🔥 Diskusi Menarik

Perlakuan Silent Treatment oleh Suami

Slmt pagi dokter...

Suami sy seringkali jk dia marah pasti akan membèrlakukan Silent Treatment pd sy dlm waktu yg cukup lama dan pisah tdr jg (suami tdr dgn anak laki2 sy usia 15th)... bs berhari2 ber minggu2 bahkan pernah smp 3 mggu (hampir 1 bln)... pdhl sy udah cb minta maaf dan cb sdkt menggodanya (ajak bercanda) lwt chat wa tp tetap tdk ada respon.. smp2 seragam kerja yg sdh sy gosok pun dia tdk mw pakai... tdk mw sentuh makanan yg udah sy siapkan (makan d luar)... d saat terjadi penolakan2 spt ini batin sy selalu tertekan dan sakit banget hati sy... merasa hanya sebagai pembantu aja kl tiap hr spt ini... kejadian ini sering berulang kl suami marah sm sy... mohon pencerahannya dokter.. terima kasih

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
189
2
3

3 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.


Kami bisa mengerti kondisi dan ketidaknyamanan anda. Kami juga mengapresiasi upaya anda dalam mempertahankan hubungan.


Untuk membina hubungan sehat dan membangun cinta diperlukan pula membangun pola komunikasi yang sehat dan terbuka. Anda dan pasangan perlu saling mengkomunikasikan kondisi yang dialami, sehingga dapat saling memahami pula. Selain itu, upayakan untuk dapat saling mendengarkan tanpa menghakimi. Anda dan pasangan juga dapat saling menghargai, serta saling mendukung menjadi versi terbaik diri masing-masing. Hal tersebut penting untuk diperhatikan karena membina hubungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya di salah satu pihak saja. Dengan pola komunikasi tersebut, maka dapat meminimalisir kesalahpahaman yang berlarut-larut.

Menghadapi hubungan seperti yang anda ceritakan tentu memiliki tantangan tersendiri. Sebaiknya anda tetap tenang dan tidak mudah terpancing karena hanya akan semakin memperburuk keadaan. Anda dapat menggunakan energi yang anda miliki untuk mengontrol hal yang dapat anda kendalikan (misalnya respon anda terhadap pasangan), daripada fokus pada hal yang tidak dapat anda kendalikan (misalnya perilaku pasangan). Anda juga memiliki hak untuk menetapkan batasan toleransi atas sikap pasangan anda dan berhak mengambil keputusan demi kebaikan diri anda sendiri. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya dilakukan dalam kondisi pikiran yang tenang. Jika memang diperlukan untuk mengambil jarak sejenak, maka hal tersebut boleh untuk dilakukan tetapi tetap dikomunikasikan dengan pasangan. Selain itu, anda juga dapat mencari waktu yang tepat untuk membicarakan permasalahan anda dengan pasangan ketika pasangan siap diajak berdiskusi, kemudian bersama-sama mencari solusi yang terbaik.


Terkait perasaan tertekan yang anda alami dapat dilakukan, yaitu menuliskan seluruh isi pikiran anda pada kertas secara berkala tanpa terkecuali. Kegiatan ini dikenal dengan istilah jurnaling, di mana dapat dilakukan setiap hari sehingga pikiran tidak hanya menumpuk dalam diri anda. Lakukan relaksasi pernapasan saat ketidaknyamanan tersebut muncul (fokus pada napas masuk dan napas keluar), sehingga anda lebih rileks dan tenang dalam menyikapi yang anda alami.


Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda atau melakukan konseling bersama pasangan ke psikolog jika keluhan berlanjut atau bertambah parah agar segera tertangani.

1 tahun yang lalu
Suka
Balas
@Anonim

Saya memahami perasaan dan upaya yang telah anda lakukan, tetapi tidak disambut dengan respon baik dari pasangan.


Anda dan pasangan meluangkan waktu untuk berbicara dari hati ke hati agar menemukan solusi terbaik bersama ketika kemarahannya sudah menurun (misalnya sambil merencanakan liburan bersama ke tempat favorit, makan malam berdua, moment pillow talk, dsb). Ketika berkomunikasi menggunakan “I message”, artinya lebih fokus menyampaikan “saya merasa hubungan kita terasa hambar, boleh gak kita ngobrol sambil mengingat perjuangan yang udah kita lewati?” bukan “kamu itu selalu menyalahkan dan tidak mau mengalah…..”.


Kemudian anda dan pasangan dapat saling mengenali bahasa cinta masing-masing, serta melakukan ritual yang menjadi kesepakatan bersama misalnya memeluk dan mengucapkan kata cinta sebelum dan bangun tidur, sebelum dan berangkat kerja, dll. Selain itu, perlu dibahas juga terkait hubungan seksual dalam pernikahan anda. Perlu juga merencanakan mencoba hal-hal baru bersama agar semakin terasa keintimannya.

1 tahun yang lalu
Suka
Balas
@Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Terima kasih atas respon dan masukannya ya dokter...

Tp sy udah hafal betul reaksi apa yg bakal timbul kl misalkan sy ajak dia utk konseling k spesialis (psikolog) udah pasti dia gk mau.. bahkan sy yakin itu justru akan memperparah rasa marah dia dok...

Soalnya sy udah pernah menawarkan utk bicara

1 tahun yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan