🔥 Diskusi Menarik

Tidak mengakui Jati diri sendiri Dan keinginan selalu dituruti

Karena saya dulu korban diskriminasi Orba maka kdg2 tidak mau disebut dengan istilah Tionghoa tergantung sikon. Krn memang ada keturunan etnis lain spt Sunda, Belanda, Betawi, mgkn Jepang tapi BLM ketahuan Dan yg BLM ketahuan tdk tahu. Kecuali tes DNA ancestry. Jadi maunya disebut bangsa mestizo. Yg ada keturunan Yahudi juga tdk mau mengakui jati dirinya. Apakah sebetulnya ada yg salah jikalau tdk mengaku asal-usulnya krn sering diskriminasi atau sdh blasteran atau keturunan hybrid shg wajah Dan aksen sudah berbeda? Selain itu apa saja akibatnya kalo sejak kecil permintaan selalu dituruti oleh ortu? Apakah bisa merugikan orang lain atau diri sendiri Dan krg toleransi? Kalo akibatnya negatif bagaimana cara mengatasinya.

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
2
1

1 komentar

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.


Saya akan mencoba menjawab dengan detail.

Tidak mengakui jati diri sendiri dan keinginan selalu dituruti adalah masalah yang kompleks dan dapat memiliki konsekuensi negatif. Mengakui dan menerima jati diri adalah penting untuk membangun identitas yang sehat dan kuat. Ketika seseorang tidak mengakui asal-usulnya atau mengabaikan bagian dari identitasnya, itu dapat menyebabkan perasaan tidak lengkap atau kebingungan tentang siapa mereka sebenarnya.

Diskriminasi yang dialami di masa lalu dapat mempengaruhi cara seseorang melihat diri mereka sendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa mengakui asal-usul dan identitas tidak berarti harus mengalami diskriminasi lagi. Setiap orang berhak untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri sesuai dengan apa yang mereka rasakan paling autentik.

Namun, penting juga untuk mempertimbangkan konsekuensi dari selalu memenuhi keinginan seseorang. Jika seseorang selalu dituruti dalam segala hal, itu dapat menghasilkan sikap egois dan kurangnya toleransi terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain. Ini dapat merugikan hubungan dengan orang lain dan menghambat kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik.

Jika ada konsekuensi negatif dari perilaku ini, penting untuk mencari cara untuk mengatasinya. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan kesadaran diri tentang dampak dari tindakan dan keputusan kita terhadap orang lain. Mengembangkan empati dan belajar untuk memahami perspektif orang lain dapat membantu mengurangi sikap egois dan meningkatkan toleransi.

Selain itu, penting juga untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang-orang di sekitar kita dan mendengarkan kebutuhan dan keinginan mereka. Komunikasi yang terbuka dan jujur ​​dapat membantu membangun pemahaman dan menghindari konflik yang tidak perlu.

Jika Anda merasa kesulitan mengatasi masalah ini sendiri, penting untuk mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat membantu Anda menjelajahi dan memahami lebih dalam tentang identitas dan membantu Anda mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang sehat.

Semoga jawaban ini membantu. Jika Anda memiliki pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya.

8 bulan yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan