Gigi adalah salah satu bagian tubuh yang berperan dalam pencernaan makanan dan membantu manusia berbicara dengan jelas. Keberadaannya tentu sangat penting untuk menjaga kualitas hidup Anda. Namun, ada beberapa kondisi di mana gigi tidak dapat tumbuh. Inilah yang terjadi pada orang-orang yang memiliki kondisi agenesis gigi.
Definisi agenesis gigi
Agenesis gigi merupakan kondisi kelainan pada perkembangan gigi yang membuat satu atau beberapa gigi hilang.
Berdasarkan jumlah gigi yang hilang, agenesis terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- hipodonsia: kegagalan perkembangan pada satu sampai enam gigi,
- oligodontia: kegagalan perkembangan pada lebih dari enam gigi, dan
- anodontia: kegagalan perkembangan pada gigi sepenuhnya.
Ketiganya termasuk dalam kelainan yang langka, tetapi anodontia lebih jarang ditemukan daripada hipodonsia dan oligodontia.
Kondisi ini bisa terjadi pada gigi susu dan permanen. Namun kejadian pada gigi susu lebih jarang terjadi dibandingkan gigi permanen.
Faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat pada agenesis gigi, sebab kondisi ini cenderung diturunkan dalam keluarga dari satu generasi ke generasi lainnya. Agenesis gigi dapat muncul sendiri atau menjadi bagian dari sindrom lain yang menyebabkan kelainan fisik.
Tanda dan gejala agenesis gigi
Normalnya, perkembangan gigi telah dimulai sejak janin masih berada pada awal trimester kedua. Perkembangan gigi berawal dari terbentuknya mahkota gigi, sementara akarnya akan terus berkembang meski gigi telah tumbuh.
Gigi muncul perlahan seiring dengan pertumbuhan bayi. Diperkirakan antara usia 2,5 hingga 3 tahun, anak sudah memiliki 20 gigi utama.
Kemudian, pergantian antara gigi susu dan gigi permanen biasanya terjadi dari usia 6 hingga 12 atau 14 tahun. Bila gigi belum juga muncul pada usia yang seharusnya, bisa jadi ada kemungkinan anak mengalami agenesis gigi.
Namun, Anda tetap harus memastikannya dengan pergi ke dokter dan melakukan rontgen panoramik gigi.
Penyebab agenesis gigi
Umumnya, agenesis gigi terjadi karena faktor genetik. Belum diketahui dengan jelas apa saja gen yang pasti terlibat dalam anodontia. Kendati demikian, agenesis gigi biasanya dikaitkan dengan displasia ektodermal.
Displasia ektodermal adalah sekumpulan sindrom genetik yang dapat memengaruhi pertumbuhan rambut, kuku, kulit, gigi, dan kelenjar keringat.
Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh gen EDA, EDAR, dan EDARADD. Sedangkan gen lain yang juga menjadi penyebab potensial adalah MSX1, PAX9, IRF6, GREM2, AXIN2, LRP6, SMOC2, LTBP3, PITX2, dan WNT10B.
Pada hipodonsia dan oligodonsia, gen utama yang terlibat adalah WNT10A.
Diagnosis agenesis gigi
Biasanya, dokter mendiagnosis kondisi ini dengan melakukan rontgen sinar-X pada gigi. Jenis rontgen yang dilakukan seringnya adalah rontgen panoramik agar bisa melihat kondisi mulut secara keseluruhan.
Selama pemeriksaan, dokter akan meminta pasien untuk menggigit potongan kardus atau plastik yang terdapat film x-ray di dalamnya. Kemudian, perangkat yang terpasang pada mesin rontgen akan menahan kepala dan rahang pasien.
Mesin tersebut akan bergerak memutari kepala untuk mengambil gambar rahang dan gigi pasien. Bila sudah selesai, berkumurlah dengan cairan yang telah tersedia.
Anda tak perlu khawatir bila hasil rontgen masih menunjukkan adanya gigi di dalam gusi, artinya gigi mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Namun jika rontgen tidak menunjukkan gigi, kemungkinan pasien mengalami agenesis gigi.
Tes lainnya yang mungkin dilakukan adalah uji genetik untuk mengidentifikasi adanya mutasi gen yang menjadi penyebab terjadinya kondisi ini.
Cara mengatasi agenesis
Sebenarnya tidak ada cara yang bisa merangsang pertumbuhan gigi yang hilang karena kondisi agenesis. Bila gigi yang tidak bisa tumbuh hanya beberapa, Anda mungkin tidak memerlukan perawatan.
Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menambahkan jumlah gigi guna memperbaiki penampilan atau membantu Anda saat mengunyah makanan dan berbicara.
1. Pemasangan gigi palsu
Gigi palsu merupakan gigi tiruan lepas pasang yang dibuat untuk menggantikan gigi yang hilang. Pemasangan gigi palsu akan sangat membantu Anda yang mengalami agenesis anodontia.
Gigi palsu terdiri dari gigi palsu yang lengkap dan gigi palsu sebagian. Gigi palsu lengkap dapat menggantikan semua gigi di mulut. Sedangkan gigi palsu sebagian hanya menggantikan satu atau beberapa butir gigi yang dilengkapi dengan klip perekat untuk menjepit gigi di sekitarnya.
Pada beberapa minggu pertama, gigi palsu mungkin akan terasa longgar. Terkadang, Anda bisa saja mengalami iritasi ringan, nyeri, atau air liur yang meningkat. Seiring waktu, masalah-masalah ini akan hilang sendiri bila otot pipi dan lidah sudah terbiasa.
2. Bridge gigi
Sesuai dengan namanya, bridge gigi adalah perawatan gigi yang menjembatani bagian gigi yang hilang. Bridge gigi terdiri dari dua mahkota yang telah dicetak sesuai dengan bentuk gigi dan dihubungkan dengan kawat besi.
Kedua gigi tersebut diletakkan pada bagian yang kosong, kemudian antar ruang gigi yang renggang ditanam menggunakan gigi palsu yang disebut pontik. Gigi palsu ini biasanya terbuat dari bahan porselen.
Bridge gigi dapat bertahan setidaknya selama lima tahun sampai tujuh tahun. Bila perawatannya benar, bridge gigi bisa saja tetap awet sampai lebih dari 10 tahun.
3. Implan gigi
Cara lain yang juga dapat dilakukan untuk mengatasi agenesis adalah implan gigi. Prosedur ini melibatkan penanaman sekrup titanium pada rahang gigi untuk menggantikan akar gigi.
Pertama, implan akan ditanamkan melalui pembedahan pada rahang. Kemudian, pasien harus menunggu selama beberapa bulan sampai implan menyatu dengan tulang. Setelah itu, dokter baru memasangkan gigi baru yang telah disemen pada abutment melalui sekrup.
Ingat, apapun prosedur perawatan yang Anda jalani, Anda tetap harus menjaga kebersihan gigi Anda setelahnya.