🔥 Diskusi Menarik

Cara Mengatasi Sifat Temperamental

Saya termasuk seseorang yang jika marah suka melempar barang, jika tidak melemparkan barang, saya suka menangis dan menggaruk-garuk kepala atau kaki saya, dan saya memiliki adik kelas 5 SD yang selalu membuat saya kesal karena susah nurut dan susah jika diberitahu, dia suka bicara dan melawan terus, padahal yang saya harapkan hanya kata iya saja ataupun yang mengindikasikan jika dia menurut. Tapi rasanya dia susah untuk berbicara iya, dan selalu saja membenarkan apa yang ia lakukan. Disuruh diem pun kalau kami kebisingan karena dia pukul-pukul kursi rasanya susah. Ibunya pun kurang tegas. Ayah kami tidak serumah dengan kami karena sudah berpisah. Jadi saya yang menasehatinya. Tapi ya seperti yang saya bilang, dia sulit jika dinasehati, malah bicara lagi. Dan itu membuat saya kesal dan marah lalu melempar barang dan hendak menyiksanya, harus pake nada tinggi jika ingin nurut. Ayah saya juga termasuk orang yang tempramental, karena saya juga dulu susah nurut lalu saya di didik dengan cara yang keras. Nah yang saya khawatir kan, saya malah mengajarkan dan malah membuat adik saya seperti saya, menjadi seseorang yang tempramental kepada generasi berikutnya. Bagaimana cara memutuskan rantai tersebut, sementara keadaan membuat saya harus marah seperti itu? Terimakasih.

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
67
1

1 komentar

Halo, terima kasih untuk pertanyaan anda.


Terkadang terjadi situasi yang memicu seseorang untuk merasakan emosi negative, seperti marah, benci, kecewa, sedih, dan sebagainya. Adanya emosi tersebut tetapi tidak terkelola dengan baik, maka tanpa disadari akan mencari objek pelampiasan untuk membuat perasaan lebih lega. Emosi negative yang diekspresikan secara berlebihan akan menguras energi, sehingga bisa saja mengalami kelelahan dan jantung berdebar setelahnya, dsb. Dengan demikian sangat diperlukan kemampuan dalam pengelolaan emosi secara tepat sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang di sekitar.


Marah merupakan salah satu bentuk emosi sebagai respon yang muncul akibat situasi yang dialami oleh seseorang. Munculnya emosi marah tersebut adalah hal yang wajar, tetapi jika berlebihan maka perlu untuk dikendalikan, terutama apabila mengganggu aktivitas sehari-hari, atau bahkan menjadikan diri sendiri/ orang lain sebagai pelampiasan, maka perlu untuk segera dikonsultasikan kepada tenaga profesional.


Dalam diri individu terjadi proses mental yang saling berkaitan antara pikiran, perasaan, perilaku, dan sensasi tubuh/ fisik. Pada saat seseorang menghadapi situasi/ kondisi, maka akan terjadi proses berpikir, yang kemudian mempengaruhi munculnya emosi (seperti: marah), yang disertai dengan terjadi perubahan sensasi tubuh/ kondisi fisik dan termanifestasi ke dalam bentuk perilaku (seperti: membentak/ berbicara dengan nada tinggi/ mengomel/ menyendiri/ dsb). Dengan mengelola pikiran, maka kemarahan dan keluhan lainnya akan ikut terkontrol.


Perlu disadari bahwa perilaku yang ditampilkan adik anda terkadang merupakan cara ia untuk mendapatkan perhatian dari lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut juga terkadang akibat pengaruh dari teman sepergaulannya atau mungkin mencontoh perilaku orang-orang di sekitarnya. Namun, sebagai pengasuh dan pendamping anda tetap selalu berusaha mengambil peran dalam membimbing dan mengarahkan ia untuk berperilaku yang adaptif, serta mencari tahu akar anak berperilaku demikian. Ajak ia berbicara dari hati ke hati mengenai pikiran, perasaan, dah keinginannya.


Beberapa cara yang dapat anda lakukan untuk mengendalikan marah anda agar tidak meledak-ledak yaitu, melakukan relaksasi pernapasan sampai anda merasa tenang dan rileks. Dengan kondisi tenang, anda dapat berpikir lebih jernih untuk mempertimbangkan kembali keputusan anda merespon dengan marah yang meledak-ledak. Selain itu, anda juga dapat berhitung mundur dan melakukan self-talk untuk mencoba tetap tenang dalam merespon. Anda sebaiknya tetap menggunakan energi yang dimiliki untuk mengontrol yang dapat anda kendalikan seperti pikiran, perasaan, perilaku, dan sebagainya, daripada energi anda terkuras untuk mencoba mengendalikan respon/ sikap orang lain terhadap anda.


Anda juga dapat menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga, asupan nutrisi yang tercukupi, pola tidur yang cukup sehingga akan membantu untuk menstabilkan kondisi emosi anda. Anda dapat mendengarkan musik relakasi, atau menuliskan situasi yang memicu emosi marah anda pada jurnal harian secara berkala, sehingga anda dalam melihat secara objektif apakah hal tersebut perlu direspon dengan marah yang berlebihan atau tidak.


Jangan ragu untuk memeriksakan diri anda ke psikolog/ psikiater jika keluhan berlanjut atau bertambah parah agar segera tertangani dengan tepat.


2 tahun yang lalu
Suka
Balas
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan