Muak dengan pola pikir kakak dan capek terus dibebani tapi merasa tidak mungkin saya lepas
Hai dok,
Saya ingin berbagi rasa dan bertanya. Usia saya 32 tahun, saya wanita. Saya telah mengalami banyak hal gejolak emosinal di dalam keluarga, hanya karena ingin meluruskan abang kakak saya agar bisa bertanggung jawab dengan hidupnya sendiri. Ini berlangsung sampai bapak/ibu saya meninggal.
Saya sudah merasa capek, lelah yang berulang untuk teriak, marah atas semua sikap dan cara hidup kakak dan abang saya yg membebani orang tua dan saya.
Tapi mereka tidak berubah sampai sekarang. Pengalaman hidup ditinggal orang tua, tidak membuat mereka lantas bertanggung jawab sama hidup mereka, tanpa merilik saya sebagai "talenan baru" ekonomi dan aksi untuk hidup mereka.
Contoh kasus:
Kakak saya, ingin bagian kios saya untuk kamar anaknya. Oke, tapi saya bilang itu kios lebih baik dikontrakan untuk kuliah anak dia. Dibanding jadi kamar. Karena di dalam rumah dia, masih ada ruang yg bisa jadi kamar dan pernah jadi kamar anaknya. Tapi tidak dilakukan. Lebih memilih ruang rumah dia jd ruang makan yg luas, dan kios saya tetap jd kamar anaknya yg mau kuliah.
Terus, mereka yg kurang mampu itu memilih bikin kamar daripada liat anak kuliah? Dan saya malah semakin kaget, diminta kios saya dibobol dan diberi tangga masuk rumah dia? Apakah kebaikan saya mulai dipakai untuk memperkosa lebih jauh hak saya?
Kasus2 serupa sudah sering terjadi sebelumnya.
Begitu juga abang saya. Contoh kasus:
Anak dia sudah dua, tapi ekonomi lemah. Malah sengaja ingin punya anak lagi, laki2.
Ngak mikir nanti stunting? Biaya melahirkan yg belum bisa ditanggung BPJS karena belum punya BPJS PBI? Haruskah saya lagi yang membiayai kelahiran anaknya seperti sebelumnya?
Lalu saya dorong bikin SKTM untuk migrasi BPJS PBI. Tapi SKTM juga belum jadi hanya karena jam makan siang, baru ttd desa, lapar pulang. Padahal tinggal ttd camat. Selebihnya saya bantu ke Dinsos, berkas saya yg urus. Tapi menggantung belum minta ttd camat dan ingin saya kasih ongkos lagi besok harinya.
Saya merasa, itu kepentingan dia, tapi kok seperti sedang kerja ke saya, diupah untuk bikin SKTM. dibesokin lagi agar dapet ongkos lagi.
Dicuekin, WA lagi, anaknya lapar dll.
Dok, saya sudah pernah menghilang, barang2 ya dijual2. Kehidupan mereka ngak beres. Saya bantu, kok bagi saya di luar nalar. Knp ngak sama kaya orang2 lain ketika dibantu, malah bikin saya kesel, ngak abis pikir. Ngelunjak.
Ngak dibantu, yg satu ngeri ngak kuliah anaknya, mau gmn generasi keluarga saya. Yang satu mau melahirkan, masa iya melahirkan sendiri? Ngak dibantu bidan atau dokter. Tapi ngurus BPJS kaya moroton saya?
Saya kekunci di pikiran itu! Bagaimanakah baiknya?
Terima kasih.
Halo, terima kasih atas pertanyaan anda
Kami mengapresiasi segala upaya yang telah anda lakukan untuk membantu keluarga saudara anda. Tentu saja situasi yang dibiarkan terus seperti ini berpotensi membuat anda merasa tidak nyaman, terbebani, dan frustasi.
Hal yang dapat dilakukan adalah membangun komunikasi terbuka agar dapat saling memahami satu sama lain. Kemampuan anda dalam membantu selama ini dijadikan sebagai alasan untuk terus bergantung pada anda, sehingga perlu memberikan batasan sesuai dengan kapasitas anda. Perlu disadari bahwa anda tidak bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain, karena hal tersebut merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing individu. Anda hanya perlu membantu sesuai dengan kesanggupan anda karena tidak akan mempengaruhi nilai anda sebagai manusia. Jangan ragu untuk meminta bantuan dan dukungan pihak keluarga lainnya agar anda tidak merasa sendirian.
Jika memang kondisi ini sudah mengganggu keseharian anda dalam beraktivitas, maka segera konsultasikan langsung ke psikolog
Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.
Saya memahami bahwa Anda merasa muak dengan pola pikir kakak dan merasa terbebani dengan tanggung jawab yang tidak adil. Situasi ini tentu bisa sangat melelahkan dan membuat frustrasi. Namun, sebagai asisten virtual, saya tidak dapat memberikan saran yang spesifik atau detail karena keterbatasan informasi yang diberikan.:Namun, berikut adalah beberapa saran umum yang mungkin dapat membantu Anda:
Komunikasi terbuka: Cobalah untuk berbicara dengan kakak dan abang Anda secara jujur tentang perasaan Anda dan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi Anda secara emosional dan finansial. Bicarakan harapan Anda dan cari solusi bersama.
Batasi keterlibatan finansial: Jika Anda merasa terbebani secara finansial, pertimbangkan untuk menetapkan batasan dan membatasi dukungan finansial yang Anda berikan kepada mereka. Anda juga dapat mencari saran dari ahli keuangan untuk membantu mengelola keuangan Anda dengan lebih baik.
Cari dukungan: Temukan sumber dukungan di luar keluarga, seperti teman, kelompok dukungan, atau konselor. Berbagi pengalaman Anda dengan orang lain yang mungkin mengalami situasi serupa dapat memberikan perspektif baru dan dukungan emosional.
Jaga kesehatan mental dan fisik: Penting untuk menjaga kesehatan Anda sendiri dalam situasi yang menantang seperti ini. Temukan cara untuk merawat diri sendiri, seperti berolahraga, bermeditasi, atau melakukan aktivitas yang Anda nikmati.
Namun, penting untuk diingat bahwa saran ini bersifat umum dan mungkin tidak sepenuhnya relevan dengan situasi Anda. Jika Anda merasa kesulitan menghadapi situasi ini, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor yang dapat memberikan dukungan dan panduan yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan Anda.
Apakah ada pertanyaan lain yang bisa saya bantu?
Related content