backup og meta

Herpes Zoster

Herpes Zoster

Cacar air umumnya terjadi hanya sekali seumur hidup. Namun, virus yang menyebabkannya bisa menyerang lagi dan menimbulkan penyakit yang disebut herpes zoster. 

Apa itu herpes zoster?

Herpes zoster adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV). Virus ini juga yang menyebabkan cacar air. 

Di Indonesia, penyakit ini juga disebut herpes kulit, penyakit dompo, cacar api, atau cacar ular.

Setelah Anda sembuh dari cacar air, VZV tetap ada dalam tubuh. Virus ini “tidur” dalam sistem saraf selama bertahun-tahun sebelum aktif lagi sebagai cacar api.

Meski virus penyebabnya sama, terdapat beberapa perbedaan antara cacar air dan cacar api.

Dibandingkan dengan cacar air yang menimbulkan lenting berisi air, cacar api ditandai dengan ruam pada kulit dada, leher, dan wajah, yang sering kali disertai rasa nyeri dan terbakar.

Herpes zoster jarang terjadi lebih dari sekali pada orang yang sama. Meski begitu, sekitar satu dari tiga orang akan mengalaminya.

Penyakit ini umum menyerang lansia dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Meski bisa terjadi, kasus cacar api pada anak relatif lebih jarang.

Tanda dan gejala herpes zoster

Ciri-ciri dan gejala cacar api (herpes zoster)

Pada awalnya, Anda mungkin merasa tidak enak badan, demam, atau sakit kepala. Kelenjar getah bening dekat bagian tubuh yang terkena sering kali membengkak.

Setelah 1–3 hari merasakan nyeri, ruam yang melepuh akan muncul pada area kulit yang sakit. 

Adapun, ciri-ciri ruam cacar api antara lain:

  • belang yang terdiri dari bintik-bintik kemerahan yang mengumpul pada satu area,
  • lepuhan berisi cairan yang mudah pecah (lenting),
  • ruam yang menyelimuti sekitar tulang belakang hingga perut,
  • ruam pada wajah dan telinga, serta 
  • rasa gatal pada ruam.

Ruam herpes zoster awalnya muncul sebagai bintik merah. Ruam akan berkembang menjadi lenting, lalu pecah dan membentuk keropeng dalam beberapa hari.

Bagian dada, leher, dan dahi umumnya paling sering terdampak. Terkadang, penyakit ini juga menyebabkan lecet di dalam mulut, telinga, dan area kelamin.

Gejala cacar api dapat berupa sakit kulit dengan atau tanpa ruam, utamanya pada anak-anak.

Sebagian orang mungkin merasakan gejala yang lebih parah, seperti demam, meriang, sakit kepala, kelelahan, dan kelemahan otot.

Penyebab herpes zoster

Cacar api disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV). Penyakit infeksi ini termasuk ke dalam penyakit herpes kulit bersama dengan herpes oral dan genital. 

Varicella-zoster sendiri merupakan virus penyebab cacar air. Itu artinya, siapa pun yang pernah terkena cacar air juga berisiko mengidap penyakit dompo di kemudian hari.

Setelah Anda sembuh dari cacar air, virus ini tidak sepenuhnya hilang dari tubuh. Namun, virus akan menetap pada sistem saraf dalam kondisi “tidur” alias dorman. 

Selama dalam fase dorman, virus tidak aktif menginfeksi sehingga tidak menimbulkan penyakit.

Herpes zoster terjadi ketika VZV bangun, lalu kembali menginfeksi tubuh. Kondisi yang disebut reaktivasi virus ini belum diketahui pasti penyebabnya.

Namun, para ahli menduga bahwa penurunan kekebalan tubuh akibat penuaan, penyakit, atau pengobatan tertentu menjadi faktor pemicu penyakit ini.

Faktor risiko herpes zoster

Semua orang yang pernah terkena cacar air berisiko mengalami herpes zoster. Berikut ini adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko Anda untuk terkena penyakit ini.

  • Berusia 50 tahun ke atas. Penyakit dompo lebih banyak terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Bahkan, setengah dari orang berusia 80 tahun ke atas akan terkena cacar api.
  • Mengidap kondisi medis tertentu. Beberapa kondisi fisik dan psikis, seperti HIV/AIDS, kanker, stres, dan gangguan kecemasan, dapat meningkatkan risiko cacar ular.
  • Menjalani pengobatan kanker. Terapi radiasi dan kemoterapi dapat menurunkan kekebalan tubuh. Pasien kanker memiliki risiko 40% lebih tinggi terkena herpes zoster daripada orang yang sehat.
  • Menggunakan obat-obatan tertentu. Penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun, seperti steroid atau obat untuk mencegah penolakan organ saat transplantasi, dapat meningkatkan risiko terkena herpes zoster.

Apakah penyakit dompo menular?

Dilansir dari Mayo Clinic, penderita cacar api dapat menularkan virus melalui kontak langsung dengan luka ruam. Orang yang tertular akan terkena cacar air, bukan cacar api, terutama bila belum pernah melakukan vaksinasi cacar air.

Komplikasi herpes zoster

Berikut ini adalah beberapa komplikasi herpes zoster yang langka, tetapi dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan tubuh.

1. Postherpetic neuralgia

Pada sebagian orang, rasa nyeri akibat cacar ular bisa terus berlanjut hingga lukanya sembuh. Kondisi ini disebut postherpetic neuralgia.

Komplikasi ini dapat muncul saat serabut saraf yang rusak mengirimkan sinyal rasa sakit yang membingungkan dan berlebihan dari kulit ke otak Anda. 

2. Kehilangan penglihatan

Nyeri atau ruam akibat herpes zoster yang memengaruhi area sekitar mata harus diobati. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan mata permanen.

3. Masalah saraf

Tergantung saraf yang terkena, cacar ular dapat memicu peradangan pada otak, kelumpuhan wajah, serta masalah pendengaran dan keseimbangan.

Selain itu, Anda mungkin dapat mengalami nyeri intens pada salah satu sisi telinga, pusing, dan kehilangan pendengaran yang menjadi gejala sindrom Ramsay Hunt.

Diagnosis herpes zoster

Kebanyakan kasus herpes zoster bisa didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Dokter juga akan mengajukan pertanyaan, seperti apakah Anda pernah terinfeksi cacar air sebelumnya.

Saat mendiagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan pada ruam atau lenting yang muncul. Dokter juga akan melihat pola persebaran ruam kulit dan lenting tersebut.

Selain itu, dokter dapat melakukan beberapa tes lainnya, seperti mengambil sampel cairan dari lenting untuk diperiksa apakah ada virus penyebab herpes zoster.

Pengobatan herpes zoster

Obat dan cara mengobati cacar api herpes zoster

Belum ada obat yang dapat sepenuhnya menghilangkan virus varicella-zoster dari dalam tubuh.

Untuk mengatasi penyakit ini, dokter dapat meresepkan obat antivirus. Obat ini bisa membantu mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko komplikasi akibat cacar ular.

Beberapa antivirus yang digunakan sebagai obat herpes zoster yakni acyclovir, famciclovir, atau valacyclovir.

Pada pasien yang berisiko mengalami postherpetic neuralgia, dokter mungkin juga memberikan pengobatan tambahan seperti berikut.

  • Krim capsaicin, terutama pada kondisi nyeri berat setelah herpes sembuh.
  • Obat untuk mencegah dan mengatasi kejang, seperti gabapentin.
  • Obat antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline.
  • Agen untuk menimbulkan sensasi mati rasa, seperti lidocaine dalam bentuk salep, gel, spray, atau patch kulit (koyo).
  • Suntikan kortikosteroid atau anestesi lokal.

Herpes zoster biasanya berlangsung selama 2–6 minggu. Dokter juga akan memberikan saran perawatan di rumah untuk membantu mengatasi gejala penyakit ini.

Langkah yang bisa Anda lakukan di antaranya rutin mengoleskan losion calamine atau menggunakan kompres basah untuk menenangkan bagian kulit yang terdampak.

Pencegahan herpes zoster

Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah cacar ular. Ada dua vaksin yang umumnya digunakan, yaitu vaksin cacar air dan vaksin herpes zoster.

Vaksin cacar air termasuk ke dalam imunisasi rutin pada bayi dan anak untuk mencegah cacar air. Vaksin ini juga direkomendasikan untuk orang dewasa yang tidak pernah terkena cacar air. 

Sementara itu, vaksin herpes zoster dosis tunggal dianjurkan untuk orang berusia 50 tahun ke atas, baik yang sudah memiliki riwayat cacar maupun belum.

Meski tidak menjamin 100% terhindar dari cacar air maupun cacar api, vaksin bisa mengurangi menurunkan tingkat keparahan penyakit dan mencegah komplikasi serius. 

Apabila Anda punya pertanyaan lebih lanjut mengenai kondisi ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik bagi Anda.

Kesimpulan

  • Herpes zoster adalah penyakit infeksi akibat virus varicella-zoster (VZV) yang juga menyebabkan cacar air.
  • Penyakit yang lebih sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas ini dapat ditandai dengan nyeri serta ruam merah dan gatal pada dada, leher, atau dahi.
  • Dokter mengobati penyakit ini dengan obat antivirus dan perawatan rumahan, meliputi penggunaan losion calamine, krim capsaicin, dan kompres dingin.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Shingles (Herpes zoster). (2023). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved June 28, 2024, from https://www.cdc.gov/shingles/index.html

Herpes zoster and postherpetic neuralgia: Prevention and management. (2017). American Academy of Family Physicians. Retrieved June 28, 2024, from https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2017/1115/p656.html

Shingles: Overview. (2019). American Academy of Dermatology. Retrieved June 28, 2024, from https://www.aad.org/public/diseases/a-z/shingles-overview

Herpes zoster. (n.d.). DermNet. Retrieved June 28, 2024, from https://dermnetnz.org/topics/herpes-zoster

Shingles. (2022). Mayo Clinic. Retrieved June 28, 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/shingles/symptoms-causes/syc-20353054

Qian, J., Macartney, K., Heywood, A. E., Sheridan, S., & Liu, B. (2021). Risk of recurrent herpes zoster in a population-based cohort study of older adults. Journal of the American Academy of Dermatology, 85(3), 611–618. https://doi.org/10.1016/j.jaad.2020.06.1013

Mallick-Searle, T., Snodgrass, B., & Brant, J. (2016). Postherpetic neuralgia: Epidemiology, pathophysiology, and pain management pharmacology. Journal of Multidisciplinary Healthcare, 9, 447-454. https://doi.org/10.2147/jmdh.s106340

Versi Terbaru

02/07/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Awas! Jika Tidak Diobati, Herpes Zoster Dapat Mengakibatkan Stroke

Virus Herpes Bisa Menyerang Mata, Apa Tanda dan Gejalanya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 02/07/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan