PEOPLE PLEASER

Saya seorang penyintas depresi psikotik. Yang pulih dengan obat dari psikiater. Saya sakit sudah 14 tahun. Dan sudah melewati jatuh bangun. Selain patuh minum obat, rutin ke psikiater. Saya juga mengikuti banyak akun psikolog dan psikiater juga gabung dengan grup" Kesehatan jiwa. Saya juga mampu bekerja dan bisa melahirkan. Satu harapan saya, saya ingin pulih. Maka saya semangat berobat. Saya juga mempelajari dan mengenal diri saya sendiri, kenapa saya sakit. Saya sakit, karena pola asuh ibu yg keras. Saya harus bisa matematika dan krn anak pertama saya hrs bisa panutan adik. Saya rangking terus. Tetapi saya melakukan itu bukan keinginan saya. Tetapi saya takut orang tua, tidak bisa Terima saya jika sya tidak rangking. Hal itu membentuk saya jadi people pleaser. Tujuan hidup saya kebahagiaan orang tua bukan kebahagian saya. Pilih jurusan sampai menikah pun karena menuruti mereka. Apakah saya bahagia atau tidak itu tidak penting. Yang penting bisa banggain orang tua. Efek menjadi people pleaser sebab pola asuh ortu. Ternyata menjadikanku people pleaser terhadap anak. Sampai sekarng yang dipikiranku hanya kemauan ortu dan masa depan anakku. Ditambah aku bercerai, mantan suami tidak concern terhadap masalah anak yang speech delay. Dari awal terapi sampai sekarang aku yg memikirkan suami tidak khawatir tentang kondisi anak. Anakku yang speech delay, membuatku tidak bisa santai terhadapnya. Aku terlalu khawatir dg anakku, sampai diri sendiri terlupakan. Padahal sejak terapi anak sudah ada kemajuan. Sebelum bisa terapi, aku pernah hampir ditabrak truk karena memikirkan anakku. Mengajar minder, karena takut anakku tidak bisa normal seperti anak anak didik ku. Jika masalah tentang ortu dan anak selalu ku nomor satukan. Tetapi membahagiakan diri sendiri aku kebingungan.kadang aku capek dengan diriku. Kenapa aku seperti ini. Bgaimana aku bisa selalu stabil dengn ujian hidupku yang akarnya ortuku sendiri. Sampai aku ketemu artikel yang sma dengn kurasakan. Sebentar lagi ada tes cpns, bagaimana kalo aku tidak bisa fokus karena terlalu menghawatirkn anakku. Aku ingin mengubur trauma ku dengan ortu. Sampai aku bertemu dengan artikel yg persis kualami. Dan aku curhat ke sahabatku, bahwa aku sudah melakukan yg terbaik untuk anakku. Aku capek ortuku, anakku.kenapa aku tidak bisa berhenti mikirin orang lain.

PEOPLE PLEASERPEOPLE PLEASER
Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
24
1

1 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.


Permasalahan yang hadir dalam hidup terkadang membuat seseorang merasa kesulitan untuk berpikir jernih, apalagi mencari solusi terbaik untuk permasalahan tersebut. Bagaimanapun kondisi anda, anda tetap berharga.


Anda perlu memperbanyak waktu berdialog dengan diri sendiri. Dengan melakukan introspeksi secara berkala, maka anda lebih mudah menyadari dan menerima kelebihan dan kelemahan yang anda miliki, serta lebih mudah menemukan tujuan hidup dan kebutuhan diri anda. Adapun yang dapat anda lakukan lainnya, yaitu menuliskan seluruh isi pikiran dan perasaan anda pada kertas secara berkala tanpa terkecuali. Kegiatan ini dikenal dengan istilah jurnaling, di mana dapat dilakukan setiap hari sehingga pikiran dan perasaan tersebut tidak hanya menumpuk dalam diri anda, serta dapat membantu mengenali kondisi anda yang sebenarnya. Terkadang kita memunculkan pikiran otomatis yang seolah-olah jauh lebih buruk dari yang sebenarnya

terjadi. Jangan lupa untuk melatih diri berpikir positif dan lebih rasional.

Anda juga dapat menuliskan minimal 3 hal yang dapat disyukuri setiap hari (tidak harus hal yang besar, tetapi hal kecil juga termasuk), sehingga dapat membantu anda untuk lebih memaknai hidup dan memiliki pandangan dari sudut pandang lainnya. Anda dapat menggunakan energi yang anda miliki untuk mengendalikan hal yang dapat dikontrol, seperti mengendalikan respon (pikiran, perasaan, perilaku, dan sebagainya) terhadap stimulus/ kondisi yang tidak menyenangkan yang anda peroleh dari lingkungan.


Selain itu, anda juga perlu mengembangkan sikap memaafkan dan berterima kasih bagi diri sendiri dan sekitar. Anda telah berupaya menjadi yang terbaik. Anda tidak perlu malu untuk menceritakan permasalahan anda kepada orang terdekat yang anda percaya agar tidak merasa sendirian dan terasingkan.


Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda ke psikolog/ psikiater jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.

7 bulan yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan