Dalam kehidupan bermasyarakat, ODGJ atau kepanjangan dari orang dengan gangguan jiwa sering mendapatkan diskriminasi dan stigma negatif. Hal ini tentu disayangkan, mengingat ODGJ butuh penanganan yang tepat untuk menghadapi kondisi yang dialaminya.
Apa itu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)?
Orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ adalah orang mengalami masalah pada kejiwaannya sehingga memengaruhi cara berpikir, berperilaku, dan emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi tersebut menyebabkan ODGJ kesulitan dalam menjalani hidup dengan normal, terutama dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Banyak masyarakat yang memperlakukan ODGJ dengan kurang tepat. Tidak sedikit juga yang melabeli mereka dengan panggilan “orang gila”.
Di samping itu, gangguan jiwa ini juga sering dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis sehingga penanganannya cenderung tidak tepat.
Perlakuan dan penanganan yang tidak tepat ini justru dapat berakibat buruk bagi kondisi ODGJ, bahkan memperparah penyakit yang dialaminya.
Padahal, penanganan yang benar dan dukungan dari orang-orang sekitar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Berbagai gangguan yang sering dialami ODGJ
Berikut adalah beberapa jenis gangguan mental yang bisa diidap orang dengan gangguan jiwa.
1. Gangguan kecemasan
Rasa cemas akan menghilang setelah faktor pemicu atau kejadiannya usai. Akan tetapi, ODGJ dengan gangguan kecemasan akan mengalami rasa cemas secara intens dan terus-menerus.
Gangguan kecemasan membuat pengidapnya sulit mengendalikan rasa cemas. Bahkan, emosi ini bisa muncul walaupun tidak ada pemicunya sama sekali.
Rasa cemas yang dialami ODGJ biasanya diikuti dengan gejala fisik, meliputi jantung berdebar, berkeringat, pusing, merasa seperti akan pingsan, dan kesulitan fokus.
Gangguan kecemasan atau anxiety disorder terbagi ke dalam beberapa jenis, yakni gangguan kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum, fobia, dan serangan panik.
2. Post-traumatic stress disorder (PTSD)
Seseorang yang pernah melewati atau menyaksikan kejadian buruk, contohnya bencana alam, kecelakaan, atau pelecehan seksual, bisa mengalami guncangan pada kejiwaannya.
Gangguan ini disebut post-traumatic stress disorder atau PTSD. PTSD menyebabkan trauma berkepanjangan yang diikuti dengan gejala fisik ketika pasien dihadapkan dengan pemicu traumanya.
Tidak jarang, pengidap PTSD mengalami kilas balik atau flashback terhadap peristiwa traumatis yang dialaminya di masa lalu.
Saat memori tersebut muncul, mereka akan merasakan kesedihan, ketakutan, atau rasa asing dari orang-orang lain di sekitarnya.
3. Depresi
Depresi adalah masalah mental yang paling banyak ditemukan pada ODGJ. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 280 juta orang di dunia mengalami depresi.
Kondisi ini cenderung sulit dideteksi karena banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami masalah mental ini.
Bahkan, kerap kali depresi dianggap remeh sehingga justru memperparah kondisi pengidapnya.
Gangguan mental ini ditandai dengan rasa kesedihan mendalam, hilangnya minat akan hal-hal yang disukai, dan perasaan putus asa setidaknya selama dua minggu berturut-turut.
Selain itu, depresi berpotensi menimbulkan pikiran atau kecenderungan untuk bunuh diri.
4. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Masalah mental lainnya yang umum ditemukan pada ODGJ adalah gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD).
Pengidap gangguan mental ini akan menunjukkan pola pikir obsesif dan mengacu pada perilaku yang berulang-ulang atau repetitif.
Jika pikiran obsesif tersebut diredam dan tidak dihiraukan, pengidapnya akan mengalami rasa cemas dan stres berlebihan.
Itu alasannya pengidap OCD harus melakukan tindakan tersebut secara terus-menerus untuk mengurangi kecemasan dan stres yang dialaminya.
Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku dan pikiran obsesif yang dialami pengidap OCD.
- Selalu merasa takut terkena kuman atau debu sehingga harus cuci tangan berulang kali.
- Merasa ragu dan khawatir berlebihan apakah sudah mematikan kompor atau mengunci pintu rumah.
- Merasa stres saat melihat suatu benda tidak tertata rapi.
- Membayangkan ingin menabrakkan mobil ke kerumunan orang.
- Memiliki bayangan atau fantasi seks yang tidak wajar dan sulit dikendalikan.
5. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar juga termasuk masalah mental yang bisa dialami ODGJ. Bipolar menyebabkan pengidapnya mengalami perubahan suasana hati yang sangat cepat.
Ada dua jenis suasana hati yang dimiliki oleh pengidap bipolar, yakni fase mania dan depresi.
Ketika memasuki fase mania, pengidap gangguan bipolar bisa memiliki antusiasme yang tinggi, semangat yang menggebu-gebu, merasa terlampau bahagia, dan tidak bisa diam.
Namun, ketika mereka memasuki fase depresi, gejala-gejala depresi akan muncul. Perubahan suasana hati tersebut bisa memakan waktu beberapa jam, minggu, atau bulan.
6. Skizofrenia
Skizofrenia adalah masalah kejiwaan yang sangat serius yang bisa memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku pengidapnya.
ODGJ dengan skizofrenia sering kali mengalami gejala delusi, halusinasi, perilaku tidak biasa, serta kecemasan atau ketakutan yang berlebihan.
Ketika mengalami halusinasi, pengidap skizofrenia dapat merasakan, melihat, atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
Jika dibiarkan, penyakit ini bisa menghambat penderitanya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjalani kehidupan normal.
7. Gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian juga termasuk dalam masalah kejiwaan yang bisa dialami oleh ODGJ.
Apabila seseorang memiliki cara berpikir dan berperilaku yang tidak lazim serta menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa digolongkan sebagai gangguan kepribadian.
Ada 10 jenis gangguan kepribadian yang sejauh ini diketahui, termasuk gangguan kepribadian antisosial, borderline personality disorder, dan gangguan kepribadian narsistik.
Bahkan, beberapa orang bisa memiliki lebih dari satu gangguan kepribadian dalam satu waktu.
Cara yang tepat untuk menangani ODGJ
Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki gangguan jiwa atau tidak, dibutuhkan pemeriksaan kejiwaan yang hanya boleh dilakukan oleh psikiater.
Diagnosis dari psikiater akan menentukan jenis gangguan jiwa yang dialami serta pengobatan yang sesuai.
Umumnya, orang dengan gangguan jiwa akan ditangani dengan beberapa metode berikut ini.
1. Obat-obatan medis
Obat yang diresepkan untuk ODGJ akan bergantung pada jenis penyakit jiwa yang diidapnya.
Gangguan yang terkait dengan suasana hati, misalnya depresi atau gangguan bipolar, dapat ditangani dengan obat antidepresan.
Ada beberapa jenis obat yang hanya perlu dikonsumsi dalam rentang waktu yang ditentukan. Namun, ada pula obat-obatan yang mungkin harus digunakan seumur hidup.
2. Psikoterapi
Selain obat-obatan medis, ODGJ juga dapat menjalani psikoterapi atau terapi psikologis yang dilakukan bersama psikolog dan psikiater.
Tujuan terapi ini ialah mengatasi masalah psikologis dan emosional yang dialami pasien.
Psikoterapi membantu pasien mengenali kondisi yang dialaminya secara mendalam. Terapi ini juga membimbing mereka untuk menghadapi pikirannya dengan cara yang tepat.
Jika anggota keluarga atau orang-orang terdekat Anda mengalami tanda-tanda ODGJ, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikiater.
Lakukan perubahan dari diri sendiri dengan tidak mendiskriminasi atau menjauhi orang-orang dengan masalah mental ini.
Berikan dukungan supaya ODGJ mengetahui bahwa mereka tidak sendirian menghadapi kondisinya.
Kesimpulan
- ODGJ atau orang dengan gangguan jiwa sering menghadapi diskriminasi dan stigma negatif yang menghambat mereka dalam menerima penanganan yang tepat.
- Beberapa masalah mental yang biasanya dialami ODGJ yakni gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan skizofrenia.
- Penanganan dengan obat-obatan dan psikoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup ODGJ sehingga mereka bisa kembali mengambil peran dalam kehidupan bermasyarakat.