🔥 Diskusi Menarik

Takut, Cemas, dan Benci

Tolong Dok.


Saya perempuan menginjak umur 22 tahun. Dari dulu saya terkenal dan dikenal sebagai orang pendiam.

Dulu di umur 14 tahun saat SMP saya pernah berpacaran dengan laki-laki 3 tahun lebih tua dari saya, dan dia sudah bekerja. Suatu hari, tiba-tiba dia memberi saya, apa namanya, French Kiss? Entah kenapa badan saya kaku lemas pasrah saja, rasanya campur aduk antara takut dan pasrah saja. Saya benar-benar kaget, takut. Saya belum pernah bercerita tentang ini ke orang terdekat saya bahkan orang tua saya. Ibu saya pernah menyuruh saya untuk tubuh dijaga, beliau melarang saya untuk jangan sampai tubuh saya 'disentuh' laki-laki selain suami saya, apalagi belum menikah. Saya takut, tapi saya juga bingung.


Setelah itu, belum lama dia mutusin saya, saya antara bersyukur dan benci, bersyukur saya tidak 'tersentuh' lebih jauh lagi karena saya juga takut, benci karena saya merasa seperti habis manis sepah dibuang, tapi saya juga merasa bodoh dan benci pada saya sendiri yang mau berpacaran dengan dia.

Ditambah ibu saya bercerita dulu saat SMP pernah hampir diperkosa oleh ayah tirinya, dan saat SMA pernah hampir diajak menginap sekamar di hotel oleh kernet bus. Di situ saya semakin benci dengan laki-laki, tapi juga takut, bahkan sampai ayah saya sendiri.

Di SMA selama 3 tahun bahkan saya hampir belum pernah mengobrol santai dengan teman laki-laki yang padahal sekelas dengan saya.

Lulus SMA saya berusaha mengubah penampilan menjadi lebih tomboy, ditambah saya masuk kuliah jurusan teknik yang mahasiswanya mayoritas laki-laki. Saya bahkan mendapat teman online beda pulau yang menilai saya perempuan keren.

Belum sampai lulus saya berhenti. Akhir bulan Desember kemarin saya melamar pekerjaan, yang karyawannya lebih banyak laki-laki karena memang pekerjaannya lebih ke bidang teknik dan bekerja di Lapangan.

Februari kemarin beberapa orang dipindahtugaskan ke luar pulau, saya termasuk, saya setuju saja karena memang saya suka keliling.

Kami tinggal di Mess campuran yang mayoritas penghuninya laki-laki. Dan bagaimana pun saya berusaha membuat kesan tomboy tetap saja sifat saya sepertinya sudah 'dibentuk' ibu saya menjadi perempuan lemah lembut baik-baik, ditambah supervisor saya yang tomboy alami seperti menjaga saya agar tetap menjadi 'perempuan baik-baik'. Jadi di pekerjaan ini saya lebih dikenal sebagai perempuan polos lemah lembut.

Singkat cerita, akhir-akhir kemarin saya merasa aneh dengan manager saya, dan tiba-tiba di chat saya dipanggilnya sayang, di situ tiba-tiba saya merasa takut. Saat saya bercerita ke supervisor saya yg tomboy (karena orang yang paling saya akrab), ternyata dulu manager itu juga pernah melakukan hal tidak senonoh ke supervisor saya. Saya makin takut, ditambah beberapa kejadian yang membuat saya tanpa sadar seperti menghindari manager itu.

Sampai sekarang tangan saya sulit berhenti gemetar. Saya bahkan takut+benci dengan bapak-bapak yang hanya sekedar menawarkan minum di Masjid.

Sedangkan pekerjaan saya mengharuskan bertemu orang setiap hari, ditambah penghuni Mess mayoritas laki-laki, beberapa hari ini kinerja saya jadi makin menurun.

Saya sudah berusaha menenangkan diri setiap waktu, supervisor saya juga sudah menyuruh saya untuk tetap positif thinking. Tapi tetap saja, sampai sekarang tangan saya masih sulit berhenti gemetar, jantung saya sering berdetak cepat. Rasanya saya jadi seperti orang tidak berguna. Saya takut menjadi beban untuk supervisor saya karena kinerja saya semakin turun, saya takut pulang ke rumah karena saya sudah berusaha mandiri dan menjaga kepercayaan orang tua. Saya tidak berani bercerita tentang yang saya alami saat SMP ke supervisor saya atau yang lain karena pasti mereka menganggap ciuman saat pacaran adalah hal yang wajar, ditambah yang dialami supervisor saya lebih parah dari saya.

Tapi saya takut, takut mengecewakan supervisor saya yang sudah banyak mengajarkan banyak hal dan memberi banyak kepercayaan untuk saya. Juga takut dan benci setiap bertemu laki-laki. Saya bahkan terkadang juga takut dengan diri saya sendiri yang terkadang berpikir ingin membunuh manager itu, pikiran seperti itu sama saat waktu dulu ke mantan saya itu.

Dulu, saya sering setiap keluar rumah menyimpan gunting atau pisau kecil di saku jaket saya, kebiasaan itu saya bawa sampai bekerja di sini, pernah ditanyakan supervisor saya mengenai hal ini dan saya jawab tidak jujur sambil bercanda. Dan sudah berapa kali pisau kecil ataupun pisau lipat yang sering saya bawa dipinjam supervisor saya dan tidak kembali, entah hilang atau sengaja disembunyikan atau bagaimana saya tidak tau.

Tolong, Dok. Hal apa yang sebaiknya saya lakukan untuk mengurangi atau meredam atau menghilangkan rasa cemas, takut, dan benci ini?

Terima kasih.

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
22
1
1

1 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.


Menceritakan pengalaman yang tidak menyenangkan memang membutuhkan keberanian yang besar. Dengan menceritakan hal tersebut, berarti secara tidak langsung anda menyadari kondisi yang anda alami, dan menyadari pula kebutuhan akan bantuan tenaga profesional. Saya mengapresiasi upaya anda untuk berusaha menenangkan diri dan segera mencari bantuan.


Kejadian tidak menyenangkan yang pernah anda alami bisa saja menyebabkan terjadinya trauma psikologis. Seiring berjalannya waktu, terkadang kejadian traumatis tersebut bisa pulih dengan sendirinya. Namun, terkadang juga keadaan traumatis tersebut akan menetap dalam jangka waktu yang lama sehingga mengganggu anda dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Adapun reaksi emosi yang ditampilkan setiap individu terhadap kejadian traumatis berbeda-beda, seperti munculnya rasa cemas berlebihan, sedih, takut, marah, benci, dan sebagainya.

Ketika pikiran akan kejadian traumatis tersebut muncul, maka akan memicu juga munculnya reaksi emosi negatif tersebut sehingga membuat anda merasa tidak nyaman. Pada saat kondisi tersebut terjadi, anda dapat melakukan relaksasi pernapasan sehingga menjadi lebih rileks, tenang dan dapat berpikir jernih kembali. Anda juga dapat mengalihkan pikiran tersbut kepada hal-hal positif yang anda senangi. Selain itu, sebaiknya anda tidak perlu menyalahkan diri sendiri, karena adanya proses penerimaan dapat membantu anda lebih mudah untuk pulih dari kejadian traumatis. Anda juga dapat mencoba mengembangkan kemampuan memaafkan terhadap diri sendiri, lingkungan dan orang lain yang menyebabkan anda mengalami kejadian traumatis tersebut.

Untuk info lebih lanjut mengenai trauma psikologis dapat dibaca pada artikel berikut: https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/trauma/


Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda ke psikolog/ psikiater jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.

1 tahun yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan