Faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat pada agenesis gigi, sebab kondisi ini cenderung diturunkan dalam keluarga dari satu generasi ke generasi lainnya. Agenesis gigi dapat muncul sendiri atau menjadi bagian dari sindrom lain yang menyebabkan kelainan fisik.
Tanda dan gejala agenesis gigi
Normalnya, perkembangan gigi telah dimulai sejak janin masih berada pada awal trimester kedua. Perkembangan gigi berawal dari terbentuknya mahkota gigi, sementara akarnya akan terus berkembang meski gigi telah tumbuh.
Gigi muncul perlahan seiring dengan pertumbuhan bayi. Diperkirakan antara usia 2,5 hingga 3 tahun, anak sudah memiliki 20 gigi utama.
Kemudian, pergantian antara gigi susu dan gigi permanen biasanya terjadi dari usia 6 hingga 12 atau 14 tahun. Bila gigi belum juga muncul pada usia yang seharusnya, bisa jadi ada kemungkinan anak mengalami agenesis gigi.
Namun, Anda tetap harus memastikannya dengan pergi ke dokter dan melakukan rontgen panoramik gigi.
Penyebab agenesis gigi
Umumnya, agenesis gigi terjadi karena faktor genetik. Belum diketahui dengan jelas apa saja gen yang pasti terlibat dalam anodontia. Kendati demikian, agenesis gigi biasanya dikaitkan dengan displasia ektodermal.
Displasia ektodermal adalah sekumpulan sindrom genetik yang dapat memengaruhi pertumbuhan rambut, kuku, kulit, gigi, dan kelenjar keringat.
Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh gen EDA, EDAR, dan EDARADD. Sedangkan gen lain yang juga menjadi penyebab potensial adalah MSX1, PAX9, IRF6, GREM2, AXIN2, LRP6, SMOC2, LTBP3, PITX2, dan WNT10B.
Pada hipodonsia dan oligodonsia, gen utama yang terlibat adalah WNT10A.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar