🔥 Diskusi Menarik

Mohon saran

Halo dok, saya sdh menikah selama 17thn & sblmnya pacaran selama 6thn. Suami saya sdh berhenti bekerja selama 8thn. Selama ini saya tdk melihat suami sy mencari pekerjaan, dan ada beberapa tawaran kerja dari saudaranya selalu dia tolak. Alasannya karena jauh, tidak sesuai bidang dll. Saya sering membicarakan masalah ini, sdh pernah dengan lembut, berusaha dari hati kehati, tetapi suami selalu tersinggung. Dia merasa tertekan krn saya seolah2 tdk mengerti kondisinya dan tdk mengerti keadaan bahwa mencari pekerjaan itu susah. Suami sering tersinggung, kerjanya marah2, tetapi masih menuntut dilayani dan saya harus hormat sama dia. Anak saya perempuan dua dan mereka sdh SMA semua dan malu dgn keadaan ayahnya yg tdk bekerja. Banyak sekali kebutuhan yg tdk terpenuhi seperti les atau kebutuhan remaja terpaksa anak saya mengalah. Suami tdk kasihan sama sekali dgn anak2, malah mengajarkan anak2 untuk minta sama neneknya (ibu suami). Selama ini kebutuhan kami dari orang tuanya yg membantu membelikan kebutuhan pokok, saya ada sedikit pekerjaan berjualan kecil2an dan sy gunakan u/ membayar listrik,, air, wifi. Sepeserpuj sy tdk pernah diberi uang sama suami. Oh iya saya baru berhenti kerja sejak corona,jadi sy sempat menghandle semua kebutuhan sendiri termasuk saat sdh berhenti,baru sethn ini saja dibantu ortunya.

Suami saya mau membantu pekerjaan rumah tangga, tp dia selalu emosional, marah dgn anak2, mudah tersinggung, sehingga anak2 tdk ada yg dekat dgn bapaknya. Sama saya juga baik kalau habis melakukan hubungan intim, kalo tidak lebih sering ngomel dan marah2, merasa pekerjaan yg dia bantu harus saya hargai dan sy tidak boleh menuntut dia lagi untuk mencari kerja krn dia sdh membantu pekerjaan rumah.

Sy sdh bilang pelan2 bahwa ortu kita ada batasan usia dan kemampuan, sdh saatnya kita membahagiakan mereka dan berhenti membebani mereka, tp suami malah marah dikasih tau begini, "nanti kalo ada uang aku ganti uang mamaku", tp gimana mau ada uang kalo dia tdk mencari pekerjaan. Saya sdh tidak tau apakah harus bertahan atau apa, saya malu dgn keluarga u/ menceritakan persoalan ini dan minta saran sama keluarga rasanya sy tdk ada muka. Apalagi dimata orang lain, keluarga kami harmonis walaupun dan seperti tdk ada masalah. Saya sangat menahan hati dan tdk pernah curhat menceritakan apa yg sbenarnya terjadi kepada orang lain, semuanya saya pendam sendiri.

Oh iya pernah diakhir thn 2022,suami dpt pekerjaan diluar kota dgn gaji yg lumayan dan dia tolak, sy tdk bisa berkata2 dan hanya memendam amarah sampai bb saya turun drastis tdk sampe seminggu turun 10kg, tangan dan kaki tremor, keringet bulat besar bercucuran dan baju basah, sampe saya takut saat itu, tp saya tdk kedokter krn sy takut mendengar diagnisanya dan saya jg tdk punya uang.

Dgn keadaan saya yg seperti itu saja suami tdk merasa bersalah dan bersikap santai. Memang dia membantu saya menggosok minyak kebadan,tp berbulan2 sy tremor,suami saya tetap santai dan tdk mencari kerja, tdk ada keinginan mencari uang dan membawa saya berobat dan membiarkan saya sembuh sendiri. Sampai akhirnya saya memang sembuh sendiri krn saya selalu menanamkan dlm pikiran saya kalo saya sehat dan berusaha bersyukur dan menganggap keadaan ini baik2 saja. Tp jauh dilubuk hati saya, sy bingung dgn suami saya yg pengangguran, emosional, kekanakan dan tdk mau upgrade diri u/ mencari potensinya. Diajak ngomong baik2 tersinggung dan saya harus selalu menunjukkan bahwa keadaan ini normal setiap hari biar suami moodnya bagus dan tidak marah2, padahal saya tersiksa batin.

Suami pernah dikasih modal usaha malah habis u/ kebutuhan sehari2,pernah ambik frenchise minuman tp tdk dia jalankan dan ujung2nya nyuruh saya yg kelola, sampe saya bingung,fisik saya lemah selalu disuruh cari uang,dan dia selalu menganggap dirinya tidak bisa apa2. Mohon bantuan dan solusinya, saya sangat pusing dgn keadaan ini dan sering sesek nafas jadinya. Terimakasih dok

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
11
3

3 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.


Ketika berbicara mengenai kesehatan mental, maka tidak terlepas dari kondisi lingkungan di mana seseorang berada. Diri pribadi seseorang dan lingkungan akan saling terikat dan saling mempengaruhi. Perlu disadari bahwa bagaimana pun kondisi lingkungan, maka akan mempengaruhi kondisi mental kita. Apabila seseorang berada pada lingkungan yang mendukung, maka orang tersebut relatif lebih nyaman dalam menjalani keseharian. Sebaliknya, apabila seseorang berada pada lingkungan yang kurang sehat, maka orang tersebut cenderung merasa tidak nyaman, mudah frustasi, bahkan stres, dan menimbulkan dampak buruk lainnya. Dengan demikian, diperlukan evaluasi dan introspeksi diri terhadap kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar.


Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan yaitu menyadari kelebihan yang anda miliki dan fokus mengembangkan hal tersebut sehingga anda dapat menjadi versi terbaik dari diri anda. Anda dapat menggunakan energi yang anda miliki untuk mengendalikan hal yang dapat dikontrol, seperti mengendalikan respon (pikiran, perasaan, perilaku, dan sebagainya) terhadap stimulus/ kondisi yang tidak menyenangkan yang anda peroleh dari lingkungan. Selain itu, anda dapat menuliskan jurnal harian secara berkala setiap hari sebagai bentuk katarsis atau peluapan emosi. Temukan pula minimal 3 hal yang dapat anda syukuri setiap harinya (hal besar, maupun hal kecil dan sederhana) sehingga anda dapat menemukan makna hidup sekecil apapun itu.

Anda dapat menenangkan diri terlebih dahulu, mengelola pikiran dan emosi sehingga anda dapat berpikir secara jernih untuk mengambil langkah selanjutnya. Kemudian, ajak orang tua dan saudara berdiskusi dan berbicara dari hati ke hati sehingga dapat menemukan solusi bersama. Jika diperlukan, anda dapat meminta bantuan pihak keluarga yang dianggap mampu bersikap netral dan bijaksana sebagai penengah. Apabila dirasa belum maksimal, anda tidak perlu ragu untuk mengunjungi psikolog/ psikiater agar kondisi anda

segera tertangani dengan tepat.


5 bulan yang lalu
Suka
Balas
1
@Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Terimakasih sarannya dok.

4 bulan yang lalu
Suka
Balas

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.


Saran yang dapat saya berikan berdasarkan konteks yang Anda berikan adalah sebagai berikut:
  1. Komunikasikan secara jelas dan tegas kepada suami mengenai keadaan keuangan keluarga dan dampak dari ketidakmampuannya untuk mencari pekerjaan. Bicarakan dengan lembut namun tegas mengenai kebutuhan keluarga yang semakin meningkat dan pentingnya suami untuk turut berkontribusi.

  2. Tetapkan target bersama dengan suami mengenai tujuan keuangan keluarga yang harus dicapai. Hal ini dapat membantu memotivasi suami untuk mencari pekerjaan baru dan berusaha lebih keras.

  3. Jika suami tidak mendukung karier Anda atau tidak membantu dalam pekerjaan rumah tangga, bicarakan secara terbuka mengenai perasaan Anda dan bagaimana hal ini memengaruhi hubungan Anda. Ajak suami untuk bekerja sama dalam membagi tugas dan tanggung jawab di rumah.

  4. Jika Anda merasa tertekan atau stres dengan situasi ini, penting untuk mencari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika Anda merasa kesulitan menghadapi masalah ini.

Ingatlah bahwa komunikasi yang baik dan kerjasama yang solid antara Anda dan suami sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Semoga saran ini dapat membantu Anda menemukan solusi yang tepat untuk situasi rumah tangga Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut atau butuh bantuan tambahan, jangan ragu untuk bertanya.

5 bulan yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan