya didasarkan pada rata-rata minimal dua kali pemeriksaan tekanan darah pada waktu yang berbeda.
Hipertensi sendiri bisa dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat satu dan dua. Hipertensi tingkat satu ditandai dengan tekanan sistolik di kisaran 130–139 dengan diastolik 80–89.
Sementara itu, hasil tekanan darah sistolik dan diastolik di atas rentang tersebut termasuk ke dalam kategori hipertensi tingkat dua.
Mayo Clinic menyebutkan bahwa pengelompokan keduanya penting untuk menentukan jenis pengobatan.
Pemilihan pengobatan yang tepat akan ikut menurunkan risiko komplikasi hipertensi, seperti arteri koroner, ginjal kronis, dan serangan jantung.
4. Krisis hipertensi
Tekanan darah yang mencapai lebih dari 180/120 mmHg disebut sebagai krisis hipertensi. Kondisi ini perlu ditangani secara medis karena dapat mengancam nyawa.
Krisis hipertensi umumnya menimbulkan gejala berupa nyeri dada, sesak napas, serta kelumpuhan atau hilangnya kontrol otot wajah layaknya gejala stroke.
Meski begitu, ada pula yang tidak merasakan gejala apa pun saat mengalaminya.
5. Hipotensi
Hasil pengukuran tekanan darah juga bisa lebih rendah atau di bawah normal. Kondisi yang disebut hipotensi ini ditandai dengan tekanan darah di bawah 90/60 mmHg.
Hipotensi juga perlu diatasi karena tekanan yang rendah menandakan bahwa tubuh tidak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memadai.
Tekanan darah rendah bisa disebabkan oleh dehidrasi, masalah kesehatan jantung, kehamilan, kehilangan darah, atau efek obat-obatan tertentu.
Hipotensi biasanya ditandai dengan pusing, mual, pandangan kabur, hingga penurunan konsentrasi. Segera hubungi dokter jika Anda merasakan gejalanya.
Seberapa sering tekanan darah perlu diperiksa?
Frekuensi pemeriksaan tekanan darah pada setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung hasil pemeriksaan tekanan darah yang terakhir.
Anda bisa bertanya pada dokter untuk mengetahui kapan pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan. Di samping itu, Anda bisa mempertimbangkan beberapa poin berikut.
- Tekanan darah normal atau kurang dari 120/80 mmHg: lakukan pemeriksaan setiap satu tahun sekali atau setidaknya dua tahun sekali.
- Prehipertensi: lakukan pemeriksaan setiap satu tahun sekali. Frekuensi pemeriksaan ini juga berlaku bagi Anda yang memiliki faktor risiko hipertensi.
- Hipertensi: ikuti anjuran dari dokter. Dokter mungkin menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan di rumah setidaknya dua kali sehari.
Anjurkan frekuensi pemeriksaan tekanan darah mungkin meningkat seiring bertambahnya usia, tepatnya ketika berusia di atas 40 tahun. Selalu ikuti saran dokter untuk memantau kondisi kesehatan Anda.
Kesimpulan
- Hasil pengukuran tekanan darah akan menunjukkan angka sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan darah ketika jantung memompa darah keluar. Sementara itu, diastolik adalah tekanan ketika jantung relaksasi.
- Kisaran tekanan darah normal adalah 90/90–120/90 mmHg, prehipertensi adalah 120–129 mmHg untuk sistolik dan kurang dari 80 mmHg untuk diastolik. Di atas angka tersebut, Anda berarti memiliki hipertensi.
- Jika hasil tekanan darah normal, Anda cukup melakukan pemeriksaan setiap satu atau dua tahun sekali. Ikuti saran pemeriksaan dari dokter jika Anda memiliki atau berisiko mengalami hipertensi.
[embed-health-tool-heart-rate]