backup og meta

Berbagai Tanda dan Efek Negatif dari Konsumsi Gula Berlebih

Berbagai Tanda dan Efek Negatif dari Konsumsi Gula Berlebih

Siapa yang tidak suka dengan manisnya gula? Padahal, tanpa disadari, permen, kue, es krim, soda, dan lainnya, bisa mengakibatkan kadar gula darah melonjak. Ketahui apa saja tanda dan akibat lain dari kebanyakan makan gula bagi kesehatan berikut ini.

Tanda kebanyakan makan gula

Saat Anda mengonsumsi gula, tubuh akan mendapatkan glukosa atau disebut juga gula darah.

Glukosa akan dibakar sebagai energi atau diolah dan disimpan oleh tubuh menjadi energi cadangan. 

Meski gula dapat memberikan energi tambahan, Anda tetap harus membatasi asupan gula harian.

Kelebihan gula pada tubuh akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan. 

Ketahui tanda-tanda Anda kebanyakan makan gula berikut ini. 

1. Cepat lapar

efek samping gula

Kelebihan fruktosa (sejenis gula buatan) pada tubuh dapat mengacaukan metabolisme dengan mematikan sistem pengendali nafsu makan Anda. 

Kondisi itu memicu kegagalan tubuh dalam merangsang produksi hormon insulin atau hormon pengatur kadar gula dalam darah.

Hal tersebut kemudian memicu peningkatan produksi hormon grelin yang berperan dalam menimbulkan rasa lapar.

Kondisi ini juga menurunkan produksi hormon leptin yang berperan untuk menimbulkan rasa kenyang.

2. Cepat lelah dan kurang energi

Gula mudah diserap dan dicerna tubuh. Jadi, jika Anda merasa cepat lelah, bisa jadi karena Anda kebanyakan makan gula dari makanan dan minuman.

Sebuah penelitian dalam Neuroscience and biobehavioral reviews (2019) mencoba mengamati efek konsumsi karbohidrat dan gula.

Penelitian ini menggunakan metode kajian ilmiah pada 31 studi terdahulu dengan total 1.259 responden.

Studi menemukan bahwa satu jam setelah konsumsi gula, peserta merasa lelah dan kurang waspada.

Lonjakan kadar gula dalam darah dan insulin juga bisa menyebabkan tingkat energi menurun dan memengaruhi tingkat energi secara keseluruhan

3. Suasana hati memburuk

Jika Anda merasa murung, mudah tersinggung, gelisah, atau stres ini bisa menjadi tanda bahwa Anda kebanyakan makan gula.

Sebuah penelitian dalam Scientific reports (2017) menunjukkan bahwa mengonsumsi gula tambahan dapat meningkatkan peradangan, memperburuk suasana hati, dan menyebabkan gejala depresi.

Makanan atau camilan tinggi gula tanpa protein dan lemak dengan cepat meningkatkan gula darah.

Saat tubuh menggunakan asupan ini, tingkat energi tubuh cepat menurun. Hal ini bisa membuat Anda lesu, tanpa disadari Anda pun jadi mudah tersinggung.

4. Tidak bisa tidur

Sebuah ulasan ilmiah dari American journal of lifestyle medicine (2019) menyelidiki hubungan antara asupan berlebihan beberapa jenis gula tambahan dan kualitas tidur di kalangan mahasiswa.

Penelitian yang dilakukan terhadap 300 mahasiswa ini menunjukkan kualitas tidur yang buruk bisa disebabkan oleh kebanyakan konsumsi gula tambahan.

Siklus tidur dan kualitas tidur kita diatur oleh cahaya, suhu ruangan, dan kontrol kadar gula dalam darah.

Artinya, kebanyakan mengonsumsi gula tambahan berisiko mengacaukan siklus tidur dan kualitas tidur. 

5. Selalu menganggap makanan kurang terasa manis

dampak negatif gula

Jika selalu merasa makanan tidak manis, atau perlu menambahkan gula ke dalam makanan agar terasa enak, ini bisa jadi tanda Anda sudah kebanyakan makan gula.

Pasalnya, Anda terbiasa melatih otak untuk mengharapkan tingkat kemanisan yang sangat tinggi.

Ketika terbiasa dengan itu, Anda lebih sulit untuk merasa puas dengan makanan yang kurang manis. 

Pertimbangkan kembali jika Anda berencana mengganti gula pasir dengan pemanis buatan dalam makanan atau minuman.

Alasannya, kebanyakan pemanis pengganti gula justru terasa jauh lebih manis daripada gula sebenarnya.

Jadi pemanis pengganti gula malah mengajarkan otak untuk mengharapkan tingkat kemanisan yang sangat tinggi. 

Efek samping kebanyakan makan gula

Berikut adalah beberapa dampak negatif dari konsumsi gula yang berlebih pada tubuh Anda.

1. Obesitas

Gula dapat mempengaruhi hormon dalam tubuh yang mengontrol berat badan seseorang, seperti hormon leptin yang menciptakan sensasi kenyang. 

Namun, asupan tinggi gula dapat menimbulkan resistensi leptin.

Seiring waktu, makanan tinggi gula mencegah otak mengetahui kapan tubuh perlu berhenti makan. 

Akibatnya, Anda terus merasa lapar dan tidak tahu kapan merasa kenyang. Untuk terus memenuhi rasa lapar, Anda jadi makan terus-menerus.

Kebiasaan makan seperti ini akan meningkatkan risiko terjadinya obesitas.

2. Karies gigi

Karies gigi terjadi ketika bakteri yang hidup di mulut mencerna sisa karbohidrat dari makanan yang Anda konsumsi. 

Gula memberi makan bakteri yang hidup di mulut. Ketika bakteri mencerna gula, mereka menciptakan asam.

Asam dari bakteri di mulut inilah yang dapat mengikis email (lapisan terluar gigi), menyebabkan lubang atau gigi berlubang (karies).

Orang yang sering makan camilan manis lebih berisiko tinggi mengalami karies gigi.

3. Perlemakkan hati

efek samping gula

Gula yang masuk ke aliran darah dari saluran pencernaan akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa. 

Sayangnya, fruktosa tidak diproduksi secara alami oleh tubuh dalam jumlah yang signifikan, karena memang tidak terlalu dibutuhkan oleh tubuh. 

Oleh karena itu, konsumsi gula berlebih dapat membuat tubuh kelebihan fruktosa yang dapat membebani hati dan menyebabkan perlemakkan hati.

Hal tersebutlah yang dapat memicu terjadinya komplikasi kesehatan.

4. Penyakit jantung

Meskipun kaitan antara kebanyakan makan gula dengan penyakit jantung belum begitu jelas. 

Sebuah penelitian dalam JAMA internal medicine (2014) menguji tren konsumsi gula tambahan dalam kalori harian dan menyelidiki hubungan konsumsi gula tambahan dengan kematian akibat penyakit jantung.

Hasil penelitian menemukan bahwa seseorang yang 17 – 21% kalori hariannya didapat dari gula tambahan, memiliki risiko 38% lebih tinggi meninggal akibat penyakit jantung. 

Bagi mereka yang mendapatkan 21% atau lebih energi dari gula tambahan, risiko penyakit jantung naik dua kali lipat.

5. Diabetes tipe 2

Terlalu banyak asupan gula berkaitan dengan terjadinya resistensi insulin, yang tidak lain adalah penyebab diabetes tipe 2.

Kondisi ini terjadi ketika insulin tidak bekerja membantu sel-sel tubuh mengubah gula darah menjadi energi.

Diabetes tipe 2 dapat menyebabkan kelelahan, sering buang air kecil, sulit fokus, dan tekanan darah tinggi.

6. Hipertensi

Riset dari dalam jurnal Hypertension (2011) mencoba mengamati hubungan kebanyakan makan gula dan minuman manis terhadap peningkatan faktor risiko penyakit jantung.

Penelitian ini dilakukan pada 2.696 masyarakat berusia 40 – 59 tahun dari Amerika Serikat dan Inggris. 

Hasil riset menunjukkan kebanyakan mengonsumsi gula berlebih dapat menyebabkan tekanan darah tinggi

Hipertensi sendiri adalah salah satu faktor risiko pemicu penyakit jantung. Artinya, kebanyakan makan gula akan memperburuk kedua kondisi tersebut.

Kesimpulan

Konsumsi terlalu banyak gula bisa sebabkan Anda terkena obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Untuk menghindarinya, kurangi asupan gula tambahan dari sekarang. Pastikan Anda mengenali ciri-ciri saat kebanyakan makan gula, seperti cepat lapar, mudah lelah, dan mudah marah. 

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Alahmary, S. A., Alduhaylib, S. A., Alkawii, H. A., Olwani, M. M., Shablan, R. A., Ayoub, H. M., Purayidathil, T. S., Abuzaid, O. I., & Khattab, R. Y. (2019). Relationship Between Added Sugar Intake and Sleep Quality Among University Students: A Cross-sectional Study. American journal of lifestyle medicine, 16(1), 122–129. https://doi.org/10.1177/1559827619870476

Brown, I. J., Stamler, J., Van Horn, L., Robertson, C. E., Chan, Q., Dyer, A. R., Huang, C. C., Rodriguez, B. L., Zhao, L., Daviglus, M. L., Ueshima, H., Elliott, P., & International Study of Macro/Micronutrients and Blood Pressure Research Group (2011). Sugar-sweetened beverage, sugar intake of individuals, and their blood pressure: international study of macro/micronutrients and blood pressure. Hypertension (Dallas, Tex. : 1979), 57(4), 695–701. https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.110.165456

Johnson, R. K., Appel, L. J., Brands, M., Howard, B. V., Lefevre, M., Lustig, R. H., Sacks, F., Steffen, L. M., Wylie-Rosett, J., & American Heart Association Nutrition Committee of the Council on Nutrition, Physical Activity, and Metabolism and the Council on Epidemiology and Prevention (2009). Dietary sugars intake and cardiovascular health: a scientific statement from the American Heart Association. Circulation, 120(11), 1011–1020. https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.109.192627

Knüppel, A., Shipley, M. J., Llewellyn, C. H., & Brunner, E. J. (2017). Sugar intake from sweet food and beverages, common mental disorder and depression: prospective findings from the Whitehall II study. Scientific reports, 7(1), 6287. https://doi.org/10.1038/s41598-017-05649-7

Macedo, D. M., & Diez-Garcia, R. W. (2014). Sweet craving and ghrelin and leptin levels in women during stress. Appetite, 80, 264–270. https://doi.org/10.1016/j.appet.2014.05.031

Malik, V. S., Pan, A., Willett, W. C., & Hu, F. B. (2013). Sugar-sweetened beverages and weight gain in children and adults: a systematic review and meta-analysis. The American journal of clinical nutrition, 98(4), 1084–1102. https://doi.org/10.3945/ajcn.113.058362

Mantantzis, K., Schlaghecken, F., Sünram-Lea, S. I., & Maylor, E. A. (2019). Sugar rush or sugar crash? A meta-analysis of carbohydrate effects on mood. Neuroscience and biobehavioral reviews, 101, 45–67. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2019.03.016

Sender, R., Fuchs, S., & Milo, R. (2016). Are We Really Vastly Outnumbered? Revisiting the Ratio of Bacterial to Host Cells in Humans. Cell, 164(3), 337–340. https://doi.org/10.1016/j.cell.2016.01.013

Thornhill, K., Charlton, K., Probst, Y., & Neale, E. (2019). Does an increased intake of added sugar affect appetite in overweight or obese adults, when compared with lower intakes? A systematic review of the literature. The British journal of nutrition, 121(2), 232–240. https://doi.org/10.1017/S0007114518003239

Yang, Q., Zhang, Z., Gregg, E. W., Flanders, W. D., Merritt, R., & Hu, F. B. (2014). Added sugar intake and cardiovascular diseases mortality among US adults. JAMA internal medicine, 174(4), 516–524. https://doi.org/10.1001/jamainternmed.2013.13563

Yen, J. Y., Lin, H. C., Lin, P. C., Liu, T. L., Long, C. Y., & Ko, C. H. (2020). Leptin and ghrelin concentrations and eating behaviors during the early and late luteal phase in women with premenstrual dysphoric disorder. Psychoneuroendocrinology, 118, 104713. https://doi.org/10.1016/j.psyneuen.2020.104713

Added Sugar – The Nutrition Source. (n.d.) Harvard T.H. Chan. Retrieved September 22, 2022 from https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/carbohydrates/added-sugar-in-the-diet/#:~:text=The%20AHA%20suggests%20a%20stricter,of%20sugar)%20for%20most%20men.

Bloating: Causes and Prevention Tips. (n.d.). John Hopkins Medicine. Retrieved September 22, 2022 from https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/bloating-causes-and-prevention-tips

Eating too much added sugar increases the risk of dying with heart disease. (2014). Harvard Health Publishing. Retrieved September 22, 2022 from https://www.health.harvard.edu/blog/eating-too-much-added-sugar-increases-the-risk-of-dying-with-heart-disease-201402067021

Ghrelin. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved September 22, 2022 from https://my.clevelandclinic.org/health/body/22804-ghrelin

Sugars and tooth decay. (n.d.) Action on Sugar. Retrieved September 22, 2022 from https://www.actiononsugar.org/sugar-and-health/sugars-and-tooth-decay/

Versi Terbaru

04/01/2023

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Berbagai Makanan Sehat untuk Anda yang Ngidam Makanan Manis

7 Bahaya Akibat Kebanyakan Makan Makanan Manis


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 04/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan