tidak sekamar dengan istri
saya seorang suami berusia 51 th sedangkan istri berusia 45 th. anak kami dua, pertama laki2 berusia 12 th dan anak kedua perempuan berusia 8 th.
ketika anak pertama lahir, saya + istri + anak tidur satu tempat tidur. begitu pula sampai anak kedua lahir kami tidur seranjang ber-empat. sampai saya protes kpd istri bahwa ini tidak baik.
rumah kami ada tiga kamar. artinya masing2 anak bisa memiliki kamarnya sendiri sejak kecil dan kami (saya + istri juga punya kamar sendiri).
saya dan saudara2 kandung dibesarkan sejak kecil tidur terpisah dengan orang tua. sementara istri saya tidak. Ia dan kakak perempuannya tidur dengan ibu mertua saya sementara saudara laki2 istri tidur dengan ayah mertua saya.
sampai akhirnya dua th lampau saya protes kpd istri. awalnya memang anak2 kami ajar untuk tidur di kamarnya masing2. tapi rupanya tidak berjalan. janggal bagi mereka melihat orang tuanya tidur terpisah dengan mereka.
karena sulit, akhirnya saya tidur menemani anak2. dan kalau mereka sudah terlelap maka saya pindah ke kamar kami (suami - isteri)
sampai sekira dua th lalu, anak perempuan saya bertanya pada kami di meja makan, apakah arti jari tengah dan arti dari kata yang bahasa medisnya adalah penis. ia mendapat pengetahuan ini dari sekolah.
istri amat gusar. ia mengambil keputusan untuk mendampingi ekstra anak perempuan kami dan langkah yang diambilnya adalah menemani anak perempuan saya tidur. sedangkan saya tidur dengan anak laki - laki saya.
menurut saya ini tidak baik. saya anjurkan kpd nya pelajaran dari pengalaman ini adalah membiasakan anak untuk mandiri antara lain melepas mereka untuk tidur terpisah dari orang tua. saya juga katakan bahwa hubungan intim suami - istri itu adalah perwujudan komunikasi yang mendasar bagi suami isteri.
mohon advis bapak / ibu penanggung jawab rubrik ini atas persoalan yang saya utarakan di atas. terima kasih banyak sebelumnya. salam sehat selalu
herri di jakarta
Halo Heri, terima kasih atas pertanyaan anda
Kami dapat memahami kekhawatiran dan kebingungan yang anda alami saat ini, serta mengapresiasi upaya yang anda lakukan untuk keluarga.
Sejauh ini yang anda lakukan sudah tepat, di mana perlu menjaga hubungan dan keharmonisan antara suami-istri, serta perlu mendampingi anak untuk mandiri dan menjawab pertanyaan yang membuatnya penasaran. Sebaiknya menghadapi situasi ini anda dan istri tetap tenang dan tidak panik.
Anda dapat mengajak sitri berbicara dari hati ke hati, tanyakan kekhawatiran yang mengganggu selama ini, dengarkan tanpa menghakimi. Anda bisa saja menghadapi tantangan untuk membantu istri melihat dari sudut pandang yang berbeda sehingga tetap menghargai proses tersebut.
Jika diperlukan, anda dapat mengajak istri untuk konseling pasangan dengan psikolog agar kondisi ini tidak berlarut-larut.
Semoga membantu, salam sehat