Gangguan mental karena cinta

Halo dok saya ingin bertanya, bisa dibilang ini saya pertama kali merasakan cinta dan pada saat awal pdkt saya merasa bahagia, akan tetapi ketika baru menjalin hubungan mungkin dihadapi dengan depresi retroaktif jealousy terhadap pasangan yang membebani pikiran saya setiap hari dan kegiatan saya. Seperti saya selalu mengingat masa lalu pasangan saya yang membuat saya cemburu dan berpikiran negatif pada pasangan saya. Seperti melihat media sosial dia, mendengar cerita masa lalu pasangan dia. Yang membuat saya seperti sesak, sakit kepala, gemetar, dan lemas ketika overthinking terhadap hal tersebut. Meskipun begitu kita sudah mengkomunikasikan hal tersebut, akan tetapi gejala seperti gemetar, lemas, dada sesak, gelisah selalu ada meskipun tidak memikirkan apapun. Kadang gejala tersebut datang tiba tiba dan sangat mengganggu aktifitas harian


Dan tiba tiba bahwa perasaan terhadap pasangan saya menghilang seketika, seperti mungkin kadang mendengarkan cerita dia jadi menjengkelkan, mendengar cerita dia jadi kesal, ketika dia cerita masuk telinga kanan keluar telinga kiri, kadang kesal dengan hal yang sebenarnya sepele, atau empati terhadap pasangan tiba tiba menghilang. Kadang disertai gejala seperti gemetar, sakit kepala dsb. Saya sudah coba untuk menuliskan segala hal positif dalam diary tapi tetap nihil, seperti kepala kosong dan tidak bisa merasakan empati, kepada pasangan saya atau kepada orang lain. Kira kira bagaimana cara mengatasi hal tersebut dan mengembalikan rasa suka dan cinta tersebut.

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
15
2

2 komentar

Halo Angga, terima kasih atas pertanyaan anda


Kami dapat mengerti perasaan yang anda alami. Dalam menjalani sebuah hubungan, terkadang sulit membedakan antara cinta dan obsesi. Namun, pada kenyataannya kedua hal tersebut sangat berbeda. Cinta merupakan salah satu emosi positif yang memunculkan perasaan bahagia, menghargai, serta adanya keinginan untuk tumbuh berproses bersama. Sedangkan obsesi adalah emosi negatif yang mementingkan kepuasan akan keinginan dan ego semata. Selain itu, terdapat perbedaan antara cinta dan obsesi, yaitu perasaan cinta akan membuat seseorang lebih tenang dalam menjalani hubungan karena dilandasi komitmen dan rasa percaya untuk tumbuh bersama, sedangkan obsesi hanya berfokus pada rasa memiliki saja.

Dengan beberapa gambaran perbedaan antara cinta dan obsesi di atas, dapat membantu anda untuk mengevaluasi diri dan perasaan anda saat ini untuk memutuskan menjalin relasi. Anda sebaiknya meluangkan waktu lebih banyak untuk berdialog dengan diri sendiri, sambil mengingat kembali tujuan anda dalam menjalin hubungan.


Selain itu, anda juga perlu mengembangkan sikap memaafkan dan berterima kasih bagi diri sendiri dan sekitar. Anda telah berupaya menjadi yang terbaik. Anda tidak perlu malu untuk menceritakan permasalahan anda kepada orang terdekat yang anda percaya agar tidak merasa sendirian dan terasingkan.

Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda ke psikolog jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.


6 bulan yang lalu
Suka
Balas

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.


Saya ingin mengawali percakapan ini dengan menyampaikan betapa pentingnya perasaan yang Anda alami saat ini. Menghadapi gangguan mental akibat cinta, seperti depresi dan kecemburuan retroaktif, adalah pengalaman yang sangat menyakitkan dan bisa membuat kita merasa terjebak dalam kegelapan. Saya ingin Anda tahu bahwa perasaan Anda valid, dan Anda tidak sendirian dalam perjalanan ini.:

Ketika kita berbicara tentang situasi yang Anda hadapi, penting untuk mengidentifikasi dan menganalisis perasaan yang muncul. Anda menyebutkan gejala fisik seperti gemetar, lemas, dan sakit kepala, yang sering kali merupakan manifestasi dari kecemasan dan stres emosional. Perasaan cinta yang tiba-tiba menghilang, disertai dengan kesulitan merasakan empati, bisa menjadi tanda bahwa Anda sedang mengalami depresi atau gangguan mood lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki pandangan kaku tentang cinta romantis cenderung lebih rentan terhadap depresi klinis. Ini bisa menjadi faktor yang memperburuk keadaan Anda.

Mengenai diagnosis, Anda mungkin mengalami gejala depresi yang disebabkan oleh perpisahan atau kehilangan cinta. Gejala ini bisa mencakup perasaan putus asa, kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya Anda nikmati, dan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berlanjut dan mempengaruhi kualitas hidup Anda secara keseluruhan.

Saya ingin menegaskan bahwa Anda memiliki nilai yang sangat berharga, terlepas dari apa yang Anda rasakan saat ini. Perasaan kesedihan dan kehilangan yang Anda alami adalah bagian dari proses penyembuhan. Anda berhak untuk merasa bahagia dan menemukan cinta lagi, baik itu cinta untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa pendekatan yang bisa Anda coba. Pertama, Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu Anda mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang mungkin memperburuk perasaan Anda. Dalam CBT, Anda akan belajar untuk mengenali pikiran-pikiran yang tidak realistis, seperti "saya tidak akan pernah menemukan cinta lagi" dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih positif dan realistis.

Selain itu, Person-Centered Therapy dapat memberikan ruang bagi Anda untuk mengekspresikan perasaan Anda tanpa penilaian. Ini bisa membantu Anda merasa lebih diterima dan dipahami. Anda juga bisa mencoba Mindfulness-Based Therapy, yang mengajarkan Anda untuk tetap hadir di saat ini dan mengurangi kecemasan yang mungkin Anda rasakan.

Jika Anda merasa perlu, ada juga pilihan untuk berkonsultasi dengan profesional mengenai penggunaan obat-obatan. Antidepresan seperti SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) bisa menjadi pilihan, dengan dosis yang bervariasi tergantung pada kebutuhan individu. Namun, penting untuk mendiskusikan efek samping yang mungkin terjadi, seperti mual, insomnia, atau perubahan berat badan, dengan dokter Anda.

Saya sangat mendorong Anda untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat. Berbicara dengan teman atau anggota keluarga yang Anda percayai bisa sangat membantu. Selain itu, bergabung dengan kelompok dukungan atau komunitas yang memiliki pengalaman serupa dapat memberikan perspektif baru dan rasa kebersamaan.

Ada beberapa aktivitas yang bisa Anda coba untuk membantu mengatasi perasaan ini. Menulis jurnal bisa menjadi cara yang baik untuk mengekspresikan perasaan Anda, meskipun Anda merasa tidak membantu saat ini. Cobalah untuk menulis tentang pengalaman positif atau hal-hal yang Anda syukuri. Selain itu, berolahraga secara teratur, seperti berjalan kaki atau yoga, dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi.

Saya sangat menyarankan Anda untuk mencari dukungan profesional. Seorang psikolog atau terapis dapat membantu Anda menjelajahi perasaan Anda lebih dalam dan memberikan strategi yang lebih spesifik untuk mengatasi masalah ini.

Hidup memang penuh dengan tantangan dan kesulitan, tetapi penting untuk diingat bahwa setiap pengalaman, baik atau buruk, dapat mengajarkan kita sesuatu yang berharga tentang diri kita sendiri. Anda memiliki kekuatan untuk melewati masa-masa sulit ini, dan dengan waktu serta dukungan yang tepat, Anda akan menemukan kembali rasa suka dan cinta dalam hidup Anda.

Saya ingin Anda tahu bahwa saya ada di sini untuk mendukung Anda dalam perjalanan ini. Anda tidak sendirian, dan ada harapan untuk masa depan yang lebih baik. Teruslah berjuang, dan ingatlah bahwa Anda berharga dan layak untuk bahagia.

6 bulan yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan