Dok knp ya akhir2 ini sy sering merasa kesepian? Ketika sdr sy berubah dr asalnya sering perhatian tp stlh dia pny sgalanya dia jd beda jarang perh
... Lihat LainnyaCara mengelola emosi Singel parents dengan satu anak
Halo dok. Saya seorang perempuan. Anak saya usia 3 tahun lebih. Saya baru saja berpisah dari suami saya sekitar 1,5 tahun yang lalu karena mantan suami bermasalah dengan hukum. Saya membesarkan anak seorang diri. Ibu saya sedang sakit karena baru saja operasi tulang. Saudara-saudara saya juga jauh karena tinggal di luar kota. Saya harus berjuang sendirian baik secara fisik maupun mental untuk membesarkan dan mendidik anak saya. Saya masih sering merasa belum bisa mengendalikan emosi saya ketika menghadapi anak saya. Contoh ketika anak saya sedang bermain hp, saya minta dia buat menghabiskan makanannya tapi dia tidak mau. Akhirnya saya marah dan mengangkat gelas susu yang baru saya buat di depan anak saya dengan emosi hingga susunya tumpah. Anak saya pun menangis. Tapi saya bilang "udah jangan nangis". Anak saya pun akhirnya menahan tangis dengan sesenggukan karena saya melarangnya menangis. Saya tahu apa yang saya lakukan salah besar. Saya pun akhirnya menangis di depan anak saya. Saya peluk dia. Apa yang sebaiknya saya lakukan dok untuk kesehatan emosi dan mental saya? Saya sering merasa kalau saya berjuang sendiri. Saya tidak mau anak saya besar di bawah emosi saya yang tidak labil. Saya ingin anak saya tumbuh dengan sehat, ceria, dan bisa lebas dari gadget. Karena saya merasa anak saya mulai kecanduan gadget sehingga saya pun terbawa emosi. Bagaimana sebaiknya mengelola emosi saya dan anak saya dok? Terima kasih.
2 komentar
Terbaru
Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.
Menjalani peran sebagai seorang ibu merupakan hal yang membanggakan. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa adanya peran tersebut menjadikan seorang perempuan untuk berproses, belajar, dan beradaptasi dengan perubahan yang dijalani. Beberapa ibu, terkadang mengalami kelelahan emosional dan fisik sehingga berdampak kepada terganggunya aktivitas sehari-hari, serta peran tidak berjalan optimal. Dengan menyadari perubahan kondisi anda saat ini, maka hal tersebut menjadi langkah awal agar anda dapat lebih mengenali diri dan kebutuhan anda sendiri, sebaiknya tidak berlarut-larut dalam situasi tersebut. Jika dirasa perubahan kondisi ini sudah sangat mengganggu anda, dan sudah tidak dapat anda kelola sendiri, maka segera mencari bantuan professional agar segera tertangani dengan tepat, serta akan membantu anda untuk berperan secara optimal sebagai seorang ibu dan istri, serta juga untuk perkembangan buah hati anda yang lebih baik.
Beberapa cara yang dapat anda lakukan sendiri yaitu, anda tidak perlu malu atau sungkan menceritakan kondisi yang anda alami kepada keluarga/ kerabat terdekat. Dengan memendam masalah anda sendiri, hanya membuat anda semakin tidak dapat berperan secara optimal. Anda juga tidak perlu ragu untuk meminta bantuan ketika anda membutuhkan waktu istirahat. Dengan beristirahat, anda lebih rileks, tidak mudah meledak-ledak saat marah, dan dapat berkonsentrasi menjalani peran sebagai ibu. Anda juga dapat melakukan relaksasi pernapasan sambil mendengarkan musik relaksasi. Selain itu, sebaiknya anda tetap terkoneksi dengan lingkungan di sekitar, terutama dengan para ibu untuk membahas terkait parenting sehingga anda tidak merasa sendiri. Luangkan pula waktu untuk “me time”, atau liburan bersama keluarga kecil anda. Semoga membantu ya
Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda ke psikolog/ psikiater jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.
Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.
Mengelola emosi sebagai orang tua tunggal memang bisa menjadi tantangan, terutama dalam situasi yang penuh tekanan seperti yang Anda alami. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda coba untuk mengelola emosi Anda dan mendukung perkembangan anak Anda:Tentukan Batasan Perilaku: Identifikasi situasi di mana Anda merasa perlu untuk marah dan mana yang bisa dibicarakan dengan tenang. Tidak semua perilaku anak perlu ditindak tegas. Misalnya, jika anak Anda bermain gadget, Anda bisa mengatur waktu bermainnya tanpa harus marah.
Tenangkan Diri Sebelum Merespons: Jika Anda merasa marah, cobalah untuk menarik napas dalam-dalam dan menghitung sampai sepuluh sebelum merespons. Ini dapat membantu Anda menenangkan diri dan menghindari reaksi impulsif.
Gunakan Metode Penghitungan: Saat meminta anak Anda melakukan sesuatu, seperti menghabiskan makanannya, Anda bisa menghitung. Misalnya, "Ayo, kita hitung sampai lima. Jika belum selesai, kita akan berhenti makan. " Ini memberikan anak Anda kesempatan untuk mematuhi tanpa tekanan berlebihan.
Hindari Hukuman Fisik: Memukul atau menghukum secara fisik tidak hanya tidak efektif, tetapi juga dapat merusak hubungan Anda dengan anak. Cobalah untuk menggunakan pendekatan yang lebih positif dan komunikatif.
Kendalikan Cara Bicara: Berbicara dengan tenang dan menggunakan kalimat yang dimulai dengan "saya" dapat membantu Anda mengekspresikan perasaan tanpa menyalahkan anak. Misalnya, "Saya merasa khawatir ketika kamu tidak makan," daripada "Kamu selalu tidak mau makan. "
Hindari Kata-Kata Kasar: Pilih kata-kata yang baik dan konstruktif saat berbicara dengan anak. Ini akan membantu anak memahami kesalahannya tanpa merasa terluka.
Tunda Tindakan Saat Marah: Jika Anda merasa marah, tunda tindakan atau keputusan sampai emosi Anda mereda. Ini akan membantu Anda merespons dengan lebih baik.
Cari Dukungan: Meskipun Anda merasa sendirian, cobalah untuk mencari dukungan dari teman, komunitas, atau profesional. Berbicara dengan orang lain tentang perasaan Anda dapat membantu meringankan beban emosional.
Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri: Pastikan Anda juga memberi waktu untuk diri sendiri. Lakukan aktivitas yang Anda nikmati untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental Anda.
Ajarkan Anak tentang Emosi: Ajak anak Anda untuk berbicara tentang perasaannya. Ini dapat membantu anak belajar mengenali dan mengelola emosinya sendiri.
Ingatlah bahwa tidak ada orang tua yang sempurna, dan penting untuk memberi diri Anda izin untuk merasa dan belajar dari pengalaman. Apakah Anda memiliki pertanyaan lain?
Related content