backup og meta

7 Komplikasi Herpes Zoster Bila Kondisinya Semakin Memburuk

7 Komplikasi Herpes Zoster Bila Kondisinya Semakin Memburuk

Virus Varicella zoster tidak hanya menyebabkan cacar air, tapi juga bisa menimbulkan penyakit herpes zoster atau cacar api. Setelah Anda terkena cacar air, virus tidak aktif namun tetap ada di jaringan saraf di dekat sumsum tulang belakang dan otak Anda. Bertahun-tahun kemudian, virus ini bisa aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. Meski bukan penyakit yang mengancam jiwa, herpes zoster bisa berakhir dengan komplikasi jika tidak diobati dengan benar. Apa saja komplikasinya?

Komplikasi herpes zoster yang bertambah parah

Orang yang pernah mengalami cacar air punya potensi mengalami herpes zoster di kemudian hari. Penyebab utamanya memang infeksi virus Varicella zoster, tapi tidak jelas apa yang membuat virus yang tertidur di dalam tubuh ini bisa kembali menginfeksi. Sejumlah pakar kesehatan berpendapat bahwa kondisi ini ada kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun.

Gejala herpes zoster yang paling umum adalah ruam merah pada kulit diikuti, rasa nyeri dan munsulnya sensasi terbakar. Ruam tersebut berisi cairan yang etrasa gatal dan bisa pecah kapan saja.

Di samping itu, penderitanya juga akan merasakan demam dan sakit kepala. Lenting ruam biasanya muncul di satu sisi tubuh saja, bisa juga terjadi pada satu mata, satu sisi leher, atau satu sisi wajah.

Tidak ada obat untuk mengobati herpez zoster. Akan tetapi, obat antiviral dan antinyeri bisa mempercepat pemulihan tubuh dari penyakit serta mengurangi keparahan gejala.

Pada beberapa kasus, herpes zoster juga bisa berakhir dengan komplikasi. Lebih jelasnya, mari bahas satu per satu komplikasi dari infeksi Varicella zoster berikut ini.

1. Infeksi kulit

Herpes zoster menimbulkan lenting berisi air yang bisa pecah kapan saja. Apalagi, lenting tersebut menimbulkan rasa gatal yang sulit sekali bagi penderitanya untuk tidak digaruk maupun digesek dengan sesuatu untuk melegakan rasa gatalnya.

Jika pecah, akan ada luka terbuka. Nah, kondisi ini bisa mengundang bakteri berkumpul di area tersebut. Jika bekas luka tidak dirawat dengan baik kebersihannya, infeksi kulit bisa terjadi. Oleh sebab itu, obati cacar api ini agar tidak menimbulkan keparahan nantinya.

2. Postherpetic Neuralgia (PHN)

PHN adalah komplikasi yang paling umum dari herpes zoster. Kondisi ini mempengaruhi serabut saraf dan kulit sehingga bisa menimbulkan sensasi terbakar yang berlangsung lama setelah ruam menghilang.

Gejala lain yang menandakan terjadinya postherpetic neuralgia adalah nyeri yang menetap selama tiga bulan atau lebih. Banyak orang menggambarkan rasa sakitnya seperti ditusuk-tusuk jarum.

Beberapa penderitanya menjadi lebih sensitif pada area yang bekas ruam, bahkan merasa terganggu jika bersentuhan dengan kain pakaian. Pada beberapa kasus, gejala yang terjadi justru sebaliknya, yakni mati rasa pada area bekas ruam.

3. Pneumonia

Faktor risiko pneumonia

Varicella pneumonia adalah komplikasi serius dari herpes zoster yang menyerang paru-paru Anda. Virus tersebut dapat menyebabkan nodul bulat-bulat yang tersebar acak pada kantong-kantong udara yang disebut alveolus.

Ketimbang anak-anak, varisella pneumonia paling umum menyerang orang dewasa dengan limfoma (kanker kelenjar getah bening) atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Orang dengan komplikasi ini, biasanya akan terus mengalami batuk-batuk yang kadang berdahak, disertai sesak napas. Ini karena infeksi menyebabkan peradangan dan kerusakan yang membuat produksi lendir berlebihan dan mengganggu jalur pernapasan.

4. Kehilangan penglihatan

Virus penyebab herpes zoster bisa menyerang kelopak mata, permukaan mata, hingga mata bagian dalam. Jika terinfeksi, mata akan terasa nyeri, kemerahan, sensitif dengan cahaya, serta berair. Dalam beberapa kasus bisa menyebabkan komplikasi berupa gangguan penglihatan hingga kebutaan.

Ini karena herpes zoster bisa memicu terjadinya keratitis atau peradangan pada kornea mata dalam beberapa bulan setelah ruam muncul. Akibatnya, akan ada jaringan parut pada kornea, infeksi tambahan, dan hingga akhirnya menyebabkan kebutaan.

Infeksi herpes zoster juga bisa menyerang retina dan saraf optik sehingga menimbulkan nekrosis retina akut (ARN) atau nekrosis retina luar progresif (PORN).

5. Masalah pada saraf

Selain menyerang paru-paru, herpes zoster juga bisa menyebabkan komplikasi pada saraf yang ada di tubuh. Menurut situs Mayo Clinic, herpes zoster bisa menyebabkan komplikasi berupa Sindrom Ramsay Hunt atau Anda kenal juga dengan sebutan herpes zoster oticus.

Kondisi ini terjadi ketika infeksi virus mempengaruhi saraf wajah di dekat salah satu telinga. Gejalanya tidak hanya ruam gatal dan nyeri, tapi juga bisa menimbulkan kelumpuhan saraf di wajah dan masalah pendengaran pada telinga terdekat.

Komplikasi ini bisa bersifat sementara jika diobati dengan tepat dan cepat, tapi juga bisa permanen sehingga wajah dan mata sulit digerakkan, serta kehilangan pendengaran.

6. Ensefalitis

flu

Infeksi virus penyebab herpes zoster, juga bisa menyebar ke area otak dan menyebabkan herpes ensefalitis. Ensefalitis adalah peradangan otak yang menimbulkan gejala mirip flu, diikuti dengan kebingungan, koordinasi tubuh terganggu, dan masalah indera pada tubuh. Kondisi ini termasuk dalam ensefalitis primer, yakni reaktivasi dari virus yang tidak aktif dari penyakit sebelumnya.

7. Kematian

Perlu Anda ketahui bahwa komplikasi paling serius dari herpes zoster adalah kematian. Akibat fatal ini mungkin saja terjadi karena sebelumnya mengalami pneumonia atau ensefalitis. Pneumonia menandakan paru-paru tidak dapat bekerja dengan baik. Padahal paru-paru merupakan organ vital yang menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

Jika asupan oksigen tidak tercukupi, ini bisa mengganggu kinerja jantung, ginjal, dan organ lainnya. Sementara ensefalitis yang menyerang otak, bisa mengganggu fungsi otak yang merupakan sistem saraf pusat.

Agar Anda dan keluarga terhindar dari komplikasi ini, segera periksa ke dokter jika mencurigai tanda dan gejala. Lebih cepat terdeteksi, lebih cepat pula diobati. Dengan begitu, keparahannya dapat Anda cegah.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Complications of shingles (herpes zoster). (2019, July 01). Retrieved August 25, 2021, from https://www.cdc.gov/shingles/about/complications.html

Shingles. (2020, October 06). Retrieved August 25, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/shingles/symptoms-causes/syc-20353054

Shingles. Department of health. Retrieved August 25, 2021, from https://www.health.ny.gov/diseases/communicable/shingles/fact_sheet.htm

Postherpetic neuralgia. (2020, November 06). Retrieved August 25, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/postherpetic-neuralgia/symptoms-causes/syc-20376588

Gaillard, F. Varicella pneumonia: Radiology reference article. Retrieved August 25, 2021, from https://radiopaedia.org/articles/varicella-pneumonia

Miriam Barshak, M. (2021, January 27). Shingles of the eye can cause lasting vision impairment. Retrieved August 25, 2021, from https://www.health.harvard.edu/blog/shingles-of-the-eye-can-cause-lasting-vision-impairment-2021012721792

Ramsay hunt syndrome. (2019, October 01). Retrieved August 25, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ramsay-hunt-syndrome/symptoms-causes/syc-20351783

Encephalitis. (2020, April 17). Retrieved August 25, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/encephalitis/symptoms-causes/syc-20356136.

Encephalitis. NHS. Retrieved August 25, 2021, from https://www.nhs.uk/conditions/encephalitis/causes/

 

Versi Terbaru

03/09/2021

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

15 Pilihan Obat Herpes Alami agar Cepat Sembuh

Benarkah Orang Sakit Cacar Air Tidak Boleh Kena Angin?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 03/09/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan