backup og meta

12 Bentuk Mekanisme Pertahanan Diri dalam Situasi Negatif

12 Bentuk Mekanisme Pertahanan Diri dalam Situasi Negatif

Setiap orang tentu memiliki caranya masing-masing untuk melindungi diri. Beberapa ada yang melampiaskan emosi pada orang terdekat, tetapi ada pula yang memilih untuk tetap sibuk supaya lupa. Lantas, apakah Anda sudah menemukan bentuk mekanisme pertahanan diri yang paling sesuai?

Apa itu mekanisme pertahanan diri?

Mekanisme pertahanan diri atau self-defense mechanism adalah strategi dari alam bawah sadar untuk memberikan perlindungan terhadap diri sendiri.

Kekuatan dari alam bawah sadar ini bisa digunakan untuk menghadapi berbagai hal, mulai dari stres karena macet, ditinggalkan orang tersayang, serta kondisi lain yang membuat pikiran maupun perasaan menjadi tidak nyaman.

Sebuah buku terbitan StatPearls Publishing menjelaskan bahwa teori mekanisme pertahanan diri ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud dan Anna Freud.

Pasangan ayah dan anak tersebut menilai bahwa tubuh kita secara tidak sadar memang telah memiliki cara tertentu untuk melepaskan diri dari emosi negatif.

Namun, emosi tersebut tidak benar-benar hilang sepenuhnya. Self-defense mechanism hanya berfungsi untuk menekan atau mengesampingkannya.

Oleh karena itu, cara ini tidak bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah yang Anda hadapi.

Berbagai jenis mekanisme pertahanan diri

kesehatan mental kehilangan pekerjaan

Sejak diperkenalkan oleh Freud, teori mekanisme pertahanan diri sudah semakin berkembang.

Berikut ini adalah macam-macam contoh mekanisme pertahanan diri yang salah satunya mungkin Anda miliki.

1. Penyangkalan (denial)

Beberapa orang sering kali memilih untuk menyangkal alih-alih menerima suatu kondisi ketika merasa tidak mampu menghadapinya.

Dibandingkan mekanisme pertahanan lainnya, penyangkalan merupakan salah satu yang sebaiknya Anda hindari. Pasalnya, bagaimanapun Anda tetap harus menghadapi kenyataan tersebut.

Berikut adalah beberapa contoh dari mekanisme pertahanan diri dengan cara penyangkalan.

  • Pasangan yang menolak kenyataan saat melihat tanda-tanda pasangan selingkuh.
  • Keengganan berhenti merokok karena menganggapnya sebagai pelarian stres.
  • Siswa yang menolak untuk mengakui kekurangannya dalam menghadapi ujian.
  • Menolak hasil pemeriksaan medis dan tetap yakin bahwa dirinya baik-baik saja.

2. Represi

Motivated forgetting atau represi akan mendorong seseorang untuk mengabaikan pikiran, ingatan, atau perasaan yang tidak nyaman dihadapi.

Akan tetapi, ingatan yang ditekan bisa muncul dalam bentuk lain, seperti mimpi.

Salah satu contoh represi yang paling sering ditemukan adalah bagaimana Anda lupa dengan pengalaman buruk di masa kecil.

Inilah salah satu alasan mengapa beberapa orang sering kali tidak mengingat trauma seperti apa yang sudah dilalui di masa lalu.

3. Regresi

Pernahkah Anda melihat tingkah laku seseorang yang tiba-tiba berubah menjadi sosok yang “lebih muda” saat berada dalam kondisi tertentu?

Dalam teori mekanisme pertahanan diri, kondisi tersebut dikenal sebagai kemunduran psikologis sesaat atau regresi.

Salah satu contoh regresi adalah ketika seorang anak kembali menghisap jempol atau mengompol saat dibawa ke rumah sakit.

Sementara itu, orang dewasa bisa terlihat terisak seperti anak kecil ketika ditegur atasan atau usai putus cinta.

4. Proyeksi

Bentuk pertahanan diri selanjutnya adalah proyeksi. Dengan metode ini, alih-alih menerima emosi, Anda justru memberikannya pada orang lain.

Contohnya, saat Anda tidak menyukai orang lain, Anda justru berpikir bahwa merekalah yang tidak menyukai Anda.

Dengan begitu, orang tersebut justru terlihat buruk di mata Anda karena pemikiran sendiri.

Contoh lain dari proyeksi emosi yang paling sering ditemukan adalah bagaimana seseorang justru menuduh pasangannya tidak setia. Padahal, dia sendirilah yang sebenarnya sedang mempertanyakan kesetiaan.

5. Sublimasi

Apakah Anda suka tiba-tiba olahraga ketika stres atau marah? Ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk self-defense mechanism yang disebut dengan sublimasi.

Metode ini membuat Anda mengendalikan amarah atau emosi negatif lainnya dengan cara menyalurkannya ke hal-hal positif.

Laman Simply Psychology menyebutkan bahwa karya seni juga sering kali menjadi bentuk sublimasi pertahanan diri seseorang.

Penting untuk diketahui!

Meski terkesan positif, sublimasi tetap tidak bisa menyelesaikan permasalahan Anda. Ini hanyalah bentuk mekanisme pertahanan diri untuk memberi jeda pada permasalahan Anda.

6. Rasionalisasi

Mencoba merasionalisasikan pikiran, perkataan, atau perbuatan yang Anda tahu sebenarnya salah juga termasuk dalam contoh mekanisme pertahanan diri manusia.

Dengan begitu, Anda bisa merasa nyaman setelah melakukan sesuatu meskipun tahu bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya benar.

Salah satu bentuk rasionalisasi adalah ketika Anda beralasan bahwa rumah Anda jauh dari kantor dan selalu terjebak macet ketika ditegur atas keterlambatan.

Padahal, Anda sebenarnya tahu bahwa Anda bisa berangkat lebih pagi untuk menghindari hal tersebut.

7. Pengalihan (displacement)

Berkebalikan dengan sublimasi yang membuat Anda menuangkan emosi ke hal-hal positif, pengalihan justru mendorong Anda mencari objek yang bisa menjadi sasaran luapan emosi negatif.

Contoh pengalihan yang paling sering ditemukan adalah bagaimana seseorang justru meluapkan emosi pada orang yang tidak bersalah.

Ketika memiliki masalah di kantor, bisa saja Anda justru mengalihkan emosi dengan membentak pasangan di rumah.

8. Introyeksi

Identifikasi atau introyeksi adalah bentuk mekanisme defensif ketika seseorang mengambil pendapat orang lain tanpa mempertimbangkan apakah pandangan tersebut sesuai dengan kondisi mereka.

Contohnya, ketika Anda gagal dalam suatu perlombaan dan ada seseorang yang berkata bahwa Anda tidak cukup berbakat.

Maka, alih-alih belajar dari kegagalan, Anda justru memilih untuk mempercayai perkataan tersebut dan tidak lagi melanjutkan bakat yang Anda miliki.

Contoh lain yang banyak ditemukan adalah bagaimana seorang remaja meniru musisi atau olahragawan favoritnya dalam membangun identitas diri.

9. Formasi reaksi

Bentuk mekanisme pertahanan diri selanjutnya adalah bagaimana seseorang memilih untuk menunjukkan perilaku atau sikap yang berlawanan dengan perasaan yang sebenarnya.

Tindakan ini disebut dengan formasi reaksi. Contoh formasi reaksi adalah bagaimana Anda tetap bisa berperilaku baik pada seseorang yang sebenarnya Anda benci.

Selain itu, Anda mungkin berperilaku seperti orang dengan kepercayaan diri tinggi dalam kondisi yang sebenarnya membuat Anda rendah diri.

10. Penghindaran

Pasangan sedang marah-marah

Bagi Anda yang tidak suka konflik, penghindaran sering kali menjadi pilihan terbaik untuk melindungi perasaan sendiri.

Pada mekanisme penghindaran, seseorang memilih untuk menghindari kondisi yang tidak menyenangkan.

Seseorang dengan tipe self-defense mechanism ini akan memilih untuk menjaga jarak atau tidak membicarakan situasi yang membuatnya merasa tidak nyaman.

11. Identifikasi dengan agresor

Mekanisme pertahanan dengan identifikasi agresor berarti bahwa seseorang mengadopsi atau meniru perilaku agresif dari orang atau kelompok yang dianggap lebih kuat.

Contohnya adalah ketika seorang anak meniru perilaku perundung supaya tidak menjadi korban.

Cara ini mungkin memang mengatasi ketakutan. Namun, identifikasi agresor bisa membuat seseorang kehilangan jati diri karena memilih untuk meniru orang lain.

12. Kompartementalisasi

Mekanisme pertahanan diri dengan kompartementalisasi membuat seseorang mampu “mengkotak-kotakkan” perasaannya sehingga tidak saling berbenturan.

Contohnya, ketika Anda memiliki masalah rumah tangga, Anda tetap bisa bersikap profesional di dalam pekerjaan dan sebaliknya.

Dengan cara ini, seseorang bisa menjaga supaya tekanan dari satu aspek kehidupan tidak mengganggu aspek lainnya.

Meski kompartementalisasi bisa membuat Anda mengendalikan berbagai aspek kehidupan, terlalu banyak “mengkotak-kotakan” juga bisa mendorong Anda kesulitan memahami diri secara utuh.

Mekanisme pertahanan diri memang terbentuk secara alamiah sebagai upaya untuk menjaga kesehatan mental. Namun, jika digunakan secara berlebihan, self-defense mechanism juga bisa menimbulkan masalah.

Apabila Anda merasa kesulitan ketika menghadapi kejadian yang tidak diinginkan, jangan takut untuk meminta bantuan orang sekitar atau pergi ke psikolog.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Defense mechanisms in psychology explained (+ examples). (2023, June 15). Simply Psychology. Retrieved 12 November 2023 from https://www.simplypsychology.org/defense-mechanisms.html.

Why being able to compartmentalize is a key ingredient for risk-taking. (2014, January 14). Knowledge at Wharton. Retrieved 12 November 2023 from https://knowledge.wharton.upenn.edu/article/able-compartmentalize-key-ingredient-risk-taking/.

Bailey, R., Pico, J. (2023). Defense mechanisms. StatPearls Publishing. Retrieved 12 November 2023 from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559106/.

Lokko, H., Stern, T. (2015). Regression: diagnosis, evaluation, and management. The primary care companion for CNS disorders. Retrieved 12 November 2023 from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4578899/.

Versi Terbaru

16/11/2023

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Bullying Antar Saudara Kandung di Rumah Tingkatkan Risiko Gangguan Psikotik Saat Dewasa

Bach Flower Remedies untuk Atasi Masalah Emosional, Benarkah Efektif?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 16/11/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan