backup og meta
Kategori

3

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Azoospermia (Sperma Kosong)

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 08/09/2022

Azoospermia (Sperma Kosong)

Azoospermia termasuk masalah infertilitas yang bisa terjadi pada pria. Kondisi ini mungkin tidak disadari sampai Anda dan pasangan tak kunjung dikaruniai anak meski sudah berhubungan seks secara teratur. Berikut penjelasan lengkapnya mengenai azoospermia.

Apa itu azoospermia?

pengertian azoospermia

Azoospermia adalah sebuah kondisi ketika air mani yang dikeluarkan sangat sedikit mengandung sperma atau bahkan tidak ada sama sekali. Kondisi ini disebut juga dengan sperma kosong.

Kondisi ini bisa terjadi sekitar 1% dari semua pria di dunia dan 15% pada pria yang tidak subur.

Jika dilihat secara umum, sistem reproduksi pria terdiri dari testis, prostat, penis, skrotum (buah zakar), epididimis, vas deferens, dan uretra (saluran kencing).

Sperma sendiri diproduksi di bagian tubulus seminiferus di dalam testis pria. Proses pembentukan sel sperma di dalam testis dinamakan spermatogenesis.

Jika Anda belum hamil juga walaupun terus berusaha setelah tahunan, bisa jadi kondisi ini menjadi penyebabnya.

Umumnya ciri-ciri azoospermia tidak bisa dilihat secara langsung. Kondisi ini hanya bisa dilihat jika Anda melakukan tes analisis sperma.

Apa saja penyebab azoospermia?

Penyebab terjadinya sperma kosong pada pria tidak bisa disamaratakan. Maka dari itu, akan terbagi dua jenis penyebab yang perlu Anda ketahui yakni berikut ini.

1. Azoospermia obtruktif

Jenis azoospermia yang satu ini disebabkan karena adanya penyumbatan di sepanjang sistem genital atau sistem reproduksi.

Testis mampu memproduksi sperma, tetapi terhalang sehingga tidak ada di dalam air mani.

2. Azoospermia nonobstruktif

Penyebab terjadinya azoospermia yang satu ini adalah karena adanya masalah dalam produksi sperma. Kemungkinan terburuknya, tubuh tidak bisa mempoduksi sperma. Hal ini karena gangguan hormon atau fungsi testis yang tidak sempurna.

Kurang atau sangat minimnya sperma saat ejakulasi dapat disebabkan oleh penyumbatan sistem genital. Padahal, produksi sperma sepenuhnya normal.

Faktor lain yang bisa menjadi penyebab

  • Sedang menjalani pengobatan kanker
  • Sedang minum obat-obatan tertentu
  • Mengalami pembengkakan skrotum atau varikokel
  • Hormon yang tidak seimbang
  • Faktor keturunan

Jenis-jenis azoospermia

Berdasarkan penyebabnya, kondisi kurangnya jumlah sperma pada air mani terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Azoospermia pretesticuler

Kondisi ini juga disebut sebagai azoospermia obstruktif. Terjadi ketika sesorang pria mengalami gangguan hormon seks sehingga memengaruhi produksi sperma di testis.

Ada beberapa hal yang bisa menyebab kondisi ini. Berikut beberapa di antaranya.

Kallman sindrom

Kallman sindrom yaitu kelainan genetik bawaan pada kromosom X. Kondisi ini ditandai dengan rendahnya kadar hormon gonadotropin (GnRH) dan menurunnya fungsi indra penciuman.

GnRH sendiri bertugas untuk merangsang kelejar hipofisis untuk mengeluarkan hormon yang merangsang pembuatan sperma.

Gangguan hipotalamus atau kelenjar pituitari di otak

Kondisi ini disebabkan akibat paparan radiasi atau obat-obatan tertentu, terutama yang digunakan dalam pengobatan kemoterapi.

Tak hanya itu, pengaruh alkohol, rokok, dan narkotika juga bisa memicu terjadinya gangguan hipotalamus di otak.

2. Azoospermia testiculer

Kondisi ini juga disebut sebagai azoospermia nonobstruktif, ketika pria mengalami kerusakan pada struktur atau fungsi testinya.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini. Beberapa di antaranya seperti:

  • Infeksi di saluran reproduksi. Pria yang memiliki riwayat penyakit epididimitis dan uretritis lebih mungkin untuk mengalami kondisi ini.
  • Orchitis. Peradangan yang terjadi pada salah satu satu atau kedua testis dalam skrotum.
  • Cedera. Mengalami cedera di bagian selangkangan atau bahkan alat kemaluan karena kecelakaan atau benturan keras.
  • Anorchia. Dikenal dengan sebutan ‘sindrom testis hilang’, ketika testis tidak muncul atau hilang setelah tahap kritis pembentukan organ seks.
  • Kriptorkismus. Kondisi ini terjadi ketika testis bayi laki-laki pada trimester ketiga tidak turun ke dalam skrotum saat lahir.
  • Sindrom Klinefelter. Kelainan bawaan yang menyebabkan seorang pria memiliki kelebihan kromosom X dan muncuk karakteristik wanita.
  • Riwayat penyakit tertentu. Beberapa penyakit seperti diabetes, sirosis, atau gagal ginjal bisa meningkatkan risiko pria mengalami kondisi ini.

3. Post-testicular azoospermia

Kondisi ini terjadi ketika sperma yang dihasilkan di testis justru tidak bisa dikeluarkan dari penis. Dalam banyak kasus, penyebab inilah yang paling sering dialami pria dengan azoospermia.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya kondisi ini. Beberapa di antaranya seperti:

  • Ejakulasi retrograde. Air mani dengan kondisi ini justru tidak keluar lewat lubang penis, melainkan berbalik ke atas hingga masuk dalam kandung kemih.
  • Azoospermia obstruktif. Kondisi ini terjadi ketika tabung yang membawa sperma dari testis ke penis mengalami penyumbatan.

Diagnosis azoospermia

Dokter tidak bisa memberikan diagnosis secara langsung seperti hanya mendengarkan apa saja keluhan dari Anda. Maka dari itu, perlu dilakukan pengujian di laboratorium khusus.

Hal pertama yang dilakukan adalah dokter akan meminta Anda untuk memberikan sampel hasil ejakulasi atau air mani. Setelah itu, tes akan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan mikroskop bertenaga tinggi.

Apabila hasilnya tidak menunjukkan adanya sperma di dalamnya, maka Anda akan didiagnosis mengalami azoospermia.

Perlu diketahui apabila terdapat sperma dalam air mani, maka pada mikroskop akan terlihat sperma terpisah dengan air di sekitarnya.

Pengobatan azoospermia

Jangan langsung berkecil hati ketika dokter memberi tahu kalau Anda mengalami kondisi ini. Dengan perawatan dan pengobatan yang tepat,  pria dengan azoospermia tetap memiliki peluang untuk memiliki keturunan.

Berikut beberapa jenis pengobatan untuk pria dengan azoospermia.

Pengobatan untuk azoospermia obstruktif

Pembedahan atau operasi seringkali dapat memperbaiki saluran reproduksi yang tersumbat.

Cara mengobati azoospermia yang satu ini juga dapat dilakukan untuk membuat sambungan yng tidak pernah berkembang karena adanya cacat bawaan.

Semakin cepat penyumbatan tersebut ditangani, maka besar kemungkinan operasi akan berhasil.

Jika operasi berhasil, peluang Anda untuk program hamil serta memiliki momongan juga besar.

Berikut beberapa jenis operasi atau pembedahan yang bisa dilakukan.

  • Vasectomy reversal atau pembalikan vasektomi untuk menghubungkan kembali saluran sperma sehingga bisa terjadi ejakulasi.
  • MicroTESE adalah prosedur mengekstraksi sperma pada jaringan testis dengan sayatan kecil.
  • TURED, adalah pembedahan kecil yang dilakukan dengan kamera untuk menghilangkan penyumbatan.
  • Sunat.
  • Mengobati bekas luka akibat infeksi menular seksual dengan endoskopi.

Pengobatan untuk azoospermia nonobstruktif

Hal yang pertama dilakukan sebagai cara mengobati azoospermia nonobstruktif adalah menganalisis air mani serta bagaimana hormon melalui aliran darah.

Bicarakan kondisi spesifik dengan dokter sehingga akan diberikan rekomendasi pengobatan. Apabila tidak terlalu serius, sebagian orang hanya perlu melakukan perubahan gaya hidup, minum obat, serta melakukan detoksifikasi.

Diperlukan waktu sekitar 2 hingga 3 bulan untuk melihat apakah akan terdapat sperma di dalam air mani Anda.

Pengobatan hormon

Pengobatan untuk azoospermia ini disesuaikan dengan tingkat hormon yang dibutuhkan.

Hal ini memungkinkan agar sperma dapat kembali diproduksi oleh tubuh. Beberapa jenis hormon yang diperlukan adalah:

Varikokelektomi

Beberapa pria ada kemungkinan mengalami kondisi varikokel. Yaitu, pembuluh daah yang membesar juga bengkak pada skrotum sehingga menghambat produksi sperma.

Maka dari itu, diperlukan tindakan varikokelektomi miskroskopis untuk mengidentifikasi juga mengikat vena yang bermasalah.

Keberhasilan tindakan ini mencapai 40% untuk mengembalikan produksi sperma.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 08/09/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan