backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Perbedaan Protein Hewani dan Nabati yang Perlu Diketahui

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 07/03/2023

    Perbedaan Protein Hewani dan Nabati yang Perlu Diketahui

    Protein adalah salah satu zat gizi makro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Anda bisa mendapatkan protein dari daging-dagingan atau biji-bijian. Meski sama-sama protein, ada perbedaan antara protein hewani dan nabati. Mana yang lebih kaya gizi?

    Perbedaan protein hewani dan nabati

    Berikut perbedaan yang bisa Anda temukan pada protein nabati dan hewani.

    1. Punya kandungan asam amino yang berbeda

    Asam amino adalah struktur terkecil dari protein yang nantinya akan diserap dalam tubuh. Pada dasarnya, terdapat 20 jenis asam amino yang diperlukan tubuh, termasuk asam amino esensial dan non-esensial.

    Asam amino esensial tidak diproduksi sendiri oleh tubuh sehingga bergantung dari asupan harian. Namun, asam amino non-esensial ini dapat diproduksi sendiri oleh tubuh.

    Nah, sumber protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap daripada sumber protein nabati.

    Sumber protein nabati yang memiliki kelengkapan asam amino esensial seperti sumber hewani adalah kacang kedelai. Meski lengkap, jumlah asam amino esensial pada kedelai tidak sebanyak sumber hewani.

    Ringkasan

    Protein hewani punya susunan asam amino yang lengkap, baik esensial atau non-esensial.

    2. Sumber protein hewani punya lebih banyak vitamin dan mineral

    makanan penunda menopause

    Perbedaan protein lain dari hewani dan nabati adalah pada kandungan gizi mikronya. Zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral.

    Nah, protein hewani memiliki ragam gizi mikro yang lebih banyak daripada protein nabati. Berikut zat gizinya.

    • Vitamin B12 pada ikan, daging, unggas dan produk susu. Orang yang tidak mengonsumsi makanan hewani biasanya cenderung kekurangan zat gizi ini.
    • Vitamin D pada ikan berlemak, telur, dan produk susu. Jamur juga mengandung vitamin D, tetapi tidak mudah diserap layaknya vitamin pada sumber hewani. 
    • DHA (Docosahexaenoic acid): jenis asam lemak omega-3 pada ikan berlemak. DHA dari tumbuhan hanya ada pada alga.
    • Zat besi jenis heme: sebagian besar ditemukannya pada daging kambing atau daging merah lainnya. Jenis zat besi ini lebih mudah diserap daripada zat besi nonheme yang ada pada sayur, seperti bayam.
    • Zink: mineral ini biasanya ditemukan pada makanan laut dan daging merah.

    3. Sumber protein nabati tidak mengandung kolesterol dan asam lemak jenuh

    Perbedaan sumber protein hewani dan nabati ada pada kandungan lemaknya.

    Kebanyakan sumber dari protein hewani mengandung kolesterol dan asam lemak jenuh, terutama pada daging merah. Inilah yang sangat bertolak belakang dengan sumber protein nabati.

    Makanan protein nabati tidak mengandung kolesterol maupun asam lemak jenuh. Mengonsumsi sumber protein nabati justru dapat membantu menurunkan kadar kolesterol darah.

    Tingginya kolesterol dalam protein hewani dapat menimbulkan risiko terjadinya penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal jantung.

    Tak hanya itu, risiko penyakit kronis seperti kanker dan diabetes mellitus tipe 2 pun ikut meningkat. 

    4. Protein nabati bantu menurunkan berat badan

    cara memenuhi kebutuhan protein harian

    Protein nabati ternyata lebih baik dalam menjaga berat badan. 

    Penelitian dalam JAMA Internal Medicine (2016) menunjukan  kelompok orang yang mengonsumsi protein nabati memiliki berat badan yang lebih rendah daripada sekelompok orang yang mengonsumsi protein hewani.

    Makanan protein nabati dapat membantu mengontrol berat badan.

    Hal ini disebabkan asupan tinggi protein dari sumber nabati bisa menimbulkan rasa kenyang lebih cepat dan lebih tahan lama.

    Jadi, efek ini sangat baik untuk mengatur jumlah makanan yang dimakan dan mencegah kenaikan berat badan.

    Meski memiliki keunggulan dan kekurangan, Anda tetap harus mengonsumsi keduanya dalam jumlah yang dianjurkan. Jangan sampai berlebihan ataupun kurang. 

    Jika bingung membagi porsi makanan sumber protein hewani dengan protein nabati, Anda bisa berkonsultasi dengan ahli gizi.

    Jadi, mana jenis protein yang lebih baik?

    Melihat perbedaan protein nabati dan hewani, sebenarnya kedua jenis protein ini sama-sama baik dan diperlukan untuk tubuh.

    Namun, sumber protein hewani juga tinggi lemak jenuh sehingga meningkatkan risiko kolesterol tinggi, hipertensi, atau penyakit jantung jika dikonsumsi terlalu banyak. 

    Sumber protein nabati mungkin dianggap lebih menyehatkan untuk orang yang menjalani pola makan vegetarian atau vegan.

    Anda yang perlu mengurangi asupan daging juga bisa beralih mengonsumsi sumber protein nabati, seperti tempe atau tahu.

    Terlepas dari jenis proteinnya, tetap konsumsi dalam jumlah wajar dan variasikan dengan menu makanan bernutrisi yang mengandung karbohidrat, vitamin, dan mineral.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 07/03/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan