Penis tidak sensitif
Halo dok. Mau tanya... Jika penis tidak bisa berdiri secara tiba tiba kenapa ya, awalnya beberapa hari lalu sekitar 3 harian lalu penis saya sangat sensitif bahkan jika di pegang pegang saja bisa berdiri namun pada saat itu penis berdiri juga merasakan sakit, berurat dan bengkok kemudian tiba tiba pada saat melakukan aktifitas seksual penis yang tadinya berdiri keras tiba tiba kehilangan kemampuannya untuk berdiri,menjadi lemas dan akhirnya sampai 3 hari setelahnya penis menjadi mengecil, berkurang sensitivitas nya, dan sulit mencapai puncak ereksi,....dari gejala yang dialami terebut kira kira knp ya
Halo, terima kasih atas pertanyaan anda.
Kemungkinan keluhan yang anda rasakan karena Penyakit Peyronie. Penyakit Peyronie adalah kondisi ketika penis melengkung atau membengkok akibat jaringan parut di sepanjang batang penis. Perubahan bentuk penis ini menimbulkan nyeri dan akan terlihat jelas ketika ereksi. Setiap pria memiliki penis dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Pada beberapa pria, penis yang sedikit melengkung saat ereksi merupakan hal yang normal. Namun, pada penyakit Peyronie, bengkok pada penis cukup signifikan dan menimbulkan gangguan. Penyakit Peyronie bisa dialami oleh pria dari berbagai golongan usia. Namun, sebagian besar penderitanya adalah pria usia paruh baya. Pada kondisi yang ringan, penyakit Peyronie bisa ditangani dengan obat-obatan. Namun, apabila sudah parah, penyakit ini mungkin perlu diatasi dengan operasi.
Penyebab penyakit Peyronie belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat cedera penis yang berulang, misalnya karena olahraga atau hubungan seksual. Cedera pada penis dapat mengakibatkan perdarahan dan pembengkakan di dalam penis. Sebenarnya, cedera ini bisa sembuh tanpa menimbulkan masalah. Namun, pada penderita penyakit Peyronie, terbentuk jaringan parut yang berkembang menjadi plak selama proses penyembuhan.
Jaringan parut dan plak bersifat kuat dan tidak elastis seperti jaringan lain di penis. Ketika penis ereksi, jaringan ini tidak ikut mengembang dan malah menahan penis. Akibatnya, penis ereksi dengan posisi yang membengkok dan terasa nyeri. Pada beberapa kasus, penyakit Peyronie terjadi secara bertahap tanpa didahului cedera. Oleh sebab itu, masih diteliti apakah penyakit Peyronie juga terkait dengan faktor genetik atau penyakit lain.
Ada sejumlah faktor yang dapat memicu terbentuknya jaringan parut pada penis saat terjadi cedera, yaitu:
- Berusia di atas 50 tahun
- Memiliki anggota keluarga dengan penyakit Peyronie
- Mengalami Dupuytren’s contracture, yaitu kondisi ketika jaringan keras terbentuk di bawah telapak tangan sehingga menyebabkan jari tangan tertekuk ke dalam
- Pernah menjalani prosedur operasi atau terapi radiasi untuk menangani kanker prostat
- Menderita disfungsi ereksi, diabetes, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi
- Menderita penyakit autoimun, seperti lupus atau sindrom Sjögren
- Memiliki kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol
Saat ereksi, penis normalnya akan membesar dan mengeras. Namun, pada penderita penyakit Peyronie, penis tidak dapat ereksi dengan sempurna karena bagian penis yang memiliki jaringan parut tidak bisa meregang. Gejala penyakit Peyronie dapat muncul tiba-tiba atau berkembang secara bertahap. Gejala tersebut antara lain:
- Penis bengkok ke atas, bawah, atau ke samping, ketika ereksi
- Batang penis tampak seperti diikat dengan karet atau bahkan menyerupai bentuk jam pasir saat ereksi
- Jaringan parut atau plak di bawah lapisan kulit penis, yang terasa seperti benjolan yang padat bila disentuh
- Penis memendek
- Nyeri pada penis, baik saat ereksi maupun tidak
- Nyeri saat berhubungan intim
- Penis tidak bisa memasuki vagina saat berhubungan intim
- Disfungsi ereksi
Untuk mendiagnosis penyakit Peyronie, dokter akan menanyakan hal-hal berikut kepada pasien:
- Gejala yang dialami dan lama terjadinya
- Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
- Penyakit yang pernah atau sedang diderita
- Penyakit di dalam keluarga
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada penis pasien. Bila diperlukan, dokter akan menyuntik penis dengan obat khusus terlebih dahulu agar mengalami ereksi. Dengan begitu, dokter dapat mengetahui kelainan apa saja yang terjadi saat penis ereksi. Pemeriksaan lanjutan yang mungkin dilakukan untuk menetapkan diagnosis penyakit Peyronie adalah USG atau foto Rontgen penis. Jika diperlukan, dokter juga bisa melakukan pengambilan sampel jaringan (biopsi) pada bagian penis yang menekuk untuk diperiksa di laboratorium
Jika gejala yang dialami pasien cukup ringan dan tidak mengganggu aktivitas seksual, pengobatan untuk kondisi ini mungkin tidak diperlukan. Pada sebagian kasus, penyakit Peyronie bahkan dapat sembuh dengan sendirinya.
Pada kasus penyakit Peyronie yang perlu diobati, dokter dapat melakukan terapi, pemberian obat-obatan, atau operasi. Berikut adalah penjelasannya:
a. Terapi traksi penis --> Terapi traksi penis bertujuan untuk meregangkan penis menggunakan alat mekanis yang dapat dioperasikan sendiri oleh pasien. Terapi ini bisa memperbaiki ukuran, kelengkungan, dan bentuk penis. Tergantung pada jenis alat yang digunakan, terapi traksi penis bisa dilakukan selama 30 menit hingga 3–8 jam per hari. Pada fase akut, terapi ini terbukti dapat memulihkan panjang penis. Sementara pada fase kronis, terapi traksi penis bisa digunakan bersama metode pengobatan lain, atau setelah prosedur bedah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
b. Terapi gelombang kejut --> Terapi lain yang bisa digunakan untuk menangani penyakit Peyronie adalah radioterapi dan terapi gelombang kejut (shockwave therapy) yang dikenal dengan ESWT. Prosedur ini dapat meningkatkan aliran darah ke penis sehingga diharapkan dapat membantu melunakkan plak yang sudah terbentuk
c. Obat-obatan --> Belum ada obat minum yang diketahui efektif untuk menyembuhkan penyakit Peyronie. Namun, obat-obatan seperti ibuprofen atau asam mefenamat dapat digunakan untuk meredakan nyeri pada penyakit Peyronie akut. Di samping itu, ada beberapa jenis obat yang bisa membantu menghambat perkembangan penyakit Peyronie, seperti:
- Tadalafil, untuk meningkatkan aliran darah ke penis, mengurangi kekakuan pada penis, dan mencegah perburukan jaringan parut
- Pentoxifylline dan l-arginine, untuk melancarkan aliran darah ke penis
- Colchicine, untuk mengurangi pembengkakan pada penis
- Suntikan kolagenase, guna memecah jaringan parut yang sudah terbentuk pada penis yang bengkoknya sudah cukup parah
- Suntikan interferon, untuk mengurangi jaringan parut yang sudah menumpuk
- Suntikan verapamil, untuk meredakan nyeri dan mengurangi kelengkungan penis
d. Operasi --> Operasi dilakukan pada penyakit Peyronie yang parah, misalnya yang sampai membuat pasien tidak bisa berhubungan intim. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien yang sudah menderita penyakit ini lebih dari 9 bulan. Sebelum operasi, harus dipastikan bahwa penis tidak mengalami pertambahan kelengkungan setidaknya dalam 3 bulan. Ada beberapa metode bedah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi penis pada penyakit Peyronie. Pemilihan metode ini tergantung pada kondisi pasien, lokasi jaringan parut di penis, dan tingkat keparahan gejala penyakit penis ini. Jika bengkok pada penis cukup parah, pasien mungkin akan membutuhkan cangkok kulit pada penis. Sementara itu, implan penis dapat dilakukan pada penyakit Peyronie yang disertai disfungsi ereksi. Tergantung pada jenis operasi yang dilakukan, pasien bisa pulang pada hari yang sama atau diminta untuk menjalani rawat inap. Setelah itu, dokter akan meminta pasien untuk beristirahat beberapa hari sebelum kembali beraktivitas. Umumnya, pasien tidak boleh berhubungan seksual hingga 4–8 minggu setelah operasi.
Apabila keluhan berlanjut maka sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter spesialis andrologi.
Sekian dan terima kasih