🔥 Diskusi Menarik

Nama saya Sriyuliawati usia31thn seorang ibu dengan 2 anak laki"

dok apakah apa yg selama ini saya lakukan salah, trauma itu selalu menghantui pikiran dan hati saya,selama ini saya berusaha menjadi seorang istri n seorang ibu bahkan saya rela mengorbankan waktu saya untuk bekerja menggantikan tulang punggung klrga kami,semua itu tidak luput dari kewajiban saya seorang istri n ibu,tapi ttp salah.hujatan,makian,ancaman,bahkan pukulan itu kerap sy terima.sy ttp bertahan tapi bukan berarti sabar,karena sudah berulangkali sy mencoba untuk mengakhiri hidup,putus asa karena JK kami berpisah sy takut kehilangan anak dari tangan saya, karena saya tau betul sifat n karakter suami saya seperti apa, sedang kan bertahan rasanya pun hambar,diantara kami SDH tidak ada kepercayaan lagi, kepedulian dia pun terhadap kami ank n istrinya pun tak ada,dia rela mengorbankan istrinya demi kesenangan dia sepihak tanpa berfikir panjang n terlebih lagi kepada anak" jls sekali keberatannya dlm berbagi waktu untuk ank,maka dari itu sy rela mengalah membagi waktu antara mengurus ank,kerja n pekerjaan rmh.dok apakah dia tidak tulus dengan saya?apakah kami masih layak bersama?jalan apa yg seharusnya saya ambil.keluar dari rmh tapi ancaman menghantui,atau mengakhiri hidup.tolong saya dok.selama ini saya tidak pernah bercerita Kepada siapapun prihal rumah tangga kami.

5
146
3 komen

3 komentar

Kakak juga berhak bahagia kak, ambil keputusan yang juga mempertimbangkan kebahagiaan dan kesehatan kakak.

Semangat.

2 tahun yang lalu
Suka
Balas
1

[mention+id="765574"+name="Mulyanamaulina"]

Apalagi kaka dapat kekerasan dalam rumah tangga, semoga cepat bisa terselesaikan.

2 tahun yang lalu
Suka
Balas
1

Halo Sri Yuliawati, terima kasih untuk pertanyaannya.


Dalam menjalani keseharian, terdapat berbagai situasi dan pengalaman yang mempengaruhi bagaimana cara menjalani kehidupan. Setiap orang memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi permasalahannya. Kondisi mental seseorangpun ikut serta mempengaruhi respon yang dimunculkan. Sebagian orang ada yang optimis ketika menghadapi masalah, sehingga akan menjadi pribadi yang jauh lebih kuat dan tangguh saat berhasil melewati masa sulitnya, serta mau untuk berjuang menjalani kehidupannya kembali. Namun, sebagian orang juga terkadang merasa pesimis ketika menghadapi masalah sehingga menyebabkan pikiran menjadi tidak jernih dan sulit untuk menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.


Terjadinya konflik dalam rumah tangga adalah hal yang wajar terjadi. Namun, apabila konflik tersebut terjadi berkepanjangan, maka anda perlu mengambil jarak sejenak terhadap masalah dan emosi yang anda rasakan sehingga dapat melihat permasalahan tersebut secara objektif. Anda dapat mengidentifikasi pikiran, perasaan, dan kondisi yang anda alami dengan menuliskannya pada kertas, kemudian berproses secara perlahan menerima hal tersebut sebagai bagian diri anda. Dengan adanya penerimaan, akan membuat anda lebih tenang dan lebih siap menghadapi sumber permasalahan.


Selain itu, anda dapat mengembangkan pola komunikasi yang hangat dan terbuka dengan pasangan. Terkadang seseorang melupakan bahwa dalam berumah tangga adalah tanggung jawab kedua pihak (suami dan istri), bukan salah satu pihak saja. Dengan memperbaiki pola komunikasi, anda dan pasangan dapat saling bertukar pikiran terkait permasalahan yang dihadapi, lalu bersama-sama mencari jalan keluarnya. Saat pengaplikasian pola komunikasi ini, bukan hanya melatih anda dan pasangan untuk lebih terbuka, tetapi juga diharapkan mampu saling mendengarkan dan menghargai setiap pikiran atau perasaan masing-masing. Jika diperlukan, anda dapat meminta bantuan pihak keluarga yang dianggap mampu bersikap netral dan bijaksana sebagai penengah.


Beberapa cara lainnya yang dapat anda lakukan, yaitu anda dapat melatih diri dalam melakukan relaksasi pernapasan untuk menghindari perilaku reaktif terhadap anak saat marah atau kesal. Anda juga dapat mengaplikasikan pola hidup sehat (tidur yang cukup, makan makanan bergizi, berolahraga dan lain sebagainya) sehingga membantu anda lebih siap menjalani keseharian. Anda juga dapat melatih diri untuk mengembangkan sikap pemaafan, baik itu pada diri sendiri, pasangan, orang-orang di sekitar, dan lingkungan anda, sehingga dapat mengurangi sedikit beban yang anda rasakan.


Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda ke psikolog/ psikiater jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.


2 tahun yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan