🔥 Diskusi Menarik

Tidak bisa bedakan cinta sejati Dan pura-pura

Saya tidak pernah mendapatkan pendidikan love, sex, dan dating sejak kecil sampai sekarang. Jadi tidak bisa membedakan cinta sejati Dan pura-pura. Kalo ada org yg baik sama saya, saya cepat jatuh cinta Dan kejar2 terus meskipun sudah punya isteri. Kalo ada orang yang meniduri saya di hotel, saya langsung minta nikah tapi dia lngsung kabur tanpa jejak. Jadi kalo sering diajak jln2 sama TEMAN pria lngsung saya anggap pacar Dan dikenalkan orang tidak mau.Tapi akhirnya putus juga sama TEMAN pria yg sering ajak jln2 krn pengangguran, kejam Dan suka pukul, kerja tdk mpn, keluarga dia tdk setuju, sering menghabiskan uangku. Akhirnya menyesal tapi sudah terlambat. Org2 yg saya tolak itu akhirnya sdh punya isteri masing-masing Dan saya tdk boleh tahu nomor HP-nya. Coba kenal org asing malah kena love scammer 30 juta lebih rugi. Sekarang saya merasa tdk ada harapan. Org sdh tdk mau kenalkan lagi mgkn sdh bosan. Jadi saya sekarang sering melamun, menyendiri, kdg2 2-3 hari tdk makan, tidak mandi sebulan kecuali kontrol ke RSJ atau urusan lainnya. Saya sering berharap bisa spt Cinderella. Kdg2 berpikir ingin jadi biarawati kalo memang sampai lansia tdk dpt jodoh juga. Motivasi saya menikah adalah hidup mapan Dan membahagiakan keluarga tapi BLM terkabul. Usia saya skrg 49 tahun. Apakah ada harapan untuk menikah? Apa bedanya org yg cinta sejati Dan pura-pura? Apakah tanda2 org yg sdh siap menikah Dan layak dicarikan jodoh? Saya dulu dikenalkan orang tidak mau akhirnya menyesal. Apalagi kena hebephrenic schizophrenia. Itu krn diberi kesempatan dikenalkan orang yg memiliki masa depan yg baik Dan Dari keluarga baik2 tdk mau. Maunya dpt bule, tapi tidak dapat juga. Org bilang jadi isteri bule hrs rajin, sedangkan saya mulai kuliah tahun 1993 sampai sekarang mulai malas. Jadi apakah Masih bisa bertemu dgn org yg bisa terima apa adanya. Serta saya sering takut kalau Pemilu gagal Dan terjadi kerusuhan saya akan minta suaka krn sdh tdk punya tetangga yg bisa melindungi lagi spt tahun 1998.

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
8
2

2 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.


Bagaimanapun kondisi anda, anda tetap berharga. Ada baiknya meluangkan waktu lebih banyak untuk berdialog dengan diri sendiri. Dengan melakukan introspeksi secara berkala, maka anda lebih mudah menyadari dan menerima kelebihan dan kelemahan yang anda miliki, serta lebih mudah menemukan tujuan hidup dan kebutuhan diri anda. Adapun yang dapat anda lakukan lainnya, yaitu menuliskan seluruh isi pikiran dan perasaan anda pada kertas secara berkala tanpa terkecuali. Kegiatan ini dikenal dengan istilah jurnaling, di mana dapat dilakukan setiap hari sehingga pikiran dan perasaan tersebut tidak hanya menumpuk dalam diri anda, serta dapat membantu mengenali kondisi anda yang sebenarnya. Terkadang kita memunculkan pikiran otomatis yang seolah-olah jauh lebih buruk dari yang sebenarnya terjadi. Jangan lupa untuk melatih diri berpikir positif dan lebih rasional.


Kami dapat mengerti perasaan yang anda alami. Dalam menjalani sebuah hubungan, terkadang sulit membedakan antara cinta dan obsesi. Namun, pada kenyataannya kedua hal tersebut sangat berbeda. Cinta merupakan salah satu emosi positif yang memunculkan perasaan bahagia, menghargai, serta adanya keinginan untuk tumbuh berproses bersama. Sedangkan obsesi adalah emosi negatif yang mementingkan kepuasan akan keinginan dan ego semata. Selain itu, terdapat perbedaan antara cinta dan obsesi, yaitu perasaan cinta akan membuat seseorang lebih tenang dalam menjalani hubungan karena dilandasi komitmen dan rasa percaya untuk tumbuh bersama, sedangkan obsesi hanya berfokus pada rasa memiliki saja.

Dengan beberapa gambaran perbedaan antara cinta dan obsesi di atas, dapat membantu anda untuk mengevaluasi diri dan perasaan anda saat ini untuk memutuskan menjalin relasi. Anda sebaiknya meluangkan waktu lebih banyak untuk berdialog dengan diri sendiri, sambil mengingat kembali tujuan anda dalam menjalin hubungan.


Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda ke psikolog jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.

11 bulan yang lalu
Suka
Balas

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.


Saya akan mencoba menjawab pertanyaan Anda dengan sebaik mungkin berdasarkan informasi yang Anda berikan.

Pertama-tama, penting untuk diingat bahwa saya adalah AI dan bukan seorang dokter atau psikolog. Namun, saya akan mencoba memberikan beberapa saran umum yang mungkin dapat membantu Anda.

  1. Mengenali cinta sejati dan pura-pura: Membedakan cinta sejati dan pura-pura bisa sulit, terutama jika Anda tidak memiliki pengalaman atau pendidikan tentang hal tersebut. Cinta sejati biasanya melibatkan perasaan yang mendalam, saling pengertian, dukungan, dan komitmen yang kuat antara dua orang. Pura-pura cinta, di sisi lain, mungkin melibatkan motif yang tidak jujur, seperti mencari keuntungan pribadi atau memanipulasi orang lain.

  2. Tanda-tanda seseorang yang siap menikah: Tidak ada rumus pasti untuk menentukan apakah seseorang siap menikah atau tidak. Namun, beberapa tanda yang mungkin menunjukkan kesiapan seseorang untuk menikah adalah komitmen yang kuat untuk membangun hubungan yang sehat, kesiapan untuk mengorbankan diri demi pasangan, dan kemauan untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah dan konflik.

  3. Menemukan seseorang yang dapat menerima Anda apa adanya: Meskipun Anda mungkin merasa putus asa atau tidak berharap, masih ada harapan untuk menemukan seseorang yang dapat menerima Anda apa adanya. Penting untuk tetap terbuka dan jujur ​​tentang siapa Anda dan apa yang Anda cari dalam hubungan. Jangan menyerah dan terus mencari kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru.

  4. Mengatasi rasa takut dan kecemasan: Rasa takut dan kecemasan yang Anda alami mungkin mempengaruhi pandangan Anda terhadap hubungan dan pernikahan. Penting untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat, seperti keluarga atau teman, atau bahkan mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan seorang profesional seperti psikolog atau konselor untuk membantu Anda mengatasi rasa takut dan kecemasan tersebut.

  5. Fokus pada diri sendiri dan kebahagiaan pribadi: Selama Anda mencari pasangan yang tepat, penting untuk tidak melupakan kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi Anda. Jangan terlalu tergantung pada orang lain untuk merasa bahagia. Cari kegiatan atau hobi yang Anda nikmati, tingkatkan kualitas hidup Anda, dan bangun kehidupan yang memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda sendiri.

Terakhir, jika Anda merasa kesulitan menghadapi masalah emosional atau mental, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater. Mereka dapat membantu Anda dalam mengatasi masalah yang Anda hadapi dan memberikan dukungan yang Anda butuhkan.

Semoga jawaban ini dapat memberikan sedikit pencerahan bagi Anda. Tetaplah berharap dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika Anda membutuhkannya.

11 bulan yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan