Saat ini ada banyak alat kontrasepsi yang bisa digunakan untuk menunda kehamilan. Salah satu alat kontrasepsi yang cukup familiar bagi adalah KB IUD. Namun sebenarnya, apa itu IUD dan seberapa efektif alat ini untuk mencegah kehamilan?
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Saat ini ada banyak alat kontrasepsi yang bisa digunakan untuk menunda kehamilan. Salah satu alat kontrasepsi yang cukup familiar bagi adalah KB IUD. Namun sebenarnya, apa itu IUD dan seberapa efektif alat ini untuk mencegah kehamilan?
IUD adalah singkatan dari intrauterine device atau bisa juga disebut sebagai KB spiral. Alat kontrasepsi berbahan plastik ini memiliki bentuk seperti huruf ‘T’ dan dipasang di dalam rahim untuk mencegah bertemunya sperma dan sel telur yang menyebabkan kehamilan.
KB IUD ini terbagi dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.
Meski sama-sama KB IUD, tetapi kedua jenis KB spiral ini memiliki cara kerja yang berbeda dalam mencegah kehamilan.
Cara kerja KB IUD dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, berikut penjelasn masing-masing jenisnya.
Dikutip dari Kids Health, KB IUD non-hormonal adalah KB spiral berlapis tembaga.
Fungsi KB IUD non-hormonal adalah membantu mencegah kehamilan dengan cara menghalangi sel sperma masuk ke dalam saluran antara rahim dengan indung telur (tuba falopi).
Alat kontrasepsi IUD non-hormonal ini membuat sel sperma tak bisa bertemu sel telur untuk pembuahan. Alhasil, sel telur menjadi lebih sulit untuk dibuahi di dalam rahim.
KB IUD hormonal adalah KB spiral yang memiliki kandungan hormon progesteron sintetis. Penggunaan KB IUD yang satu ini dapat menyebabkan lendir serviks mengental dan membuat sperma kesulitan berenang di dalam rahim.
IUD hormonal juga mampu menipiskan dinding rahim yang seharusnya menebal saat pembuahan terjadi. Hal ini dapat menghentikan terjadinya pelepasan sel telur (ovulasi) dan mencegah sel sperma membuahi sel telur.
Jenis KB spiral ini juga dapat mengurangi aliran darah menstruasi yang sering kali menyebabkan rasa sakit atau lebih sering dikenal dengan sebutan dismenore.
Jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, KB IUD adalah salah satu alat kontrasepsi yang dapat bekerja secara efektif mencegah kehamilan.
Dikutip dari salah satu penelitian dalam jurnal Women’s Health, IUD efektif mencegah kehamilan pada semua kalangan, dengan tingkat kegagalan penggunaan rata-rata sebesar 0,2%
Kedua jenis KB spiral yang telah disebutkan sama-sama efektif digunakan bila Anda tidak ingin hamil untuk sementara waktu.
Bahkan, KB spiral adalah alat kontrasepsi yang bisa langsung mencegah terjadinya kehamilan setelah dipasang di dalam tubuh. Jadi, peluang untuk hamil saat menggunakan jenis KB ini sangat kecil.
Selain itu, KB spiral ini bisa bertahan untuk waktu yang lama. Ambil contoh, KB IUD non-hormonal yang dilapisi tembaga bisa bertahan hingga 10 tahun. Sementara itu, IUD hormonal yang mengandung progestin sintetis dapat bertahan selama 3-5 tahun.
Namun, jenis KB spiral ini tidak bisa mencegah penyebaran penyakit menular seksual. Oleh sebab itu, untuk menghindari penyebarannya, sebaiknya gunakan kondom saat berhubungan seks. Hal ini terutama bagi Anda yang sering berganti-ganti pasangan seksual.
Jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain, misalnya pil KB, KB IUD adalah kontrasepsi yang jauh lebih efektif dan mudah dipakai.
Pasalnya, Anda tidak perlu repot mengingat minum pil KB secara teratur, bergonta-ganti alat, atau membeli obat saat habis.
Kemampuan KB spiral untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama tentu sangat menghemat waktu dan tenaga, khususnya bagi Anda yang merasa kurang telaten minum obat sesuai jadwal setiap hari.
Keunggulan ini adalah salah satu alasan yang membuat IUD menjadi alat pencegah kehamilan yang paling efektif dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya.
Selain itu, kelebihan lainnya saat pakai KB IUD adalah sebagai berikut.
Sama halnya dengan alat kontrasepsi lain, KB IUD juga memiliki efek samping penggunaan. Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan KB IUD.
Ada beberapa masalah yang mungkin Anda alami jika menggunakan KB IUD. Biasanya, masalah ini terjadi karena pemasangan IUD kurang tepat. Berikut beberapa masalah akibat pakai alat kontrasepsi IUD.
Meski tidak selalu terjadi pada setiap wanita yang menggunakannya, KB IUD bisa lepas sendiri secara tak sengaja.
Sayangnya, masih belum diketahui dengan pasti mengapa IUD bisa lepas dengan sendirinya. Namun, IUD yang lepas dengan sendirinya adalah hal yang rentan terjadi saat Anda sedang menstruasi.
Selain itu, terdapat pula kelompok wanita yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini, yaitu sebagai berikut.
Anda bisa memeriksa posisi IUD apakah masih tetap berada di tempatnya dengan merasakan benang IUD (dokter atau perawat bisa menjelaskan pada Anda cara melakukannya).
Segera beri tahu dokter bila Anda mengalami gejala berikut ini:
Jangan tunda juga untuk mengunjungi dokter guna memeriksa posisi IUD kurang lebih 3 bulan setelah IUD dipasang.
Sebenarnya, kondisi ini memiliki kemungkinan yang amat kecil untuk terjadi. Pasalnya, jika pemasangan IUD dilakukan dengan tepat, seharusnya perforasi rahim hampir tidak mungkin terjadi.
Perforasi rahim adalah kondisi saat terdapat lubang pada rahim akibat IUD menembus dinding rahim saat dipasang.
Hal ini mungkin terjadi karena IUD terdorong hingga melalui dinding rahim saat sedang dimasukkan ke dalam.
Penyakit radang panggul karena penggunaan IUD merupakan kondisi lain yang juga mungkin terjadi.
Hal ini bisa saja terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam rahim saat IUD dipasang.
Namun, kebanyakan infeksi terjadi dalam kurun waktu 20 hari pertama setelah pemasangan IUD.
KB IUD memang adalah alat kontrasepsi yang tergolong paling efektif. Sayangnya, KB spiral ini tidak bisa melindungi Anda dari penyakit menular seksual.
Jadi, jika Anda ingin terhindar dari penyakit menular seksual, sebaiknya gunakan kondom saat berhubungan intim.
IUD adalah pilihan alat kontrasepsi yang baik sekaligus efektif untuk wanita. Namun sayang, tidak semua wanita boleh menggunakan KB spiral ini.
Wanita yang tidak disarankan menggunakan IUD sebagai metode pencegahan kehamilan adalah sebagai berikut.
Jenis IUD dengan kandungan dosis progesteron yang rendah mungkin bisa menjadi pilihan yang bila belum pernah melahirkan.
Sebelum dokter memasang IUD, Anda akan dipastikan dulu tidak memiliki penyakit menular seksual. Jika Anda sudah dipastikan tidak mengidap penyakit menular seksual apa pun, jenis KB ini baru boleh dipasang.
Jenis KB spiral ini harus dipasang oleh dokter atau ahli medis profesional. Prosedur pemasangan IUD paling mudah dilakukan saat periode menstruasi. Namun, IUD sebenarnya dapat dipasang kapan pun selama tidak sedang hamil.
Selain itu, Anda juga perlu memerhatikan waktu pelepasan IUD, baik IUD hormonal maupun non-hormonal. Waktu yang tepat untuk melepas IUD berlapis tembaga atau IUD hormonal adalah 10 tahun, sedangkan waktu yang tepat untuk melepas IUD non-hormonal berkisar dari 3-5 tahun.
Bila Anda menggunakan IUD, berkonsultasi dengan dokter adalah hal yang bijak jika Anda ingin mengetahui KB yang baik bagi Anda.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar