Sebelum dimasukkan ke dalam rahim, sperma akan menjalani proses kapasitasi untuk mempersiapkan sperma supaya dapat membuahi telur dengan baik.
Inseminasi buatan dilakukan ketika sang wanita memasuki masa subur, yaitu saat indung telur menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Dengan begitu, sperma tidak perlu berenang atau bergerak terlalu jauh untuk mencapai sel telur tersebut.
Selain itu, tindakan ini tidak bisa dilakukan bila jumlah sel sperma sangat sedikit. Oleh karena itu, tidak semua kelainan pada sperma cocok untuk melakukan inseminasi buatan. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan ini hanya sebesar 10 sampai 15 persen, cenderung lebih kecil daripada tingkat keberhasilan bayi tabung.
3. Bayi tabung

Bayi tabung alias in vitro fertilization (IVF) merupakan suatu pilihan bagi para pasutri agar bisa hamil.
Berbeda dengan inseminasi buatan, IVF dilakukan dengan cara menggabungkan sel telur dan sperma di luar tubuh. Jadi, ketika sel telur sudah berhasil dibuahi, barulah hasil pembuahan tersebut dipindahkan ke dalam rahim wanita agar bisa tumbuh menjadi janin.
Jika Anda mengalami masalah jumlah sperma yang sangat sedikit meskipun pergerakannya bagus, maka program bayi tabung menjadi pilihan yang tepat. Program ini juga dapat dilakukan pada pria yang mengalami masalah azoospermia alias tidak ada sperma (sperma kosong).
Tingkat keberhasilan bayi tabung tergantung dari usia calon ibu. Jika program ini dilakukan pada calon ibu yang usianya di bawah 30 tahun, maka tingkat keberhasilannya sekitar 60 persen.
Sedangkan jika dilakukan pada calon ibu yang usianya di atas 40 tahun, maka peluangnya cenderung menurun, hanya sekitar 45 persen. Itulah sebabnya, banyak pasangan yang lebih memilih bayi tabung karena peluang yang cukup besar dan tak menghabiskan waktu yang lama.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar