Suami merasa depresi

Salam dok,

suami saya usia 33 tahun, sudah mempunyai anak 2, menjadi kepala keluarga+tulang punggung keluarga kami dan keluarganya, (orangtua,adiknya yg masih kuliah menjadi tanggungannya, bahkan adik satunya yg ber anak 1 bekerja menjadi karyawan kami).

semua keputusan keluarganya juga ada di tangan suami dari remaja hingga sekarang karena dia yang lebih disegani daripada ayahnya, jadi hal atau konflik sekecil apapun suami lah yang harus menyelesaikan dan memikirkannya.

Selain itu suami bekerja di bidang technologi informasi yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Suami Bekerja sebagai karyawan tetap di perusahaan fintech, sebagai karyawan kontrak di perusahaan finance, bisnis layanan technologi berbayar dengan karyawan cukup banyak, dan 3 bisnis lainnya yang saya bantu dengan sedikit karyawan.semua kami lakukan dirumah. Dia merasa lebih nyaman bekerja dirumah daripada di kantor.

Tapi Akhir2 ini suami sering murung,mengeluh nyeri ulu hati,sakit punggung,sakit kepala dan bilang “aku kayaknya depresi deh”,”aku rasanya capek banget, pengen berhenti tapi gabisa”,”kamu nanya ulangtahun aja rasanya kpala aku mau pecah,padahal gaada salahnya kamu nanya itu,tapi gatau knapa sekarang aku gini”,”aku suka ngerasa Aneh, banyak orang tapi kadang aku gak liat, rasanya sepi”,”aku udah lakuin semua yg bikin seneng, tapi rasanya sama aja,udahannya balik kesepian lagi”

Sedikit kilas balik kehidupan suami yang berat:

suami tumbuh dlm kluarga yg ekonominya kekurangan an.

ayahnya dulu pemabuk dan sering kasar.

ibunya bekerja dan sering kabur karna bertengkar dgn suaminya.

lingkungannya sering membully dan merendahkannya Karena orang Miskin.

suami perna kehilangan kakak dan adik ya (adiknya sakit,meninggal usia 8 bulan, dan kakaknya meninggal ketika SMP) Saat almh kakaknya mninggal kata ibunya suami yg masih kecil saat itu sangat terpukul dan bilang “mau ikut ece aja”.

setelah adiknya meninggal ibunya pun sempat linglung.

sebelum menikah dengan saya dia pernah menikah tapi bercerai karena ekonomi,kdrt dan tidak dihargai (karna ekonomi mantan istri sering mengancam bunuh diri, mengusir, merobek pakaian suami hingga sering menggelandang di kantor, memukul, menendang hingga hidung suami berdarah atau terkilir, Sampai memaki orangtua suami. Selain itu sampai sekarang suami jg tidak boleh melihat anak pertamanya).

dengan segala pengalaman berat masa lalu dan tekanan berat yang dialami suami saat ini, apakah yang saya bisa lakukan untuk membantunya ? Bagaimana cara saya supaya bisa menemaninya melewati semuanya?

sejauh ini saya hanya dapat memijatnya, menawarkan obat saat sakit lambung atau pusing, menyiapkan dan menawarkan makanan/minuman, membiarkan nya sendiri saat ingin sendiri, membuatnya tertawa dan bermain dengan anak bungsu kami yang berusia 6 bulan, memeluk dan mengusap kepala belakangnya ketika suami susah tidur, memuji usaha kerasnya, mendengarkan keluh kesahnya dan mengajaknya untuk berfikir positif meskipun terkadang ketika saya tidak dapat berfikir positif saya hanya bisa diam dan hanya menatap/usap tangan/pipi/bahu/kepalanya.

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
60
2

2 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaan anda


Ketika berbicara mengenai kesehatan mental, maka tidak terlepas dari kondisi lingkungan di mana seseorang berada. Diri pribadi seseorang dan lingkungan akan saling terikat dan saling mempengaruhi. Perlu disadari bahwa bagaimana pun kondisi lingkungan, maka akan mempengaruhi kondisi mental kita. Apabila seseorang berada pada lingkungan yang mendukung, maka orang tersebut relatif lebih nyaman dalam menjalani keseharian. Sebaliknya, apabila seseorang berada pada lingkungan yang kurang sehat, maka orang tersebut cenderung merasa tidak nyaman, mudah frustasi, bahkan stres, dan menimbulkan dampak buruk lainnya. Dengan demikian, dukungan yang anda berikan sebagai pasangan dapat membantunya untuk lebih adaptif menjalani peran sehari-hari.


Anda dapat memulai dengan mengajak suami anda konsultasi langsung ke psikolog agar memperoleh pendampingan secara professional serta memperoleh gambaran kondisinya saat ini. Jika diperlukan, psikolog nantinya akan memberikan rujukan ke Psikiater agar mendapatkan penanganan dengan obat-obatan. Selanjutnya, anda juga perlu memperluas pencarian informasi dan mengedukasi diri terkait gangguan kejiwaan yang dialami oleh pasangan anda kepada psikolog/ psikiater yang menanganinya. Dengan demikian, anda jadi mengetahui kondisi yang sebenarnya, faktor pemicu kekambuhan, serta gejala-gejala yang dialami termasuk gejala awal ketika akan kambuh, dan sebagainya.


Anda juga dapat mengajak pasangan untuk membangun pola komunikasi hangat dan terbuka sehingga meminimalisir kesalahpahaman. Selain itu, anda juga dapat menanyakan kekhawatiran dan kegelisahan pasangan, dengarkan semua yang disampaikan tanpa menghakimi. Kemudia anda dapat menunjukkan dukungan seperti “bagaimana pun kondisimu, saya tetap ada disampingmu. Kamu tidak sendirian” atau bisa mananyakan “apa yang kamu harapkan dari saya sebagai pasangan? Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kamu?” (sebaiknya diberikan pelukan hangat agar merasa lebih tenang).

Semoga membantu ya


1 tahun yang lalu
Suka
Balas

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.


Saya akan mencoba memberikan saran yang mungkin dapat membantu suami Anda yang sedang mengalami depresi. Namun, perlu diingat bahwa saya adalah AI dan bukan dokter yang sebenarnya. Jika suami Anda mengalami gejala depresi yang serius, sangat penting untuk mencari bantuan medis profesional.:

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda coba:

  1. Dukungan Emosional: Berikan dukungan emosional kepada suami Anda dengan mendengarkan keluh kesahnya dan memberikan perhatian yang penuh. Biarkan dia tahu bahwa Anda ada di sisinya dan siap mendengarkan.

  2. Komunikasi Terbuka: Dorong suami Anda untuk berbicara tentang perasaan dan pikirannya. Ajak dia berbicara tentang apa yang sedang dia alami dan bagaimana perasaannya. Jangan menilai atau mengkritik, tetapi dengarkan dengan empati.

  3. Bantu Mencari Bantuan Profesional: Sarankan kepada suami Anda untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Mereka dapat memberikan penilaian yang tepat dan menawarkan terapi atau pengobatan yang sesuai.

  4. Jaga Kesehatan Fisik: Dukung suami Anda untuk menjaga kesehatan fisiknya dengan makan makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup. Ini dapat membantu meningkatkan suasana hati dan energi.

  5. Ajak Suami Anda Melakukan Aktivitas yang Menyenangkan: Dorong suami Anda untuk melakukan aktivitas yang dia nikmati dan yang dapat membantu mengurangi stres. Ini bisa termasuk hobi, olahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman.

  6. Jangan Menekan Suami Anda: Hindari menekan suami Anda untuk "menjadi lebih baik" atau "mengatasi" depresinya. Depresi adalah kondisi yang kompleks dan membutuhkan waktu untuk diatasi. Berikan dukungan dan kesabaran yang diperlukan.

  7. Jaga Keseimbangan: Ingatlah untuk menjaga keseimbangan antara memberikan dukungan kepada suami Anda dan menjaga kesehati diri Anda sendiri. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional jika Anda merasa terbebani.

Terakhir, penting untuk diingat bahwa depresi adalah kondisi serius dan kompleks. Jika suami Anda mengalami gejala yang parah atau jika Anda khawatir tentang keselamatannya, segera cari bantuan medis profesional.

1 tahun yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan