backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Intubasi Endotrakeal untuk Bantuan Pernapasan dan Risikonya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Mengenal Intubasi Endotrakeal untuk Bantuan Pernapasan dan Risikonya

    Tahukah Anda apa itu intubasi? Intubasi adalah prosedur medis darurat yang bertujuan memberikan bantuan pernapasan pada pasien yang mengalami kesulitan bernapas, tidak sadarkan diri, atau koma. Prosedur ini merupakan teknik pemberian napas buatan melalui alat berupa tabung yang dipasangkan pada trakea melalui mulut dan hidung.

    Metode intubasi dapat menjadi pertolongan pertama yang efektif dalam menyelamatkan nyawa pasien pada situasi darurat. Namun, prosedur ini juga memiliki beberapa risiko yang penting diketahui.

    Tujuan melakukan prosedur intubasi

    Pertolongan pertama pada orang pingsan

    Prosedur intubasi umumnya dilakukan pada pasien yang tidak bisa bernapas dengan lancar, mengalami henti napas, atau kondisi penyebab gagal napas.

    Intubasi dapat menjaga saluran napas tetap terbuka dan memberikan suplai oksigen yang cukup untuk dialirkan pada organ-organ vital di dalam tubuh.

    Pasien yang mendapatkan tindakan intubasi bisa dalam keadaan cedera akibat kecelakaan lalu lintas, sakit, atau dalam pengaruh anestesi (obat bius) selama operasi sehingga tidak dapat bernapas tanpa alat bantu napas.

    Intubasi paling sering dilakukan pada pasien yang berada di instalasi gawat darurat atau di ICU.

    Menurut studi dari American Journal of Respiratory, berikut ini adalah hal-hal yang dapat menjadi indikasi perlu dilakukannya prosedur intubasi.

    • Membuka saluran pernapasan agar dokter dapat memasukan obat-obatan, pasokan oksigen tambahan, dan anestesi ke dalam tubuh.
    • Melancarkan pernapasan karena berbagai penyakit yang menghambat saluran napas misalnya pneumonia, emboli paru, PPOK, syok anafilaksis, dan gagal jantung.
    • Memasang alat bantu pernapasan seperti ventilator untuk membantu Anda bernapas.
    • Menyalurkan obat untuk melancarkan pernapasan.
    • Membantu Anda bernapas ketika mengalami cedera kepala sehingga tubuh tidak mampu bernapas dengan sendirinya.
    • Membuka saluran napas selama menjalani operasi atau pengobatan dari cedera atau sakit parah yang mengharuskan Anda untuk dibius dalam waktu lama.

    Akan tetapi, beberapa kondisi seperti cedera parah pada mulut, leher, kepala, dan dada bisa tidak memungkinkan seseorang mendapatkan bantuan pernapasan dari intubasi.

    Prosedur intubasi endotrakeal

    Tabung intubasi

    Prosedur intubasi atau yang secara medis dikenal dengan intubasi endotrakeal, melibatkan pemasangan tabung plastik ke dalam batang tenggorokan atau trakea.

    Pemasangan tabung endotrakeal pada trakea bisa langsung mengalirkan oksigen ke dalam paru-paru karena trakea terletak tepat di atas percabangan paru-paru.

    Dokter atau petugas medis dapat memasukan tabung melalui mulut atau hidung, tetapi dalam situasi darurat lebih sering dimasukkan melalui mulut.

    Saat memasang tabung, dokter juga menempatkan alat laringoskop sehingga bisa melihat bagian dalam tenggorokan. Setelah terpasang, tabung bisa dihubungkan pada ventilator.

    Melansir U.S National Library of Medicine, berikut ini adalah tahapan pemberian bantuan pernapasan melalui prosedur intubasi.

    1. Intubasi perlu dilakukan dengan memberikan anestesi (obat bius) terlebih dulu, baik pada pasien yang dalam keadaan sadar maupun tidak sadarkan diri.
    2. Dokter akan meminta pasien berbaring untuk memasukan alat laringoskop guna membuka saluran napas dan melihat letak pita suara dan trakea. Ini bertujuan agar dokter bisa menempatkan tabung intubasi dengan tepat.
    3. Setelah saluran pernapasan terbuka, dokter akan memasukan tabung endotrakeal dari mulut ke batang tenggorokan.
    4. Apabila pernapasan terganggu selama proses intubasi, dokter akan memasukan alat bantu napas melalui hidung yang mengarah ke saluran napas.
    5. Dokter akan menghubungkan tabung endotrakeal dengan ventilator yang dapat memompa oksigen masuk ke paru-paru secara otomatis.
    6.  Setelah semua alat terhubung, dokter akan mengecek kerja alat dengan mengamati pergerakan napas dan bunyi napas menggunakan stetoskop.
    7. Dokter juga akan mengevaluasi proses bantuan pernapasan dari intubasi melalui pemeriksaan rontgen dada dan alat pengukur kadar karbon dioksida.

    Mengenal Resusitasi, Pertolongan Pertama pada Bayi Baru Lahir yang Sulit Bernapas

    Risiko yang dialami pasien

    pasien DBD harus rawat inap

    Meskipun intubasi dapat menolong pasien dalam keadaan darurat, pemasangan tabung pada batang tenggorokan tentunya bisa membuat pasien merasa tidak nyaman.

    Selama intubasi, pasien bisa mengalami sakit tenggorokan dan kesulitan menelan sehingga suplai makanan harus dimasukan melalui selang khusus.

    Untuk itu, pasien diberikan anestesi atau obat-obatan untuk melemaskan otot sehingga bisa mengurangi rasa sakit.

    Namun, prosedur intubasi endotrakeal juga memiliki risiko lain.

    Pasien yang mendapatkan bantuan pernapasan dari tabung dan ventilator dalam jangka waktu lama berisiko mengalami gangguan seperti di bawah ini.

  • Trauma, perdarahan, atau cedera pada mulut, gigi, lidah, pita suara, dan batang tenggorokan.
  • Pengikisan atau robeknya jaringan di saluran napas dan paru-paru.
  • Penumpukan cairan tenggorokan dan air liur yang menghambat kerja jaringan pernapasan.
  • Terjadi kesalahan dalam prosedur intubasi, seperti memasang tabung pada kerongkongan sehingga oksigen tidak mengalir ke paru-paru.
  • Gangguan di saluran pernapasan seperti sakit tenggorokan, suara serak, dan aspirasi paru.
  • Pasien tidak dapat bernapas normal dengan sendirinya karena ketergantungan alat bantu pernapasan.
  • Prosedur intubasi melibatkan penggunaan anestesi sehingga mungkin menimbulkan reaksi atau gejala tertentu bagi pasien yang memiliki alergi obat bius.

    Meskipun demikian, kemungkinan terjadinya komplikasi akibat intubasi sebenarnya cukup rendah.

    Jika memang terjadi komplikasi, Anda tetap bisa menjalani proses pemulihan sehingga bisa kembali beraktivitas dengan normal pasca-intubasi.

    Oleh karena itu, berkonsultasilah lebih lanjut dengan dokter untuk mengetahui manfaat dan peluang risiko dari intubasi terhadap kondisi tubuh Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan